Malam ini selesai pada pukul sepuluh malam. Kami berempat bergegas untuk melipat tenda dan menggendong tas ransel kami untuk segera pulang. Semakin lama aku berada di dimensi ini, aku sedikit mengingat beberapa hal penting. Yang pertama, Secret Defense International bertujuan untuk memecahkan misteri tentang Akume. Beranggotakan anggota militer yang berpengalaman di bawah pimpinan langsung menteri pertahanan. Organisasi ini bergerak secara tertutup, artinya masyarakat luas sama sekali tak tahu menahu tentang organisasi ini.
Selain berada dalam sebuah organisasi penting, aku juga mengingat beberapa tugas penting yang sepertinya sulit untuk Natsuki lupakan. Lindungi Elaine dan Nekochi, yap, aku dan adikku adalah bodyguard pribadi dari anak menteri pertahanan. Hanya ingatan itu yang tiba tiba muncul di pikiranku. Datang begitu saja ketika kami berempat berjalan di tengah jalan setapak. Menyusuri lorong liar pepohonan rimbun. Beberapa menit berlalu, akhirnya terlihat sorot sinar lampu jalan. Penanda bahwa kami sudah keluar dari hutan Mori ini.
Setelah jalan setapak tanah, terdapat sebuah gapura bertuliskan Hutan Mori, dan peta besar terpampang di kedua sisinnya. Di baliknya terdapat parkiran kendaraan yang luas dengan beberapa lampu penerang. Hanya terdapat satu mobil sedan hitam yang berdiam menanti kami. Aku dan Elaine membimbing langkah kelompok ini di tengah tanah lapang nan luas ini.
"Natsuki, kamu ga lupa kunci mobilnya kan?" Tanya Elaine
"Uh oh?" Tenda portable di tangan kananku langsung pindah ke kiri. Ku rogoh saku jaketku dan kutemukan sebuah kunci mobil.
"Untuk nda ketinggalan..., biasanya aja lupa!" Sindir Nekochi mengalihkan pandangannya ke kiri.
Ku tekan tombol di kunci itu, kedua mata depan mobil itu menyala seketika. Menyorot ke arah mata, namun sinarnya seketika meredup ketika kami mendekat.
"Kak... bawa ini!" Seketika Akito melempar tenda portable merah yang ia bawa padaku. Dengan reflek secepat kilat, aku menangkapnya di dada.
"Buruan masukin ke bagasi! Aku yang jaga!" Akito merebut pistol dari pinggangku dan berdiri tegap siaga di belakang mobil sedan hitam yang akan kami tumpangi ini.
Seketika aku ingat bahwa kami adalah anggota terlatih untuk menjaga kedua perempuan itu dari marabahaya.
"Hem... iya iya!" Timpalku memasang wajah datar.
Pintu bagasi pun terbuka otomatis setelah Akito menekan tombol yang ada di atas plat nomor. Tanpa basa basi aku langsung melempar kedua tenda portable itu, dan memasukan keempat tas ransel yang kami bawa secara bergiliran.
"Akito? bisa nyetir kan?" Aku melempar kunci mobil ini padanya. Ya, ini ku lakukan karena aku masih belum tahu jalan mana yang akan kami tuju. Dari pada berlagak mencurigakan, aku lebih baik memberikan jalan kepada Akito.
"Lah? biasanya aku ga boleh nyetir?" Adikku itu memasang wajah kebingungan.
"Naaa... kalian berdua pulang aja ya!" Elaine menyeret bahuku, dan kami berdua pun menjauh dari mobil.
"Maksudnya?" Akito memandangku dan Elaine dengan wajah datar.
"Udah... kalian pulang aja dulu! Aku sama Natsuki bakal nyusul kok!" Jelas Elaine mengedipkan satu matanya ke arah Nekochi. Sepertinya mereka berdua punya rencana rahasia yang disembunyikan.
"Ya ga bisa gitu! nanti kalau sampai apartemen kalian ga ada aku yang repot!" Keluh Akito sedikit kesal.
"Udah Akito!! ayok pulang yok!" Nekochi pun melancarkan aksinya, menarik tangan Akito dan memaksanya masuk dan duduk di kursi kemudi.
"Tiati taa kaak!!" Seru Nekochi seiring ia masuk dan menutup pintu depan kiri mobil itu.
"Jangan macem macem! Pokoknya sebelum tengah malam kalian harus sampe di apartemen!" Peringata dari Akito yang sudah menyalakan mesin mobil itu.
"Iya iya! udah buruan!" Ujar Elaine dengan tangan melambai yang bertujuan untuk mengusir.