Di dalam mobil lain Damian yang tiba-tiba melihat taksi yang ditumpangi Veeneta melaju sangat kencang, dia menggertak sambil mendengus.
"Cepat kejar mereka!" Teriak Damian pada si sopir.
Lalu dalam sekejap iring-iringan mobil saling berkejar-kejaran di jembatan.
'Tuan, apa yang terjadi?' tanya srigala dalam tubuh Rigel.
'Aku juga tidak tahu. Apa kau tahu apa yang ada di pikiran orang ini? Selama dia berniat baik biarkan saja.' Ucap Rigel, lalu dia menoleh melihat Veeneta yang menegang tangan kanannya erat berpegangan pada pegangan mobil yang ada di atas kepalanya.
Suara ponsel Rigel berbunyi saat itu juga, Rigel dengan cepat mengangkatnya.
"Halo …" jawab Rigel dengan tatapan mata yang tajam menatap ke depan.
"Tuan, kami berada di belakang. Tiga mobil masih mengikuti kalian apa yang harus kami lakukan?" tanya salah seorang diujung telepon.
"Tetap pada jalur jangan melakukan apa pun yang membuat keributan." Ucap Rigel dengan suara tenang.
Veeneta yang mendengar seketika menoleh, dia melihat ekspresi wajah Rigel berubah menegang lalu Veeneta menatap lurus ke depan. Dia masih mengira-ngira apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa si sopir taksi mengebut di tengah jembatan.
"Baik Tuan." Jawab dari ujung telepon.
"Kalian semua tetap menjaga jarak, ingat jangan melakukan apa pun. Kecuali …"
BRAK!
Seketika Rigel tersentak begitu juga Veeneta, dia hampir saja terjerembab ke kursi sopir yang ada di depannya jika saja Rigel tidak cepat menarik tubuh Veeneta.
Veeneta yang terkejut wajahnya tenggelam di pelukan pria yang baru saja dia kenal ini.
Rigel mendengus, sopir taksi terlihat tenang meski dia sempat menoleh ke belakang.
"Tuan … Tuan …" suara teriakan dari ujung telepon terdengar keras. Rigel langsung menjawab, "Lakukan pengawalan ketat seperti biasa, sepertinya mereka sudah tidak bisa menahan diri." Setelah itu Rigel menutup sambungan teleponnya lalu dia menundukkan pandangannya dan berkata dengan lembut, "Apa kamu baik-baik saja?"
Veeneta yang tersadar langsung menarik dirinya duduk tegak kembali sambil menganggukkan kepalanya.
Mata Rigel bertemu dengan mata sopir taksi.
"Pak, bisa ambil ke kiri." Ucap Rigel, saat dia menoleh ke belakang ada dua mobil yang masih berusaha terus mengejar dan juga berusaha menabraknya.
Sopir taksi hanya mengangguk, dengan cepat dia membanting setirnya ke jalur kiri.
Beberapa mobil terkejut melihat taksi yang tiba-tiba berbelok dan hampir saja membuat pengendara lain terkejut lalu mengumpat.
"Hei … dasar sopir taksi sialan!"
"Hei … apa kau sudah gila!"
"Hei … ini bukan jalanan milikmu sendiri."
Begitulah semua pengendara mengumpat sopir taksi belum selesai mereka dikejutkan lagi dengan beberapa mobil yang juga melakukan hal yang sama.
"Wah … mereka semua sudah gila ya." Teriak pengendara lain yang sangat terkejut tibat-iba ada banyak mobil menyalip lalu menikung dengan cepat.
Mobil-mobil itu yang menyalipnya seperti sedang berada di arena balap, sangat kencang mereka tidak peduli kalau saat ini sedang berada di jembatan umum dan banyak mobil lainnya.
"Cepat kejar taksi itu …" Damian berteriak dengan dadanya yang kembang kempis merasa kesal melihat bagaimana si sopir taksi sangat lihai membawa mobilnya.
Alis Damian berkedut saat dia tidak sabar melihatnya, "Buka atap mobilnya!"
Sopir yang duduk di sebelah Damian alisnya berkerut dan berkata, "Tuan … ini … kita ada …."
"Sialan! Jangan mengabaikan perintahku." Geram Damian.
Mendengar itu si pengemudi langsung melakukan apa yang disarankan Damian.
Atap mobil terbuka, Damian dengan cepat sudah berdiri di atap mobil lalu naik ke atasnya dengan posisi seperti orang yang akan terbang.
Semua orang yang melihat Damian langsung tercengang.
"Sial, vampir itu …" teriak anak buah Rigel.
Rigel yang sedang melihat ke belakang langsung terkejut juga, saat matanya menangkap sosok Damian sedang berdiri di atas mobil yang ada di belakangnya.
Saat bersamaan semua kawanan Rigel sudah berada di kanan kiri belakang taksi yang membawa Veeneta.
"Cepat jangan melambat." Teriak Damian.
Damian tidak peduli lagi dengan semua orang yang ada di sana.
Semua pengemudi yang melihat aksi Damian matanya tercengang.
"Apa yang dilakukan pria muda itu?" ucap salah seorang pengemudi.
"Ayo laporkan pada pengawas jembatan." Ucap perempuan yang duduk di sampingnya.
BRAK!
BRAK!
Tiba-tiba mobil mereka ditabrak dari belakang, seketika mobil yang mobil mereka mogok di tengah jembatan.
"Ah sialan kalian semua." Gerutu si pria muda saat dia melihat sosok pria dalam mobil yang menabraknya menatapnya dengan tajam.
"Siapa mereka semua, apa mereka mau cari mati." Ucap si perempuan dengan geram.
"Aurie, apa yang dilakukan oleh mereka?" ucap Carinae saat dia melihat ke belakang dan sebuah mobil berhenti tiba-tiba setelah ditabrak oleh mobil yang mengikuti mereka.
"Vampir sialan itu tidak peduli dengan manusia, aku khawatir ini akan menyebabkan masalah." Jawab Aurie.
"Aku tidak menyangka Rigel bisa sejauh ini hanya karena gadis itu." Ujar Carinae.
Aurie menoleh lalu tersenyum mendengar pasangannya berkata seperti itu, "Seharusnya kamu tidak berkata seperti itu, Rigel sedang mencari pasangannya. Apa kamu mau melihatnya jomblo seumur hidupnya."
"Tapi, kenapa harus gadis itu, apa di klan kita tidak ada gadis yang bisa dia pilih."
"Carinae, apa kita bisa memilih pasangan kita sendiri?"
Carinae menatap Aurie lalu dia tersenyum dan berkata, "Maafkan aku! Aku hanya tidak menduga Rigel bisa sejauh ini bertindak."
"Jangan berpikir macam-macam kita hanya perlu mendukung dan mengawalnya."
"OK!" jawab Carinae pada akhirnya, dia menggenggam tangan Aurie.
"Aku hanya berharap Rigel juga bisa bahagia seperti kita dengan pasangannya, siapa pun gadis itu." Ucap Aurie.
Dia dan Rigel sudah bersama sejak mereka masih kecil jadi Aurie sudah menganggap Rigel seperti saudaranya sendiri meski jarak di antara mereka sangat jauh. Rigel ada alfa nomor satu dan pemimpin klan-nya, Aurie harus menghormati Rigel.
"Pak Sopir, apa yang terjadi?" tanya Veeneta saat dia sudah duduk tegak di tempatnya dengan wajahnya yang tegang dia menatap sopir dari kaca spion.
"Nona, jangan khawatir aku akan membawa kalian keluar dari jembatan ini dengan aman." Jawab si sopir taksi.
Alis Rigel berkerut mendengarnya, dia lalu menganalisa si sopir taksi.
'Siapa dia? Bagaimana mungkin dia tahu kalau mereka sedang bahaya dan dikejar oleh sekelompok orang, normalnya manusia biasa akan panik dan …'
Saat itu juga sopir taksi bibirnya tertarik sedikit membentuk senyuman saat mata Rigel bertemu dengan matanya.
'Apa dia …"
Rigel melirik Veeneta, gadis itu diam membeku membetulkan kembali hoodie yang sempat terjatuh dari kepalanya. Kedua tangan Veeneta saling bertautan, dia memainkan jari-jari tangannya yang imut.
'Apa dia pelindung rahasia gadis ini?' dalam hati Rigel.
Saat itu si sopir taksi tersenyum.
'Jadi … dia … sungguh adalah pelindung rahasia gadis ini?' ucap Rigel pada dirinya sendiri saat matanya kembali bertemu dengan mata si sopir taksi dari kaca spion yang ada di atas kepala si sopir.
'Kamu bisa menghantar suaramu dalam pikiranmu?'
Tiba-tiba Rigel mendengar suara penghantar si sopir taksi, matanya melotot seketika.
'Selamat datang di Tokyo.' Ucap si sopir taksi dengan pikirannya menatap lekat pada Rigel yang membeku di kursi penumpang dengan mata masih melebar menatapnya, saking terkejutnya.