Haruka Nekochi
{Butuh sesuatu}
Aku yang baru saja meletakan ponsel di atas ranjang pun terpaksa mengambilnya lagi.
"Nah luh nanggung?" Aku mengerutkan dahi sembari meluncurkan kedua ibu jari untuk membalasnya.
{Lha iya butuh apaan?}
{Sesuatu}
{Nanti aku kasih tau}
{Aku ada di halte bus deket rumahmu}
"Weh? kok tau rumahku?!" Pikiran ku sedang campur aduk sekarang ini.
Tadinya aku ingin menolak permintaan dari Pak Riku. Namun aku merubah haluan pikiranku seketika. Haruka Nekochi, perempuan itu sungguh membuatku penasaran. Apakah dia adalah orang yang mengirim pesan Line tadi pagi, atau mungkin mereka adalah dua orang yang berbeda namun memiliki nama yang sama. Berbagai pertanyaan muncul dalam kepalaku. Namun aku tahu, jika berdiam diri saja, ku tak akan mendapatkan jawaban yang ku cari itu.
"Huuff... ya uda lah!" Aku menghela napasku sembari membuka lemari pakaian yang berada di samping meja belajar.
Ku ambil jaket warna merah lalu mengenakannya. Tanpa pikir panjang, ku raih sepatu olahraga berwarna putih yang tergeletak di atas lemari kayu warna hitam itu. Sisi kanan, lalu sisi kiri, ku hentakan kedua kaki ku bergiliran untuk memastikan kenyamanan sepatuku ini. Tepat saat tangan kananku hendak meraih ponsel di ranjang, ringtone ponsel pintar ku itu pun mulai berdering menandakan ada telepon masuk.
"Hmm?" Aku mengangkat alisku saat membaca nama kontak Haruka yang tertulis di layar ku.
"Iya?" Sahutku setelah menerima telepon dan mendekatkan ponsel ke telingaku.
"Natsuki... temenin aku ke Natsu Tower," Pintanya tanpa rasa bersalah sama sekali.
"Heh?! seenaknya aja! Jauh lho itu!" Ucapku dengan keinginan menolak yang melebihi tinggi gunung Everest.
"Ohh... ya udah kalau ga mau," kalimat itu keluar dengan nada kekecewaan yang sangat besar.
Mendengar nada suaranya yang berubah 180 derajat dalam satu detik itu membuatku sangat mustahil untuk menolak permintaanya.
"Uh.. emm, bentar dulu... tunggu bentar," Pinta ku sembari memakai tas pinggang menggunakan tangan kiri ku yang tak memegang ponsel.
"Tadi pagi kamu nge chat aku gak sih?" Ku lempar pertanyaaan ku langsung tanpa basa basi lagi.
"Enggak tuh, emang kenapa?" Sahut Haruka dengan penuh kepercayaan diri.
"Hemm... nda apa apa, ya uda tunggu bentar ku OTW ke halte." Ucapku sebelum memutus sambungan telepon kami.
Ku buka pintu kamar lalu menuruni beberapa anak tangga untuk ke lantai dasar rumah ku. Ruangan yang gelap dan berdebu, tentu saja, karena aku tinggal sendirian di sini. Ku abaikan itu semua, menerobos langsung ke pintu keluar.
"Huff... males banget keluar padahal...," gumamku mengeluh setelah keluar dari pintu rumah. Tak lupa ku langsung mengunci pintu itu dua kali putaran kunci ke kiri lalu memasukan kuncinya kedalam tas pinggangku.
Tanpa menunggu lama aku membalikan badan ku untuk menghadap ke dunia luar...,
"NATSUKI!!"
"HEHH!!??"
Bruak!!!!
"Ehehehehhe! Ahahaha!"
Ternyata ada perempuan yang berdiri di belakangku tanpa ku sadari saat sedang mengunci pintu. Aku yang terkejut sontak melangkah ke belakang dan membentur jalan masuk rumah yang terbuat dari kayu itu.
"Hadeh! Malah di jump scare!" Ujarku kesal sembari mengelus kepala belakangku
Haruka Nekochi, tak salah lagi, dia adalah orang yang ada di depan ku saat ini. Gadis setinggi bahu ku, dengan rambut panjang hitam dikuncir. Kacamata frame merah yang ia kenakan untuk membantu pengelihatannya. Mengenakan kemeja biru muda dan syal melingkar di lehernya, rok panjang warna hitam dan sepatu merah muda itu melengkapi penampilannya hari ini
"Kamu Haruka kan?" Tanya ku mengacungkan jari telunjuk kananku padanya.