Chereads / Asih Tanpa Kasih / Chapter 11 - Rani Memergoki Bara dan Asih

Chapter 11 - Rani Memergoki Bara dan Asih

Bara melihat baju Asih yang sekarang kotor. Bahkan sudah menembus tubuh Asih hingga sedikit menerawang.

Basah, dan kotor ditambah bekas saos. Rasanya pasti tidak nyaman, pikir Bara.

Bara terus memegangi tangan Asih dan membawanya ke suatu tempat.

"Kamu mau ajak aku ke mana?" tanya Asih penuh pertanyaan di benaknya. Segala macam pikiran berseliweran.

"Jangan berisik!" Bara memelototinya begitu sinis, membuat Asih mengernyit, terkejut melihat keganasannya.

'Anak dan Bapak sama saja,' gumam Asih dalam hati.

Mereka akhirnya tiba di toilet perempuan, Bara tidak mengajak Asih untuk pergi ke toilet laki-laki agar tidak membuat Asih malu.

Asih diseretnya untuk masuk dan tiba-tiba Bara langsung membuka kancing bajunya.

Keadaan yang sepi, membuat Asih ketakutan. Asih berpikir jika Bara akan melakukan hal yang tidak-tidak padanya. Pada ibu tirinya sendiri.

Asih jadi teringat kasus-kasus pelecehan di televisi, kaki Asih pun jadi gemetar.

Asih menutup matanya. "Mau apa kamu?" tanya Asih ketakutan.

Bara terdiam, dia lupa tidak memberitahu Asih dari awal kalau dia ingin mengajak tukeran baju seragam. Bara tahu jika Asih berpikiran buruk padanya.

"Lo jangan salah paham, masa gue macam-macam ke istri ayah gue sendiri? Gue masih waras, lagian gue gak tertarik sama lo," jelas Bara, "gue mau ajak tukeran baju biar baju lo gak nerawaang gituh," jelasnya lagi.

Asih pun lega, tapi sebenarnya dia juga merasa tidak kenapa-kenapa karena itu hanya bekas saus saja yang nanti juga kering dengan sendirinya, pikir Asih.

"Gak usah repot-repot." Asih menolak dengan sopan.

Bara masih membuka bajunya dan lanjut melepasnya, dia memberikannya pada Asih. Pura-pura tak mendengar penolakkan Asih barusan.

"Nih! Cepetan ganti. Baju lo menerawang. Gak modis banget anak baru, baju udah kotor."

Asih menatap wajah Bara yang terlihat seram menurutnya. Dia akhirnya menerima tawaran Bara dan mengambil seragam itu dari tangan anak tirinya.

Ukuran baju Asih potongan asli karena dia tidak suka merombak bajunya seperti kebanyakan siswa perempuan yang lain, yang sengaja mengecilkan seragam mereka agar terlihat membentuk tubuh.

Jadi bajunya juga akan pas di tubuh Bara. Tidak akan kekecilan.

Asih kemudian masuk ke bilik toilet paling ujung.

Di dalam kamar mandi Asih memikirkan sikap Bara padanya, dia seperti Gorila ngamuk tapi juga pengertian pada Asih.

"Ah sudahlah, aku nurut aja. Cari aman," gumam Asih dan kemudian mengganti bajunya.

Bara kini menyandarkan dirinya ketembok, dengan satu kaki diangkat dan satu kaki lainnya menahan tumpuan ke tembok dan kedua tangan yang dia masukkan ke masing-masing saku celana.

Asih juga tidak seribet perempuan lain, tidak lama dia kemudian membuka pintunya dan menyerahkan seragamanya pada Bara.

Tapi, bersamaan saat itu seorang siswa perempuan masuk ke toilet. Ketiganya pun terkejut. Perempuan itu, Asih dan Bara.

Si perempuan itu menyangka Bara dan Asih telah melakukan hubungan terlarang.

"Maaf," ucap si perempuan berkerudung itu dan langsung pergi lagi keluar.

Bara sesegera langsung mengambil baju dari tangan Asih dan langsung mengejar perempuan itu karena dia adalah Rani.

Perempuan yang sedang didekati oleh Bara. Asih yang tidak tahu menahu dengan hubungan mereka kini masih termangu bingung di dalam kamar mandi, sendiri.

"Siapa perempuan itu?" tanya Asih pada dirinya sendiri. Sebab tidak ada orang lagi di sini.

Bara terus mengejar Rani yang kini juga berjalan semakin cepat. Ingin sekali Rani berlari tapi dia tidak ingin menciptakan kegaduhan, cukup langkahnya yang dipercepat saja.

Bara menarik tangannya hingga perempuan itu berhenti. Seketika juga Rani menepis tangan Bara.

"Bukan mahram!" tegur Rani dan Bara pun langsung melepaskannya. Bara tersenyum masam.

"Maaf. Jika megang tangan kamu bukan mahram, terus kalau berduaan sama kamu? Itu boleh, ya?" Bara menyindir.

"Apa? Maksud kak Bara apa?" Rani tidak mengerti.

"Kamu berduan sama Miftah, kan?" Bara bertanya sembari wajahnya didekatkan pada wajah Rani. "Jangan so suci deh, Ran."

Mata Rani kini berlinang. Hatinya sakit dituding seperti itu oleh lelaki yang juga dia suka walaupun awalnya Rani suudzon pada Bara yang hanya mendekatinya untuk melakukan pelampiasan saja sebab hubungannya kandas dengan Bella.

Tapi keburukan Bara pun terlihat lagi olehnya tadi dengan Asih, hingga Rani menyimpulkan kalau mereka berdua sudah berzina.

"Cukup! Jangan fitnah aku seperti itu." Rani emosi, tangannya yang diangkat ke atas sambil digibas-gibas mengisyaratkan hal itu.

"Aku gak fitnah, aku punya bukti. Kamu yang su'udzon sama aku, tadi aku gak ngapa-ngapain di toilet. Aku hanya tukeran baju sama sepupuku karena bajunya kotor. Lihat ini!" Bara memperlihatkan baju kotor Asih yang sudah dia pakai.

Rani menerawang kejujuran di mata lelaki yang sebenarnya juga dia sukai. Tapi Rani masih menggantung hubungannya dengan Bara.

Rani tidak ingin jika dia nantinya terjerumus pada pergaulan bebas, keluarga Rani sangat islami dan dia tidak dibolehkan untuk pacaran.

"Maaf Kak, aku juga gak ingin tahu. Itu bukan urusanku." Rani kemudian pergi meninggalkan Bara.

Bara tidak bisa mengejar perempuan itu. Tidak ada daya jika di sekolah, semua orang pasti memerhatikannya.

"Sial! Gue harus cari tahu foto-foto itu." Bara kesal, dia masih menatap kepergian Rani yang berjalan ke kelasnya.

Lagi-lagi, Bella melihat Bara. Dia emosi karena tadi Bara mengobrol dengan Rani setelah Bella bahkan sudah memberikan foto-foto kebersamaan Rani dan Miftah, yang sengaja untuk memfitnah mereka berdua agar Bara bisa kembali pada Bella.

"Ih, perempuan so suci itu kenapa sih deketin terus pacar gue Bara! Sebal!" Bella uring-uringan.

"Sabar Bel, Sabar … gue percaya Bara pasti bakal minta balikan lagi sama lo." Keyla menenangkan.

Tata pun juga ikut menyemangati. "Bener Bel. Kita juga kan pasti bantu lo. Semangat!"

Hanya satu orang yang kini kebingungan dengan redaksi kata 'Pacar' yang barusan terucap dari mulut Bella.

"Bukan pacar kali Bell, lo kan udah bukan pacar Bara lagi. Lo mantannya." Ica menjelaskan kesalahan kata dari ucapan Bella.

"IcaaaAAA!" serempak ketiganya menegur Ica yang terlalu jujur.

Ica semakin bengong dengan hal itu.

Di tengah kekesalan mereka pada Ica, Asih kemudian keluar dari kamar mandi. Bella and The Gengs yang kebetulan juga lewat di jalan yang sama langsung menghampiri Asih.

Mereka bersikap ramah padanya karena pernyataan Bara yang mengakui Asih sebagai sepupunya.

"Hai, Asih," sapa Bella duluan, teman-temannya yang lain menyeringai di belakang Bella.

Gigi mereka berderet putih dan itu semakin membuat Asih jadi takut.

Bukannya Ash senang, justru dia jadi canggung karena Asih sudah dapat menebak siapa Bella dengan kekuasaannya di kelas.

Asih senyum terpaksa.

"Iya?" Asih bertanya maksud mereka berhenti di depannya.

Bella mengalungkan tangannya pada leher Asih. Seperti nenek sihir yang merayu dan menghasut seorang Putri Salju untuk mau memakan buah apel.

Begitulah raut wajah Bella. Namun, baru saja Bella ingin berucap tiba-tiba Bara datang.

Bella and The Gengs-nya terkejut karena wajah Bara tidak terlihat baik-baik saja.

"Asih!" teriak Bara sambil masih berjalan. Asih membalik badannya dan –

GRAPPP!

Tangan Asih ditarik Bara dan langsung pergi meninggalkan Bella and The Gengs-nya.

Bella sebal, kakinya diinjak-injakkannya ke lantai saking kesalnya. Dan dia pun mencubit-cubit temannya, tidak eling.

"Bell, lo kenapa sih?"

"Bella sakit."

"Bella!"

"Aaaaahhhh kesal!" Bella teriak.

Bara terus menyeret Asih ke kelas. Dia sempat ke kelas lebih dulu tapi tadi dia tidak melihat Asih dan inisiatif menyusulnya.

Bara juga semakin geram karena Asih sedang diajak ngobrol oleh Bella, Bara pun berani memegang tangan Asih lagi dan kini membawanya ke kelas karena bel masuk juga tidak lama akan berbunyi.

Bara tidak ingin jika Asih dihasut oleh Bella dan takut juga jika Asih keceplosan membocorkan siapa dirinya sebenarnya.

Bara kemudian berhenti melangkah sebelum pintu masuk ke kelas dan melepas tangan Asih.

Mereka kikuk, Bara menepuk-nepukkan tangannya ke celana seragam abu miliknya.

Merasa jijik memegangi tangan Asih.

Mereka berdua saling melihat seragam masing-masing yang dipinjamkan. Rasanya aneh karena status mereka yang sebagai ibu tiri dan anak tiri saling bertukar baju.

Asih menunduk, dia tidak bisa berpandangan dengan anak tirinya sendiri. Bara pun salah tingkah karena menatap Asih terlalu lama.

"Asih, dengarkan gue!" Bara memerintah.

Asih mendongak. Siap-siap mendengarkan. Tubuhnya refleks dengan perintah.

'Ada apa ini? Kok aku mau-maunya,' gumam Asih dalam hatinya sendiri.

"Ya?"

"Lo!" Tunjuk Bara di depan wajah Asih. "Awas kalau lo bilang ke yang lain kalau kita –" Bara kaku untuk mengucapkan status mereka.