Chereads / Asih Tanpa Kasih / Chapter 9 - Teman Sebangku

Chapter 9 - Teman Sebangku

Keluarga Miftah juga berbeda jauh dengan keluarga Bara, terkhususnya tidak ada niatan mendua dalam diri ayah Miftah dan bukan prinsip ayahnya seperti itu.

Ayah Miftah juga orang kaya yang bahkan kekayaannya lebih dari si Tuan Tanah--ayah Bara.

Miftah bahkan mengadukan persoalan yang terjadi di kampung tempat Bara dan keluarganya menguasa. Miftah meminta ayahnya untuk mencari solusi keterbelakangan kampung itu untuk membebaskan rakyat dari kemiskinan dan lilitan hutang.

Tapi bukannya ayah Miftah tidak setuju karena niatan baik anaknya, hanya saja dia juga punya alasan, dan untuk menentang kekuasaan Jajaka Purwa juga tidak semudah seperti melaporkan pencuri uang kencleng masjid dan akhirnya tertangkap tidak berdaya.

Ini soal menentang si Tuan Tanah yang berkuasa dan banyak anak buahnya, banyak orang yang terkait. Jadi, ayah Miftah pun perlu pertimbangan.

Di kelas, Asih sedikit gugup.

"Namaku Asih, senang berkenalan dengan kalian!" ucap Asih saat berkenalan di depan kelas.

Semuanya kagum melihat Asih yang cantik natural. Tapi tidak dengan geng Bella dan juga Bara yang sangat membenci keberadaan Asih yang terasa mengusik mereka sejak awal datang.

Setelah Asih duduk di bangku Fira. Teman sebangku Bara yang sekaligus tangan kanannya berbisik pada temannya yang kini terlihat kurang bergairah itu. Bara menunjukkan kejengkelannya.

"Wah, si Fira punya temen baru sekarang, apa dia akan ramah pada si Asih? kalau enggak, kasihan anak baru cantik itu," ucap Hilman tanpa mendapat perhatian dari Bara yang kini hanya mendengus kesal, "nanti istirahat kita deketin, yuk? Buat manas-manasin Bella kan lumayan!" ajak Hilman memberi rencana pada Bara.

Kalau bukan Asih, mungkin Bara setuju. Tapi tidak. Masa iya dia ngecengin ibu tirinya sendiri, yang ada sekarang Bara harus mengakuinya sebagai kerabatnya sendiri.

Fira adalah anak yang pendiam yang dulu sering dibulli geng Bella habis-habisan.

Menjadi bahan guyonan, dan suruhan Bella berikut teman-teman yang lain sebagai pesuruh.

Geng Bella sering menyuruhnya untuk membeli jajanan di kantin. Kelakuan Bella tidak menjadi masalah untuk Bara karena Bara juga sering memperlakukan orang semena-mena walaupun tidak separah Bella.

Dia masih punya sedikitnya nurani dan logika yang baik, kapan menjadikan orang sebagai sasaran dan kapan membantu orang.

Seperti saat Bara melihat ayahnya yang akan menampar Asih waktu itu. Bara peduli karena itu bukan hal yang pantas dilakukan oleh ayahnya.

Walaupun Bara nakal dan suka berkelahi tapi dia tidak berani memukul seorang perempuan, pada FIra pun dia sering menyuruh dan memberikannya upah walaupun sering Bella ambil lagi tanpa sepengetahuan Bara.

Namun, setelah enam bulan terakhir ini Fira berubah, Bella saja takut untuk menjahilinya atau bahkan menyuruh-nyuruhnya.

Setelah kejadian terakhir kali yang membuat Bella and The Gengsnya kapok.

Saat itu Bella menyuruh Fira untuk membelikannya bakso di kantin, tapi seseorang jahil pada makanannya Bella dan memberinya banyak cuka.

Bella menyuruh Fira untuk makan bakso cuka itu sampai habis untuk merasakan keasaman yang dirasakan Bella, tapi Fira menolak.

"Lo berani ya sekarang sama gue, hah?" Bella menantang dan dia langsung berdiri dan menarik kerah baju Fira.

Semua teman-teman yang mendukung Bella bersorak sorai membela, sedang sebagian yang kasihan pada Fira tidak berani ikut campur. Mereka hanya diam dan menonton keributan itu.

Tiba-tiba saat Bella terus-terusan mengata-ngatai Fira dan meledek ibunya karena jadi TKW ke negeri orang, Fira langsung menampar Bella dan perkelahian terjadi saat itu. Namun yang mengejutkan adalah karena perkelhaian berakhir dengan dimenangkan oleh Fira.

Teman-teman perempuannya bahkan tidak bisa memisahkan dan Bella pun mempunyai luka lebam akibat pukulan Fira yang sangat keras.

Saat peristiwa itu terjadi, Bara masih berpacaran dengan Bella. Seseorang melaporkannya pada Bara dan perkelahian pun bisa dilerai oleh Bara dengan mudah.

Tidak ada yang berani melapor pada guru saat itu. Dan sejak saat itulah mereka tahu kalau Fira mengikuti beladriri--silat dan dia memakai kemampuannya saat itu untuk melawan Bella.

Semenjak saat itu juga tidak ada yang ingin mengusik Fira, dan juga tidak ada yang mau berteman dengannya karena ancaman Bella.

Fira sudah terbiasa menyendiri sejak Bella dan Bara berkuasa dan karena Fira dipandang sebagai murid paling rendah dan paling miskin di antara yang lain. Jadi rata-rata mereka menganggap Fira tidak se-Level dengan mereka.

"Ogah!" tolak Bara.

Hilman pun terheran, tidak biasanya Bara tidak ingin mengikuti kejahilan dirinya apalagi pada perempuan cantik.

Hilman berpikiran bahwa temannya itu benar-benar sudah kepincut dengan Rani, adik kelas mereka di jurusan IPA.

Rani adalah siswi muslimah dan baik, dia saat ini dekat dengan Bara. Semua orang juga tidak menyangka jika Rani mau didekati Bara karena Rani dikabarkan juga dekat dengan Miftah.

Bara dan Miftah, keduanya selalu saingan dalam segi apa pun. Pikir Netizen sekolah.

"Ya … gak seru si Bosmah," celetuk Hilman. Dia jadi tidak berselera dekat dengan temannya yang kini sedang tidak asik.

Bara duduk di samping Asih, tapi mereka berbeda bangku. Hal itu membuat Asih kini cukup canggung bersebelahan dengan anak tirinya sendiri.

Asih akhirnya mengalihkan suasana dan mencoba menyapa Fira. Asih sebenarnya sungkan untuk menyapa teman sebangkunya yang sangat dingin dan jutek.

Tidak ada kata sapaan apa pun dari mulut perempuan itu. Tapi Asih tidak ingin menuruti egonya juga, karena teman sebangku adalah keluarga di sekolah yang paling dekat.

Asih jadi inget Neneng yang selalu ada di sampingnya.

Sekolah kota dan kampung sangat berbeda, baik dari penampilan maupun suasana, itu juga sebenarnya membuat Asih minder.

Asih tidak tahu sifat Fira seperti apa, apakah dia akan menyukainya atau tidak. Tapi Asih mencoba.

Baginya, memulai percakapan dengan orang lain yang diniatkan tulus akan membawa berkah tersendiri.

Asih mengulurkan tangannya, mencuri waktu di saat gurunya masih ada di depan.

"Salam kenal aku Asih, kamu?" Asih memulai. Fira tidak menoleh, tapi dia menjawab.

"Lo tadi udah perkenalan diri, pikun? So ngartis banget deh ih, gue harus dituntut untuk tahu nama lo yang kedua kalinya. Emangnya gue budek apa?" jawab Fira begitu ketus, membuat Asih menciut dan tidak lagi bertanya.

Bara yang mendengar itu, dia melihat Asih yang kini berwajah murung. Gituh-gituh juga Bara tetap iba melihatnya. Tapi dia berusaha tidak peduli. Dia anggap itu bukan urusannya.

Asih mengela napas, baru pertama kali dia masuk dengan suasana kelas sudah terasa sangat berbeda jauh dengan kelasnya.

Bagaimanalah dia setahun ke depan, sebangku dengan orang yang ketus, sekelas dengan anak tirinya, serumah dengan sebelas madunya, dan harus melayani lelaki yang tidak Asih cintai.

Asih juga harus minum pil kb untuk mencegah kehamilannya. Tanggung jawab yang bertumpuk, dan Asih harus bisa lalui itu.

Asih harus sukses agar keluarganya tidak terlalu bergantung pada suaminya. Asih juga harus bisa lepas dari si Tuan tanah, dia tidak ingin kalau hidupnya habis melayani lelaki yang sebelas dua belas mirip dengan Fir'aun itu, Asih tidak sudi.

Dia lebih memilih untuk pergi, Asih juga tidak peduli statusnya sebagai istri. Asih tidak bisa seperti ini, pikirnya.

Asih mencintai seseorang yang sudah dia kenal sebelumnya dan harus bisa bersama dia. Dia adalah Dandi, kakak kelasnya di sekolah SMA-nya dulu.

Setelah bel istirahat, Asih mencoba menyapa kembali Fira. Dia tengah sibuk membereskan buku dan Asih tidak tahu Fira sedang apa karena perempuan itu sekarang memunggungi Asih.

"Namamu Fira, ya?" tanya Asih setelah tadi dia melihat name tage di saku baju Fira.

Fira menoleh dan menutup tas punggungnya. Dilihat Asih sekilas Fira sedang makan dengan bekal nasi yang dia bawa sendiri.

Alih-alih berpikir negatif, Asih menduga Fira adalah orang yang hemat dan memang sudah terbiasa membawa bekal makanan rumah ke sekolah. Walaupun tak sepatah kata pun, Fira menawarinya.