Dengan rasa ketakutan Misaki berlari sampai ke perbatasan desa, masuk ke dalam hutan. Jantungnya berdetak kencang, ini pertama kalinya dia berani melakukan tindakan seperti itu. Usianya baru sembilan tahun, dan dia selalu dirundung oleh anak bangsawan di desanya. Haru selalu merundung Misaki dengan tanpa alasan, tapi menurut teman-teman Misaki, itu semua karena Misaki sangat pintar, jadi Haru selalu dibandingkan oleh ayahnya dengan Misaki. Sungguh miris!
"Aku tidak mungkin pulang dalam keadaan seperti ini, ibuku pasti khawatir." Misaki menyentuh sudut bibirnya yang berdarah, rasanya perih sekali.
Dia membungkukkan badannya, mengerjapkan matanya berkali-kali napasnya tidak lagi tersengal-sengal setelah dia berlari dengan sangat kencang.
"Tidak mungkin Keluarga Yamada mencarinya kan? Aku sudah memukul anak kesayangan mereka. Apakah mereka akan mengirim seorang batosai untuk membantai keluargaku?" rasa panik terus bergelayut pada pikiran Misaki kecil.
"Oii … Misaki-chan."
Sebuah teriakan mengejutkan Misaki, dia sudah bersembunyi di semak-semak tapi tubunya yang kecil masih terlihat dengan jelas.
Misaki segera bersembunyi dia khawatir kalau itu adalah Haru dan kelompoknya, saat dia mengerjap-erjap dia melihat kalau itu adalah Yumi.
"Yumi-chan." Misaki bernapas lega saat dia melihat kalau suara yang memanggilnya ada sosok Haru.
"Kenapa kamu bersembunyi di sini? Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Yumi menatap penuh curiga pada Misaki lalu tatapannya berubah, alisnya berkerut saat dia mendapati wajah Misaki babak belur, hampir, nyaris tapi tidak parah.
Yumi langsung membungkuk, meletakkan keranjang sayurannya ke tanah dan menarik wajah Misaki lebih dekat kepadanya.
"Misaki-chan, kamu berkelahi?" tanya Yumi, kedua tangannya sudah memegang wajah Misaki.
Misaki menepis tangan Yumi dan berkata, "Ini urusan lelaki."
"Hah! Apa kamu pikir wanita juga tidak boleh tahu urusan lelaki. Bahkan ayahku mengajariku bela diri. Apa kamu lupa, kamu pernah aku kalahkan."
"Yumi-chan …" Misaki bangun berdiri tatapannya seperti menantang, meski apa yang dikatakan Yumi itu benar, tetap saja sebagai lelaki Misaki tetap memiliki harga diri untuk membela dirinya sendiri, meski kenyataannya memang dia terus dikalahkan oleh Yumi setiap kali mereka bertarung.
Misaki sejak usia tujuh tahun dimasukkan oleh ayahnya ke sekolah bela diri milik keluarga Fujikawa, yang langsung dipimpin oleh ayah Yumi, generasi kedua keluarganya.
Alih-alih pandai bela diri, Misaki lebih suka belajar saat latihan dan dia terus dikalahkan oleh Yumi, satu-satunya murid perempuan di sekolah bela diri tersebut.
Mengingat itu Misaki berdiri dengan waspada, dia khawatir Yumi menyerangnya, meski itu hanya pikiran Misaki sendiri.
Di punggungnya Yumi selalu membawa pedang kayu pemberian ayahnya. Itu bisa digunakan untuk apa pun dan menjaga diri jika terjadi sesuatu.
Meski desa mereka masih aman tapi tetap saja di mana-mana di negeri Jepang perang sedang berlangsung.
"Misaki-chan, ayo kita cepat pulang sebelum senja." Ajak Yumi pada akhirnya saat dia melihat Misaki berdiri memasang kuda-kuda khawatir Yumi menyerangnya. Dan itu membuat Yumi tersenyum lalu detik kemudian Misaki juga tersenyum.
"Biar aku bawakan keranjangnya." Ujar Misaki meraih keranjang berisi sayuran milik Yumi.
"Apa yang kamu cari di sini?" tanya Misaki saat mereka sudah berjalan keluar hutan.
"Apa yang dilakukan Tuan Muda Haru kepadamu?" tanya Yumi.
Keduanya menoleh saling berpandangan, dan Misaki menjawab lebih dulu, "Tidak perlu kamu khawatirkan, itu hanya pertengkaran di antara anak laki-laki."
"Apa maksudmu?" mata Yumi melotot.
Misaki mundur selangkah kedua tangannya bergerak cepat membentuk siaga seperti hendak bertarung.
"Kamu bodoh ya, kenapa selalu bertindak seperti itu aku tidak akan menyerangmu." Ujar Yumi dengan bibirnya maju ke depan beberapa centi.
"Anak bangsawan bukankah selalu seperti itu?" lanjut Yumi.
"Aku tidak menyukai mereka. Mereka terlalu mengandalkan orang tua mereka." suara Yumi bergetar saat dia mengatakannya, meski dalam hati dia juga khawatir, keluarganya juga berseteru dengan keluarganya Haru.
"Aku tidak ingin membahasnya." Jawab Misaki.
Yumi yang awalnya memandang ke depan langsung menoleh lagi. Pipi bagian kanan Misaki lebam dan biru pucat.
"Apa yang akan kamu katakan kepada ibumu saat mereka melihatmu seperti ini?"
"Aku akan katakan kalau aku jatuh dari pohon."
"Pembohong."
"Bohong demi kebaikan orang lain itu dibenarkan."
"Pembohong tetap saja pembohong tidak ada pembenaran." dengus Yumi nada bicaranya terdengar meyakinkan.
Misaki hanya mengulum senyum lalu berkata, "Kita tidak bisa menghindari takdir bukan, aku ditakdirkan menjadi bulan-bulanan Haru karena aku terlahir dari keluarga miskin."
Mendengar itu Yumi mendesah dia langsung memukul bahu Misaki dengan keras.
"Auw …" Misaki melompat, dan mundur beberapa langkah memasang kuda-kuda.
"Kenapa kamu selalu bertindak seperti itu di depanku." Kesal Yumi pada Misaki.
"I-itu karena aku selalu kalah bertarung denganmu." Jawab Misaki matanya mengecil saat ekspresi wajahnya terlihat malu-malu.
Bagi Misaki sungguh dirinya sangat memalukan sekali, dia bahkan tidak bisa mengalahkan gadis kecil di depannya ini.
Yumi tersenyum lalu berkata, "Sebaiknya kamu juga bersikap seperti itu saat bertemu dengan Tuan Muda Haru."
"Masalahnya tidak semudah itu …" Misaki menundukkan kepalanya.
"Kenapa tidak bisa?" tanya Yumi.
"Ka-karena dia selalu dikawal oleh banyak orang."
Yumi tertawa lebar dan berkata, "Itu karena kamu sudah takut duluan, coba kalau kamu tidak dibayangi rasa takut kamu pasti bisa melawan mereka. Apa kamu pikir ayahku mengajarimu ilmu bela diri tidak sebagus milik mereka?"
"Yumi, bukan seperti itu, aku saja yang bodoh."
"Siapa bilang kamu bodoh, buktinya kamu pandai menghapal. Hanya saja kamu terlalu pengecut."
"Pengecut!"
Yumi menarik keranjang miliknya dengan paksa, lalu dia berkata, "Aku duluan, akan repot kalau dilihat penduduk desa kita bersama keluar dari hutan ini."
Setelah itu Yumi berlari kencang meninggalkan Misaki yang masih tercengang dengan ucapan Yumi.
"Aku pengecut!"
Kalimat Yumi terus melayang di otaknya.
"Ooiii – Yumi-chan, aku bukan pengecut." Teriak Misaki dengan keras saat dia menyadarinya.
"Ah, sialan kenapa dia harus berteriak seperti itu." Yumi berlari tidak mempedulikannya.
….
"Tuan Muda, sebaiknya kita pergi sebelum …" salah seorang pengawal membujuk Haru untuk segera pergi dan meninggalkan tempat itu.
Haru mengepal tinju dengan geram, dia selalu teringat pertarungan terakhirnya dengan Misaki saat mereka masih kecil dulu dan itu membuat Haru terus bermimpi buruk. Apalagi tentang Yumi … gadis itu juga sudah membuatnya malu di depan semua orang di desa.
Haru menggeram lalu berkata, "Apa maksudmu?"
"Ada banyak kawanan serigala dan biduk kembar, vampir tiga bersaudara itu selalu mengawasi Misaki"
"Apa kamu pikir aku takut, hah?"
"Bukan seperti itu Tuan Muda." Si pengawal langsung menundukkan kepalanya.
"Mereka bertetangga, gadis itu dan Misaki lalu apa Tuan Muda mengenal keluarga Klan Alfa dari Virgin Lands, mereka juga ada di sini. Bahkan Lord Biyan dan asistennya juga ada di sini, aku khawatir itu akan membahayakan Tuan Muda. Sebaiknya kita tahan dulu sampai …"
"Sialan! Sampai kapan? Kamu pikir aku akan menunggunya lebih lama lagi."
"Tuan …." Seketika ada lebih dari sepuluh orang terbang dan mengitari Haru.
Haru mengedarkan matanya ke sekelilingnya menatap dengan tajam para pengawalnya itu.
"Apa kalian berusaha menyerangku?" geram Haru.
"Kami hanya mendapat perintah agar Tuan Muda kembali sekarang juga kalau tidak ingin Keluarga Yamada hilang selamanya." Ucap salah seorang pengawal dengan tegas.
"Kalian …" Haru menggertakkan giginya.
Saat itu dia melihat ke dalam gedung yang di tempati Misaki, gedung itu sangat bagus dan mewah.
"Apa dunia sekejam ini, bahkan si miskin sampah itu sekarang hidupnya sungguh beruntung dibandingkan aku, yang jelas memiliki darah bangsawan sejati." Ucap Haru dengan geram.
Sorot mata penuh kebencian itu akhirnya perlahan mereda, saat dia memikirkan keluarganya. Pengawalnya benar, kalau dia gegabah maka semua keluarganya saat ini yang menjadi seperti dirinya akan h, terutama jika keberadaan dirinya diketahui oleh Takeru Miami, salah satu vampir yang ditakuti di Jepang.
Menahan rasa kecewa Haru perlahan mundur, giginya taring terlihat jelas saat dia menyeringai. Kini dia hanya bisa hidup di pedalaman hutan dan bahkan dia tidak bisa seenaknya berkeliaran seperti yang Misaki lakukan.
Mengingat itu membuat Haru semakin kesal.
"Tuan Muda …" salah seorang maju selangkah dan membisikkan sesuatu kepadanya.
"Aku mendapat informasi kalau gadis itu besok mulai masuk kuliah di tempat Misaki mengajar."
"APA?"
Mendengar itu membuat Haru semakin kesal dan frustasi itu berarti akan sangat sulit mendekati gadis itu, bukan karena Misaki tapi … Misaki selalu dilindungi oleh ketiga anak kembar Keluarga Zeus. Dan kekuatan klan keluarganya tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka.
Haru akhirnya sadar, dia harus menahan diri.
…
Di rumah Veeneta, saat dia hendak masuk ke dalam kamar mandi tiba-tiba dia melihat sosok berkelebat di dalam rumahnya.
'Siapa itu?"
Suara Veeneta terdengar keras.
Misaki dan Rigel yang serius langsung berdiri, keduanya dengan cepat bergerak.
Misaki entah bagaimana dia langsung terbang keluar, sementara Rigel langsung keluar dan para alfa terkejut melihatnya, mereka pun mengikuti Rigel yang sudah berada di balkon tempat tinggal Veeneta.
"Tuan, ada apa?" tanya salah seorang alfa pada Rigel yang sedang mengendap di jendela balkon Veeneta.
Di dalam Veeneta bergeming saat sosok pria sudah berdiri di ruang tamu berjarak hanya beberapa langkah darinya. Hawa dingin seketika menghembus di tekuk lehernya.
"Ka-kamu siapa?" tanya Veeneta gugup.
"Nona, jangan panik. Aku dikirim oleh ayah Nona untuk melindungi Nona di sini."
"Hah?"
Veeneta yang kedua kakinya lemas sebelumnya langsung terjatuh duduk di lantai.
Saat itu Rigel yang melihat langsung mendobrak jendela kaca.
BRANG!
Veenet terkejut seseorang masuk ke rumahnya dari balkon lalu sosok pria itu langsung menyerang Rigel dan dua pengawalnya dengan ganas juga. Keempat orang itu saling menyerang, satu lawan tiga orang.
"Kalian …" Veeneta bergegas menjentikkan jarinya, seketika lampu ruangan itu menyala.
Tiga orang asing, dan satu orang asing kini berada di rumahnya.
Rigel dan dua pengawalnya waspada sambil menggeram begitu juga sosok pria yang katanya suruhan ayah Veeneta menggeram memperlihatkan gigi taringnya.
Misaki yang berdiri di balkon memahami situasinya, dia berhenti saat tahu di dalam rumah itu apa yang terjadi.
Veeneta menoleh ke balkon, dia melihat sosok yang berdiri tertutup gorden lalu kemudian menghilang lagi.
"Siapa?" ujar Veeneta.
Semuanya menoleh ke balkon …