Hampa, kosong, sunyi, sepi, sendirian. Kegelapan mengepung dari segala arah. Kanan, kiri, belakang, lalu kembalikan pandanganku ke depan. Itu semua sia sia, aku tetap tidak mendapatkan secuil petunjuk tentang tempat ini. Hanya warna hitam yang tak berujung ditangkap oleh sepasang bola mataku ini.
Clup... Sraashhh!!
Akhirnya, telingaku menangkap suara lain. Aku sudah tak tahan dengan bunyi tetesan air yang konstan itu. Namun, suara kali ini membuat jantungku terpompa. Aku tahu persis bunyi itu, sepasang kaki dari pemilik tubuh yang jatuh dari ketinggian. Air yang membanjiri tempat ini membatu instingku jadi lebih tajam.
"Waktu, ruang, dan takdir."
Jantungku semakin terpompa laju setelah kudengar kata itu menusuk telingaku. Suaranya bukan seperti orang pada umumnya. Sangat menyeramkan, tubuhku langsung bergidik mendengar suara yang terdistorsi itu.
"Siapa itu?" Tanyaku menoleh ke kanan kiri mencari petunjuk.
Tap! Tap! Tap!
Aku tak melihatnya, tapi aku mendengarnya. Aku tau dia mendekat ke arahku, namun aku tidak punya petunjuk dari arah mana.
"Kenapa?" Suara yang terdistorsi itu melemparkan pertanyaan yang membuatku semakin terancam.
"Apanya?! Apanya yang kenapa?!" Aku mulai bisa menggerakkan tubuhku.
"Kenapa?" Suara disertai bunyi langkah kaki itu semakin membesar.
"Sialan! Tunjukan wajahmu!" Sergahku menggerakkan kaki kananku ini mundur.
"Menyerah!" Pekik makhluk misterius itu dari dalam kegelapan yang mengelilingi tempat ini.
Aku tetap mencari asal dari suara itu, kanan, kiri, depan, belakang, atas, bawah. Namun aku tetap tak menemukan tanda tanda kehidupan.
"Kenapa kau tak berhenti?"
Srashhh!!
Makhluk itu berlari dalam hitam yang tak terbatas. Aku tetap memasang mata dan telingaku waspada. Walau aku tau, ku tak akan bisa menghadapi apapun yang bermain di dalam hampa itu.
"Kau tak bisa apa apa!" Suara tak jelas itu terasa semakin dekat.
"Siapa sih?! Aku ga kenal kamu!" Teriak ku lantang.
"Oh! Aku yakin kau pasti kenal aku!"
Mataku terbuka lebar, jantungku berdetak laju. Tubuh bagian kiri ku terasa panas, seperti ada orang yang berada di belakangku. Bukan sepertinya lagi, memang ada orang yang tepat ada di belakang punggungku. Saat ku melirik ke bawah, air genangan tempat ini menyalurkan gelombang kecil yang berasal dari arah belakang. Aku meneguk saliva ku dan mempersiapkan diri untuk apapun yang mata ku tangkap dalam beberapa detik ke depan.
Ku perlahan memindahkan pengelihatan ku ke arah belakang.
"Huh?!" Aku membeku, dan tak bisa menarik napas. Sesuatu yang ada di ekorku itu ternyata berwujud manusia.
Hal pertama yang terproses oleh kepalaku adalah topeng yang ia kenakan. Terbuat dari besi dan menutup seluruh bagian kepalanya. Dengan mata bundar yang ada di tengah tengah kepala itu bersinar merah terang. Selanjutnya yang aku lihat hanyalah kekosongan.
"Hah?! dimana?!" Entah aku yang tak bisa memproses apa yang terjadi, atau orang yang tadi berada di belakang ku benar benar menghilang setelah satu kedipan mata.
"Natsuki...,"
Seseorang memanggil namaku, yang kali ini berbeda. Ketika telinga ini menangkapnya, suara lembutnya itu membuat hatiku merasakan ketenangan yang tak terbatas. Sangat familiar, aku mengenalinya, namun aku harus tahu dimana asalnya. Ku berlari maju mencari keberadaan perempuan itu.
"Siapa?! Mana?! Dimana!?"
Akhirnya secercah cahaya, masuk ke pengelihatan ku. Aku melihat sesuatu yang tak biasa. Seketika ruangan ini berubah jadi putih terang dalam 0,1 detik. Aku menyipitkan mataku sejenak karena cahaya menyilaukan. ini.
"Natsuki!"
Aku melihatnya, pemilik dari suara indah itu. Ia berada beberapa meter di depanku. Membelakangi ku, mengenakan gaun putih nan elok. Rambut sebahu warna putih yang membara seperti api.
"Siapa kamu?!"