Chereads / Asih Tanpa Kasih / Chapter 56 - Bella Mengkhawatirkan Bara

Chapter 56 - Bella Mengkhawatirkan Bara

Asih jadi terus memikirkan soal Bara.

Apakah dia juga sudah menikmati hubungan badan dengan Bella saat mereka pacaran?

Jika sudah, itu sungguh tidak bisa dipercaya, pikir Asih.

Sepanjang mata pelajaran pun, Asih tidak bisa fokus.

Sesekali, dia juga memandangi Ica dan Bella.

Asih tidak menyangka. Ya … walaupun memang sebenarnya pergaulan bebas itu ada di mana-mana.

Apalagi anak-anak seperti Bella dan Alfred. Anak-anak orang kaya yang kehidupan remajanya bersifat bebas.

Tak ayal, hal itu membuat kehidupan mereka juga gampang tergelincir ke dunia yang tidak benar.

Asih hanya bisa berdoa untuk dirinya sendiri agar terlindungi dari hal-hal yang tidak baik.

Dan Asih juga turut mendoakan semua teman-temannya, termasuk Alfred dan Bella agar jangan sampai mereka keterusan hidup di dunia remaja yang bebas.

Asih berdoa dalam hati.

Temannya—Fira yang sedari tadi menyadari ada ketidakberesan dalam diri Asih. Fira jadinya sedikit menaruh kecurigaan melihat sikap Asih hari ini.

Asih sungguh tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Perasaan yang masih tidak menyangka soal rahasia Alfred dan Bella yang sudah di luar batas pergaulan.

Tapi Fira tidak tahu sama sekali soal itu.

Malah, Fira berpikiran kalau Asih itu tengah galau karena Bara tidak sekolah sebab diskor. Dan ditambah lagi memar di pipi Asih yang pastinya masih terasa sakit.

"Asih, apa pipi kamu itu berdenyut?" tanya Fira.

Fira takut Asih tengah merasakan denyut pipinya yang sekarang masih terlihat memar.

Pikir Fira, pasti sakit.

Asih langsung menoleh ke kanan. Ke posisi di mana Fira berada.

Dan refleks, Asih pun langsung memegangi pipinya sendiri.

"Oh, tidak. Tidak sakit kok, Fir." Asih mengelak. Dia pun tersenyum. "Tapi kalau ditekan, pasti sakit," sambungnya kemudian.

Mendengar Asih berucap seperti itu dengan ekspresi yang tampak lucu di mata Fira. Fira pun tertawa.

Hampir saja tawanya itu menganggu konsentrasi belajar yang lain.

Tadi Fira bertanya di sela-sela kesempatan ketika sang guru tidak sedang menjelaskan di depan kelas.

Keduanya masih tertawa diam-diam.

Dan sementara itu, Ica yang sedari sadar kalau Asih sempat memerhatikannya.

Ica sangat takut. Takut jika Asih nanti akan membocorkan soal rahasia Bella pada semua teman sekelas mereka dan nantinya Ica-lah orang yang akan disalahkan karena mulutnya sudah kayak ember bocor.

Tumpah sana sini.

'Please, Asih! jangan bocorin soal yang tadi. Karena kalau iya, gue nanti bisa mati dicekik sama si Bella,' gumam Ica dalam hati. Ica ketakutan sekali.

Dia sudah bisa membayangkan bagaimana reaksi Bella nantinya jika dia tahu kalau Ica sudah keceplosan pada Asih.

***

Saat istirahat, Asih, Fira dan Hasan memilih untuk kumpul bertiga di perpustakaan.

Mereka lebih memilih tempat yang sepi dari keramaian. Itu membuat mereka tenang dan merasa punya lingkungan yang nyaman.

Namun, langkah Asih dihalangi oleh Bella.

Fira dan Hasan pun lebih memilih untuk pergi duluan dan Asih nantinya menyusul.

"Ada apa, Bella?" tanya Asih pada Bella yang sekarang tengah memandangi Asih dengan raut wajah tidak biasanya.

Terlihat, ada raut wajah penyesalan.

Gengs Bella yang terdiri dari; Keyla, Tata dan Ica tidak ada yang menemani Bella sekarang.

Mereka sudah Bella usir untuk tidak mengganggu percakapannya dengan Asih dan disuruh lebih dulu pergi ke kantin.

"Asih, aku minta maaf ya. Gara-gara aku, kamu jadi –" ucap Bella tidak tamat.

Sebab, Asih memotongnya.

Asih tersenyum. "Tidak apa. Tenang saja. Jangan merasa bersalah, Bella! Aku baik-baik saja kok." Asih memang tidak begitu menyalahkan Bella.

Ini semua hanyalah kecelakaan saja, dan Asih juga tidak memperhitungkannya juga.

Bella tersenyum dan memeluk Asih. Kali ini, Bella tulus. Dia tidak punya niatan buruk atau hanya ingin mencari perhatian Asih agar Bara juga nantinya lebih perhatian lagi pada Bella. Tidak.

Bella memang merasa dirinya bersalah pada Asih, maupun pada Bara juga.

"Terima kasih, Asih," ucap Bella.

Untuk beberapa menit, Bella masih memeluk Asih.

Sampai Asih kembali berucap, "tenang aja! Gak perlu dipikirin juga." Asih mengelus-elus punggung Bella.

Kemudian, Bella pun melepaskan pelukannya.

"Bara gimana?" tanya Bella lagi, "apa dia baik-baik aja?" Bella sangat penasaran bagaimana kondisi Bara saat ini.

Dia tahu kalau Bara tidak kenapa-kenapa. Yang Bella khawatirkan itu ialah soal emosi Bara. Pastinya dia tidak terima kena skorsing.

Asih mengangguk sembari tersenyum.

"Iya. Dia baik-baik aja kok. Kamu enggak perlu khawatir, Bell. Palingan Bara sekarang sedang main game." Asih tertawa kecil sambil menutup mulutnya dengan tangan kanannya. "Dia pasti gunain hari skorsingnya dengan sebaik mungkin. Percaya sama aku!"

Asih menatap Bella dengan tatapan teduh agar perempuan di hadapannya ini bisa merasa tenang dan tidak terlalu over thinking mengenai Bara.

Asih memprediksi kalau Bara akan merasa nyaman-nyaman saja mendapat skorsingan. Hitung-hitung libur ala sultan.

Jadi, dia tidak perlu mengkhawatirkan apa pun karena memang pihak sekolahlah yang menyuruhnya untuk meliburkan diri.

Enak bukan? Ya. Asih pikir Bara berpikiran seperti itu.

Walaupun memang, Asih sendiri dapat melihat jelas kesedihan Bara karena mendapatkan skorsing.

Tapi yang namanya anak laki-laki. Mereka tidak akan menyesali perbuatan mereka dengan berlarut-larut.

Pastinya sebisa mungkin mereka akan menghibur diri mereka sendiri dengan beragam aktfitas lainnya.

Bella pun tersenyum. Bella juga tahu bagaimana kelakuan Bara kalau di rumah.

Karena dulu, Bara suka memberi tahu Bella kalau dirinya tengah bermain game bersama kakaknya—Adrian.

Dan itu sudah menjadi suatu rutinitas bagi Bara.

Bella juga yakin, kalau sekarang si Bara itu pastinya tengah asyik bermain game.

Dirasa keperluan Bella sudah beres dengannya, Asih pun berniat pergi.

Takutnya … Hasan dan Fira menunggunya lama. Asih tidak enak juga.

"Kalau tidak ada hal lain yang ditanyain lagi, boleh aku pergi?" Asih meminta izin pada Bella.

"Kau mau bergabung dengan orang pacaran?" Bella menunjuk Asih.

Dia mempertanyakan tujuan Asih yang akan pergi ke perpustakaan untuk menyusul kedua temannya; Hasan dan Fira.

Asih mengangguk. Wajahnya menampakkan kebingungan atas ucapan Bella itu.

Hasan dan Fira memangnya pacaran?

Asih kira tidak begitu.

Tapi kenapa Bella beranggapan seperti itu?

Oh, ini bukan soal Hasan dan Fira berpacaran. Asih mendukung jika keduanya mau menjalin hubungan baik untuk serius.

Namun, Asih tidak tahu soal hubungan mereka yang kata Bella sudah pacaran.

"Pacaran? Hasan dan Fira maksudnya?" Asih bertanya.

"Iya," jawab Bella. Bella melipat kedua tangannya di dadanya. Dia pun tertawa.

Mengingat soal Fira dan Hasan yang memang selalu berduaan itu, dan yang selalu diperalat serta dipojokkan oleh kaum atas. Alias oleh kaum Bella sendiri.

Bella jadinya ingin sekali tertawa terbahak-bahak.

Menurut Bella, keduanya memang sangat dungu sekali.

Hasan dan Fira adalah humor tersendiri untuk Bella dan kawan-kawannya.

Asih menatap Bella dengan penuh keheranan. Tapi Asih cukup paham kenapa Bella tertawa.