Chereads / Takdir dan Kebahagiaan / Chapter 6 - Matahari Terbit 5

Chapter 6 - Matahari Terbit 5

"Eh? Emm? Apaan?" Aku terbelalak lalu mengalihkan pandanganku ke arah depan bus.

Aku sama sekali tak paham, jantung ku berdetak kencang. Hal ini hanya pernah ku rasakan ketika sedang berlari saat jam olahraga sekolah. Namun, sekarang aku hanya duduk di samping perempuan yang bahkan baru ku kenal beberapa menit lalu.

"Heee? Kamu tadi liatin aku ya?" Tanya Haruka memiringkan kepala.

"Hmm? Mana ada," ku lirik ke kanan dan nampaklah senyum manisnya itu.

"Ada tuh, atau jangan jangan...," Gadis misterius itu tersenyum lebar sambil terus mendekatkan wajahnya padaku.

"Heh! Heh! nda usa nuduh macem macem!" Sangkal ku terus berusaha menjauh dari wajahnya itu.

"Iya deh iya, bawain ini dong!" Ujarnya menempelkan syal putih itu ke jidat ku.

"Nah luh! seenaknya aja ni anak!" Kataku kesal namun tak bisa berbuat apa apa. Syal ini sudah berada di tanganku.

Walau aku tak mengenalnya, kami langsung akrab seperti sudah lama saling bertukar kenangan. Mungkin itu karena kepribadian Haruka yang ceria. Tanpa basa basi, aku langsung mengenakan syal itu di leherku. Kebetulan sekali karena cuaca hari ini sedikit lebih dingin dari biasannya.

Lalu beberapa detik berlalu, tak ada satu kalimat yang terucap dari bibirku. Sementara Haruka bersenandung sembari melihat pemandangan indah dari kaca bus yang kami tumpangi ini. Sektor Haru memang memiliki pemandangan yang sangat indah. Kanan dan kiri jalan ditumbuhi pohon dan bunga bunga indah. Jika sudah memasuki pertengahan bulan april, sektor ini akan terlihat berwarna merah muda karena banyaknya pohon sakura yang bermekaran.

'Hmm... ngapain pula aku nemenin ni cewe, kan enakan tidur di kamar sambil nge game'

Batinku sembari menyandarkan punggung dan menghela nafas ku. Ku pejamkan mataku sejenak dan menarik napas panjang, bersiap untuk menjalani hari yang membosankan ini.

"Oh iya, katanya Pak Riku, kamu kemarin bolos yak?" Pertanyaan yang menghentikan senandung Haru.

"Hmm... mager...," jawab ku tanpa membuka mataku sama sekali.

"Kenapa mager?" Dua kata dari Haru yang membuatku membuka mata perlahan.

"Ya karena... emm, mager aja gitu." Ku tak menemukan alasan, dan hanya menghindari kontak mata dengan lawan bicaraku itu.

"Masa si nda ada sebabnya? Hemm?" Ia kembali mendekatkan wajahnya padaku.

"Ei, nda usa deket deket, emang kenapa si? Kepo banget." Ujarku sedikit kesal karena pertanyaan si dia.

"Ya uda kalo nda mau deket deket! Hmmp!" Haruka menggelembungkan pipinya sambil memalingkan pandanganya kembali ke luar jendela.

"Hadeh, emangnya kenapa?" Tanyaku dengan secuil rasa menyesal atas kata kataku sebelumnya.

"Ya aku pengen tau aja," Haruka tetap tidak sudi untuk melakukan kontak mata dengan ku.

"Sebenernya, aku juga ga inget aku kemarin ngapain," Jawab ku jujur karena memang ku tak mengingat kejadian kemarin, maupun kemarinya...

Tunggu dulu?!

Aku? Kenapa ga inget sama sekali tentang masa laluku?!

Yang ku ingat hanyalah sekolah ku, rumah ku, nama ku, dan beberapa kejadian tadi pagi. Aku bahkan tak mengingat siapa saja anggota keluarga ku dan kemana perginya mereka. Pikiran ku ini serasa hampa, kegelapan merajainya. Berdiri di atas permukaan lantai yang dibanjiri air setinggi tumit. Hanya mendengar suara tetesan yang entah datang dari mana.

Clup... clup... clup...

Bunyi itu sama seperti keran bocor yang meneteskan airnya ke wastafel penuh air. Perlahan, namun selalu ada. Aku berusaha memahami apa yang terjadi dalam pikiranku ini.