Asih diantar sampai ke dalam sekolah oleh Jajaka Purwa dan anak buahnya.
Semua orang bertanya-tanya siapa dia yang datang dengan ayah Bara? Yang sudah mereka tahu kalau keluarga Bara itu sangat kaya.
Nama keluarga Bara sudah terkenal sederajat dengan keluarga Miftah. Dengan siapa mereka tampak bersama, tentunya semua orang sungguh penasaran.
"Jangan-jangan dia dijodohin sama Bara," ucap murid yang melihat.
"Si Bella panas dong nanti."
"Pastilah, cantikan dia. Bella udah gak ada sinarnya lagi … dia kan udah –" ucap salah satu murid tapi terpotong.
"Udah apa? Hah? Kalian ngegossipin gue?" tanya orang yang sedang menjadi pembicaraan.
"Hehe, Bell. Ngggak Bell." Mereka terkejut karena orang yang sedang mereka gosipkan ada di belakang mereka.
"Kami pergi dulu." Kedua perempuan yang bergossip itu kemudian pergi secepatnya, menghindar dari Bella yang sudah mereka tahu dia beraninya keroyokan dan pasti selalu ada ujungnya kalau berurusan dengan Bella.
"Sialan!" celetuk Bella kesal.
"Tapi Bel, apa bener begitu?" tanya Ica teman satu gengnya.
"Apanya?" tanya Bella emosi.
"Tadi yang diomongin sama mereka … kalau cewek tadi itu bakal dijodohin sama Bara."
"Nggak mungkin. Jikalau iya, gue habisi dia." Bella menatap tajam pada Asih yang kini berada di lorong sekolah, di depannya. Jauh dari posisi Bella yang kini memerhatikan langkah Asih dari kejauhan.
"Tapi dia bener-bener cantik, Bell. Kulitnya alami gak kayak lo yang terlihat banget perawatannya," celetuk teman satunya lagi Bella bernama Tata.
Bella semakin geram.
"Oh gituh, jadi lo selama ini gak suka dengan muka cantik gue yang perawatannya mahal gituh? Hah?"
"Hehe, enggak Bel. Maksud gue –" Tata menyeringai takut.
Bella seperti serigala yang akan menerkamnya dengan gigi gingsul perempuan blasteran indo-inggris itu yang selalu terlihat jika Bella marah dengan membuka mulutnya gemas dan tangan yang dikepal.
"Udah-udah, tuh lihat objek obrolan kita ke sini." Keyla memberitahu mereka.
Bella terkejut, Bara datang dan menghampiri dirinya. Wajahnya kian hari semakin tampan, dan membuat Bella selalu menyesal menyelingkuhi Bara demi memilih Alfred yang lebih kaya.
Dulu Alfred mampu membuat Bella lebih menyukainya, tapi saat Bara mendekati adik kelasnya--Rina, dia juga tidak bisa membiarkan Bara dengan perempuan lain dan sekarang segala cara dia lakukan demi untuk bisa kembali ke pelukan mantan kekasihnya—Bara.
Bella juga punya sebab, makanya dia meninggalkan selingkuhannya Alfred. Sebab yang paling utamanya adalah kesadaran mencintai.
"Mau ngomong apa lo kemarin?" tanya Bara to the point.
Teman-temannya semua dengan sadar diri langsung meninggalkan Bella dan lebih dulu masuk ke kelas mereka.
"Nah, kitu dong peka. Thanks, Teman-teman! Muach!" kiss bye Bella pada teman-temannya yang sengaja pergi meninggalkan Bella agar bisa lebi leluasa mengobrol dengan Bara.
Bella heboh dan membuat Bara tidak suka melihatnya.
Dulu mungkin itu adalah sikap manis dari sisi Bella bagi Bara, tapi sekarang tidak.
Mereka juga pernah disebut 'B Couple' di kelas, nama Bara dan Bella satu huruf konsonan awal yang sama.
"Siap syantiq!" Teman-temannya menyahut serempak.
"Kami mendukung kalian pokoknya …."
Setelah hening, geng Bella pun sudah tidak tampak. Bara kembali meminta kepastian informasi yang akan disampaikan padanya. Memastikan Bella berbohong atau tidak.
"Jadi lo punya informasi apa?"
"Aduh Baby kamu gak sabar ya, tapi yakin kamu siap dengernya?" Bella mengulur-ngulur waktu mereka padahal kelas sudah hampir akan segera dimulai.
"Gue gak punya banyak waktu ya buat ngeladenin lo, Bell." Bara kesal.
"Sabar dong, nih ya … aku tunjukkin." Bella mengambil ponsel yang dia taruh di saku seragam putihnya itu dan langsung diketikkannya kata sandi ponsel dan terbukalah walpapaer ponselnya yang masih memakai foto dirinya dan Bara.
"Lo apa-apaan masih pake foto kita? Jangan harap ya, Bell! Foto lo juga udah gue hapus-hapusin di hp gue. Hapus gak itu?" Bara ingin merebut ponsel Bella tapi secepat kilat Bella menghindarkan ponselnya dari rebutan tangan Bara.
"Ih, Baby. Mau lihat buktinya gak? Kalau gak ya udah," balas Bella seakan punya kartu AS.
Dengan terpaksa Bara tidak banyak protes dan dia hanya diam, mendengus kesal.
Dengan berat hati …dia juga tidak bisa bertindak macam-macam padahal bisa saja dia membanting ponsel Bella karena tidak suka melihat foto mereka masih tersimpan di ponselnya.
Kalau saja tidak ada informasi penting dari rivalnya--Miftah, dia tidak akan mau mengobrol dengan Bella saat ini.
Bagi Bara itu hanya buang waktu saja, mungkin kalau dulu … mengobrol dengan Bella seperti sekarang ini adalah moment yang sangat indah.
Hati bisa saja berubah apalagi ketika dia sudah ditusuk sampai berdarah. Bekasnya tidak akan hilang hanya dengan kata maaf yang dilontarkan saja.
"Iya, mana?" Bara tak sabar.
Bella menunjukan foto, dan dia terus menggesernya ke kanan. Begitu banyak foto yang dia tangkap. Tapi Bara curiga bisa uga dia punya mata-mata untuk dengan tidak sopannya memotret kedekatan Rani dengan Miftah.
Bara tercengang, dia sangat marah. Tangannya kini juga mengepal penuh emosi.
"Tuhkan, gue bilang apa. Rani itu penghianat." Bella menyudutkan adik kelasnya yang tengah dekat dengan Bara.
"Dari mana lo dapet foto-foto itu?"
"Rahasia." Bella tersenyum manja.
"Kalau kamu gak percaya tanyain aja ke orangnya langsung." Bella memberi Bara tatapan menggoda. Dia mencolek dagu Bara. "Jadi, setelah melihat ini … kamu maukan balik lagi ke aku, kan?" Bella begitu percaya diri, dia memasukkan ponselnya ke saku seragamnya lagi dan menggenggam tangan Bara.
"Aku masih cinta sama kamu Bar, balikan lagi ya. Please!" mohon Bella dengan kerutan bibirnya yang manja, berharap Bara tergoda lagi padanya.
"Lepas! Kirimin foto-foto itu ke gue dan jangan harap lagi bisa kayak dulu. Semua sudah tamat, gak bisa lagi bersambung." Bara langsung pergi meninggalkan Bella.
Di belakangnya Bella sangat kesal, uring-uringan tanpa Bara pedulikan.
"Awas kamu, Bar! Jangan sebut aku Bella si modis kalau aku gak bisa dapetin kamu."
Bella terus melihat Bara yang semakin jauh darinya.
Semua murid yang masih berseliweran menatap Bella aneh, dan ada segerombolan lelaki menunjuk-nunjuknya.
"Apa, hah?" tanya Bella tak suka.
"Wihihihi serem. Tapi Bella tetap cantikku kok kalau lagi marah," puji para lelaki padanya.
"Berisik! Sana pergi!" Bella menghentak-hentakkan kakinya, kesal.
***
Di kelas, semua murid masih ramai mengobrol dan bahkan kelompok para laki-laki sedang adu panco dengan heboh.
Perempuan bergosip, berdandan dan segala macamnya. Kelas Bara memang disebut kelas yang paling berisik di antara yang lain.
Sindiran kelas IPS yang nakal sering didapat oleh kelas Bara yang juga adalah rival kelas Miftah yaitu kelas IPA yang sering dibangga-banggakan oleh semua guru.
Bukan hanya bermusuhan karena kelas mereka sering terlabel dengan pandangan nilai yang berbeda saja.
Banyak alasan dari keduanya, terutama sejak Miftah keluar dari grup geng motor Bara karena dia tidak suka dengan aturan Bara yang berlebihan terhadap anggota geng motornya.
Bara sama otoriternya dengan ayahnya, yang sudah Miftah tahu bagaimana perangai keluarga Bara.
Bara dan Miftah awalnya adalah teman dekat, namun mereka jadi musuh karena banyak paham di antara keduanya yang bertentangan.