Saat semua orang pandangannya fokus ke depan, dua sosok dengan cepat keluar dari dalam ruangan.
Takeru yang melihat keduanya keluar hanya bisa menyunggingkan senyumannya.
"Mereka berdua selalu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi bangsa kami." Ucap Takeru pada dirinya sendiri saat melihat keduanya menghilang dari pandangannya.
Saat itu juga seketika tiba-tiba lampu padam, seluruh Tokyo.
Semuanya terkejut, lalu terdengar teriakan.
"Ada apa ini?"
"Apa yang terjadi?"
"Bagaimana bisa gedung mewah seperti ini bisa begini …"
Suara orang-orang terdengar di seluruh ruangan. Mereka panik dan mengumpat, Takeru yang mendengar hanya tersenyum karena dia tahu semua ini ulah kedua bangsawan vampir tadi.
Tapi detik kemudian lampu sudah menyala.
Lord Biyan dengan tatapan ganas membanting tubuh seseorang ke dinding dengan kekuatan besar.
BRAK!
GEDEBUK!
Tubuh kekar itu langsung jatuh ke tanah, pemuda itu menatap dua orang yang berdiri di depannya dengan tatapan ganas. Sudut bibirnya mengeluarkan darah.
Sebelumnya dia tidak pernah menyangka dalam hitungan detik dua orang ini membawanya pergi sejauh ini saat dia berada di dalam mobil mengikuti Veeneta.
"Sialan! Persetan dengan kalian berdua." Umpat si pemuda dengan tatapan ganas dan kesal.
"Damian … dasar vampir rendahan suka membuat keributan." Suara dingin Lord Biyan membuat seketika tubuh Damian tidak bisa bergerak, dia mati rasa.
"A-apa yang kau lakukan padaku?" ucap Damian dengan susah payah saat dia berbicara.
Lord Biyan berdiri dengan penuh kaguangan, dia mengibaskan jas miliknya membersihkan debu dari pakaiannya itu lalu dia tersenyum sinis, "Apa kau tidak pernah diberi tahu oleh kedua orang tuamu … tentang bagaimana bersikap di sini."
"Aku tidak peduli, semua bukan urusanmu. Aah …"
Damian berteriak kesakitan, rasanya tenggorokannya ada yang mencekiknya.
"Cezar, jangan terburu-buru. Kalem saja, makhluk satu ini harus diberi pelajaran agar dia tidak macam-macam dengan gadis itu."
"Huh, ternyata kalian juga sama menginginkan darah gadis itu, bukan?" ucap Damian saat dia merasa tenggorokannya sudah kembali normal.
Cezar yang mendengar ingin sekali menghabisinya, tapi gerakannya ditahan oleh Lord Biyan.
"Bersabarlah, ada waktunya kau bisa menghabisi makhluk rendahan ini." Ucap Lord Biyan dengan tatapan merendahkan, dia menatap Damian dengan jijik.
"Kau seharusnya tidak berada di sini." Lanjut Lord Biyan, kaki kanannya sudah menginjak paha Damian.
"Aaah …" erangan Damian membuat pekak telinga yang mendengar.
Karena mereka berada di tepi laut dan itu jauh dari manusia, jadi teriakan kencang Damian tidak akan terdengar oleh siapa pun.
Sangat memilukan!
"Aku tidak punya urusan dengan kalian?" gertak Damian yang sama sekali tidak tahu dengan siapa dia berurusan saat ini.
Cezar langsung terbang ke arahnya.
BUK!
Memukul dada Damian dengan kuat membuat Damian seketika langsung muntah darah. Sudut bibir Damian keluar seteguk darah segar.
Dia memicingkan matanya lalu menjilati bibirnya dengan masih menatap tajam kepada keduanya, ada rasa manis yang keluar dari mulutnya, darah segar.
"Cezar jangan buang-buang energimu untuk sampah seperti dia." Ujar Lord Biyan.
"Apa mau kalian? Aku tidak ada urusan dengan kalian berdua, dasar bajingan!" Damian terus mencaci, giginya bergemeretak, kalau saja sosok lelaki bermata tajam dan wajahnya yang penuh yang pucat sekali bagai porselen itu tidak membuat tubuhnya mati rasa dan tidak bisa bergerak, Damian berpikir dia bisa menghabisi keduanya sekaligus.
Sementara sosok lainnya wajahnya begitu tirus tapi dia masih terlihat sangat muda, seseorang yang menghajar dadanya barusan. Damian terus menatapnya tidak sama sekali merasa tertekan meski tubuhnya tidak bisa bergerak.
Mendapati pemikiran Damian seperti itu membuat Lord Biyan yang dapat membaca pikiran orang lain tersenyum kecil, dia mengejek lalu berkata, "Apa kedua orang tuamu tidak pernah memberi tahu tentang kami …"
"Persetan! Cuih!" Damian meludah dia seakan tidak peduli siapa orang-orang di depannya ini.
Meski penampilan mereka berdua memang terlihat aneh mengenakan jas bangsawan kuno, Damian tidak mengenal mereka sama sekali.
"Cezar, beri dia ingatan tentang keluarganya di masa lalu." Ucap Lord Biyan menyeringai dan memberi perintah pada Cezar.
"Baik My Lord." Cezar langsung berjalan ke depan mendekati Damian, telunjuk tangan kirinya menekan dahi Damian.
"Sialan, apa yang ingin kamu lakukan padaku …" Damian menggelengkan kepalanya, detik berikutnya tatapan mata Lord Biyan membuat dia terdiam.
Saat itu Damian seperti sedang menonton televisi, peristiwa mengenaskan tentang klan vampir Bunga Matahari dan keluarganya terpampang jelas di matanya.
Setiap kejadian, saat sekelompok vampir berpakaian bangsawan menghabisi semua vampir di tempatnya tak terkecuali keluarganya, Damian tidak bisa bernapas melihat bagaimana semua kelompoknya mati mengenaskan dibakar hidup-hidup.
Damian bisa mengenali Lord Biyan masa mudanya, tatapan mata dan seringai itu tampak sama seperti sekarang.
Damian mengepalkan tinjunya dengan kuat, tapi dia tidak berdaya.
"Nenek, Kakek, Paman … di mana ibuku, ayahku …" teriak Damian dengan linglung. Dia terus berteriak histeris.
Lord Biyan tersenyum melihat ada yang dialami Damian.
"Aku sudah memberi peringatan, ternyata kedua orang tuamu tidak pernah memberi tahumu tentang kami. Ingat jangan pernah mengganggu gadis itu atau aku akan memperlakukan kamu dan keluargamu sama seperti kakek dan nenek serta keluargamu yang lainnya." Suara dingin Lord Biyan sangat menakutkan, Damian tenggorokannya terasa tercekat.
Cezar melangkah maju, dia menunjuk dahi Damian kembali.
Dalam hitungan detik, wajah Damian sepucat kertas diam tanpa daya.
"Jangan banyak bicara dasar sampah tidak tahu diri, bagaimana bisa kamu orang rendahan menginginkan gadis itu." Ujar Cezar menendang kembali dada Damian.
"Cukup Cezar, jangan melukainya lebih parah, aku hanya ingin memberi peringatan pada keluarga dan kelompok Bunga Matahari miliknya." Ucap Lord Biyan.
"Tapi Lord …"
Lord Biyan mengangkat tangannya lalu berkata, "Sudah, ayo kita kembali."
"Baiklah." Hanya itu balasan Cezar pada akhirnya, dia tidak bisa membantah perkataan tuannya.
Kelompok Bunga Matahari adalah satu klan vampir di negara Rusia, mereka terkenal beringas di sana ratusan tahun yang lalu. Saat pertama kali putra pertama dari keluarga itu berubah menjadi vampir dan semua orang dia gigit sampai mati lalu dia juga membuat semua orang menjadi sepertinya.
Kejadian itu membuat resah agen vampir di Rumania, dengan cepat Lord Biya yang saat itu masih sangat muda diberi perintah untuk menghabisi keluarga mereka tanpa ampun agar tidak menimbulkan kekacauan yang luar biasa di Kalangan vampir di seluruh dunia.
Siapa sangka masih ada keturunan yang tersisa, dan memiliki anak, Damian.
Lord Biyan dan Cezar dalam sekejap mata sudah menghilang meninggalkan Damian yang terkulai lemah tidak berdaya.
Kembali ke acara di gedung mewah pusat kota.
Saat lampu menyala Misaki dan ketiga saudara kembar sudah tidak ada di sana. Semua orang bahkan tidak terkejut dengan hilangnya mereka.
Mereka berempat memang selalu misterius setiap acara seperti ini, selalu menghilang tiba-tiba setelah acara.
Misaki yang sudah sampai di rumahnya duduk di sofa panjang menatap keluar jendela besar. Dia menghela napas panjang setelah berada di ruangan pribadinya sendirian.
"Ratusan tahun aku hidup tapi rasanya hidupku tidak berguna sama sekali." Gumam Misaki.
Dia selalu berpikir seperti itu padahal justru sebaliknya, semua kekayaan yang dia miliki sekarang bahkan bisa membeli semua yang dia inginkan saat ini.
Bahkan Misaki tidak pernah menyadari kalau dia adalah sosok yang selalu dikagumi semua orang atas bakatnya yang luar biasa.
Saat sudut mata Misaki dipenuhi dengan cairan bening karena dia teringat kedua orang tuanya, Misaki tidak bisa menahannya lagi.
Dia sudah berusaha mencari makam ayah dan ibunya selama ini, tapi belum juga dia temukan.
Dada Misaki rasanya sakit sekali.
"Apa kau mendengarku? Hei, aku ingin hidup lebih lama, jika ada yang mendengarku jawab aku dan mari bertukar tempat." Veeneta berdiri di balkon apartemennya saat dia menatap bintang di langit yang terang.
Setelah kejadian menakutkan sepanjang perjalanannya pada akhirnya dia sampai juga di apartemennya, Veeneta sampai di rumahnya dengan selamat atas bantuan seseorang yang baru dia kenal.
Lalu siapa sangka, Rigel, pemuda serigala yang membantunya juga ternyata menempati satu unit apartemen yang ada di sebelahnya.
Saat Veeneta menatap ke langit, Rigel diam-diam melihatnya lalu mengambil gambar Veeneta.
Misaki yang berdiri menatap keluar kaca jendela besar dari rumahnya, dia sangat terkejut.
"Suara siapa itu?"