"Apa kau mengenal gadis ini?" tanya Rigel pada sopir taksi, mereka berbicara dengan penghantar suara tanpa diketahui Veeneta.
"Aku pengawal pribadinya yang diutus oleh ayahnya." Jawab sopir taksi.
"Ah, pantas saja." Ucap Rigel.
Keduanya saling bertatapan pada kaca spion.
"Apa mereka golongan vampir?" tanya Rigel.
"Hm … mereka ingin menculik nona muda kami."
"Kalau begitu bawa jauh dari sini."
"Baik!"
Setelah itu taksi itu melewat dengan kecepatan penuh.
"Hei, apa kau tidak melihatnya taksi itu berjalan sangat cepat, apa dia tahu kalau kita sedang mengejarnya." Teriak Damian.
"Tuan, sepertinya kita tidak bisa mengejarnya karena kamera pengawas lalu lintas ada di mana-mana." Jawab si sopir.
"Sialan! Apa kau sungguh tidak berguna." Gertak Damian.
"Maafkan aku Tuan." Ucap pengawalnya yang menjadi sopirnya kali ini.
"Aurie, apa kau tidak melihat taksi yang ditumpangi Rigel melesat sangat cepat, aku sangat curiga." Ujar Carinae.
"Jangan khawatir aku yakin mereka bisa membawa keluar gadis itu dari sini."
"Kalau begitu apa kita masih perlu mengikuti mereka semua."
"Kita lihat saja nanti, mobil mereka mulai menjauh dan sepertinya mereka juga sudah kehilangan Rigel dan gadis itu." Ucap Aurie.
"Kita langsung ke tempat tinggal Rigel yang sekarang, kita sudah berjanji akan bertemu di sana." Ujar Aurie lagi.
"Hm …" jawab Carinae.
"Semuanya … menyebarlah kalian jangan sampai menimbulkan kecurigaan warga sipil, Tuan Rigel sudah aman saat ini kita bertemu di titik yang akan segera Carinae kirimkan pada kalian." Aurie berkata pada kawanannya melalui radio yang terpasang pada ponsel pribadi mereka.
"Baik Tuan …"
"Ok Tuan …"
"Baik Tuan Aurie …"
Semua orang langsung memisahkan diri, mereka mengebut menuju tujuan yang sudah mereka sepakati.
….
Semua orang masih tertuju pada panggung yang ada di depan, Misaki masih memberikan penjelasan panjang lebar tentang penemuannya kali ini.
Dua vampir yang sedari tadi berdiri mengamati akhirnya mundur selangkah demi selangkah saat keduanya meyakini kalau di tempat ini semuanya akan aman dan terkendali.
Lalu sosok lain berjalan mendekati keduanya dan berkata, "Lord, kami menemukan Damian di pusat kota sedang mengejar gadis yang sangat terkenal itu."
"Apa maksudmu?" tanya Lord Biyan dengan suaranya yang serak dan mendominasi.
Saat dia berbicara tatapannya masih lurus ke Misaki.
Sebenarnya sejak tadi Misaki tahu bahwa dia sedang diawasi oleh seseorang, begitu juga dengan si kembar tiga bersaudara. Mereka sangat waspada saat melihat Lord Biyan dan juga pasukannya hadir di sini.
"Lord, apa sebaiknya kita mengejar Damian, aku rasa di sini aman-aman saja, mereka tidak berbuat macam-macam dan kita tidak perlu lagi mengawasinya. Kedatangan Lord justru membuat vampir lain merasa sesak." Ujar Cezar yang mendapat tatapan tajam sedingin es dari Lord Biyan.
"Huh, aku sebenarnya hanya penasaran bagaimana bisa manusia setengah vampir itu membuat kosmetik yang sungguh bisa memanipulasi semua orang kalau bangsa kita ini sungguh awet muda." Ujar Lord Biyan.
"Itu berarti Misaki tidak melakukan sesuatu yang bisa membuat bangsa kita terkena masalah kan?" jawab Cezar.
"Semoga saja begitu, pemikiranmu benar selamanya. Tapi, aku masih merasa kalau pemuda itu hm … memiliki sesuatu yang membuatku selalu mengkhawatirkannya."
"Aku rasa Lord Biyan terlalu berlebihan, bukankah Keluarga Zeus selalu ada disampingnya dan Zeus tidak akan membiarkan dia melakukan sesuatu yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa vampir." Jelas Cezar.
Mata Lord Biyan menyipit mendengar penjelasan Cezar.
Lord Biya mengalihkan pandangannya pada pengawal yang datang menghampirinya, "Apa Damian melakukan kesalahan dan membuat manusia ketakutan?"
"Tuan, aku rasa …"
"Jawab yang benar." Lord Biyan menatapnya tajam seketika tubuh anak buahnya membeku di tempat.
"Lord, jangan berlebihan ada banyak manusia di ruangan ini. Bagaimana kalau kita mengejar Damian lebih dulu, anak itu selalu membuat gaduh dan merepotkan kita semua." Ujar Cezar, dia berdiri di antara keduanya.
Lord Biyan seketika mengendorkan tatapannya, seketika anak buahnya merasa lemas di sekujur tubuhnya.
Saat itu Rosie dan salah seorang bangsawan terkenal di Tokyo menghampiri mereka berdua.
"Itu Rosie, dia datang ke sini Lord." Ujar Cezar.
"Perempuan itu semakin menawan saja." Lord Biyan mencibir menatap Rosie yang berpenampilan sangat menawan mala mini, gaunnya sangat memukau meski dia sudah berusia empat puluh tahun dalam kehidupan manusia alami tapi di kalangannya Rosie dudah hampir lima ratus tahun usianya, tapi kecantikan Rosie semua lelaki di kalangannya selalu memujinya.
"Lord Biyan, mohon maaf aku baru menyapa kalian." Sapa Rosie saat dia sudah berdiri di depan mereka berdua lalu membungkukkan badannya menyapa keduanya.
"Wah, Tuan Takeru, rupanya kau juga hadir di sini." Ujar Lord Biyan.
"Lord Biyan selamat datang di negara kami." Jawab Takeru.
Takeru Miami adalah salah satu ketua perkumpulan vampir yang ada di negara Jepang. Usianya sudah lebih dari lima ratus tahun tapi secara manusia dia masih terlihat seperti pria berusia lima puluh tahun, tubuhnya yang gagah dan berwibawa semua orang tidak ada yang tahu kalau dia sebenarnya manusia abadi. Wajahnya yang tirus, mata sipitnya dan warna kulit sedikit pucat dengan rambut pendek yang selalu diberi gel tersisir ke samping kanan dan terlihat garis belahan rambutnya itu terlihat kalau dia memang terlahir sebagai bangsawan sejati, sangat berkharisma.
Takeru Miami memiliki peranan penting di negara ini, dia merupakan salah satu pengusaha terkaya di negeri Sakura ini. Mengenakan setelan jas warna biru tua semakin memperlihatkan kalau Takeru Miami orang yang sangat disegani dan juga berwibawa.
"Suatu kehormatan bagi kami Lord Biyan dan juga asisten serta pasukan khususnya datang ke sini." Ucap Takeru lagi, dia juga membungkukkan badannya.
Misaki dan ketiga saudara kembar tatapannya tajam ke arah Lord Biyan dan anak buahnya, bagaimana pun keberadaan mereka selalu membuat semua vampir merasa sesak, tidak terkecuali mereka berempat.
"Baiklah … aku rasa aku harus pergi dari ini, karena sepenglihatanku semuanya baik-baik saja di sini, kalian sungguh patner yang hebat. Aku sedang memikirkannya, bagaimana hebatnya anak itu membuat kalangan kita sangat hidup nyaman bisa berkeliaran di siang hari dengan penemuannya itu." Ujar Lord Biyan.
"Terima kasih atas pujian Lord Biyan, aku akan menyampaikannya kepada Misaki." Ucap Rosie.
"Takeru, ada sesuatu yang harus aku bereskan. Kalian tahu Damian sedang mengacau di kota ini, aku harus bertanggung jawab kepadanya." Ujar Cezar.
"Damian?" seru Takeru menatap Rosie.
Rosie mengangguk.
"Apa ini ada hubungannya dengan kejadian di jembatan baru saja." Ucap Takeru.
"Apa maksudmu?" tanya Rosie penasaran.
"Baru saja aku mendapat kabar ada iring-iringan mobil di jembatan dengan kecepatan yang tidak bisa ditolerir, awalnya kami menganggap itu ulah seseorang yang mabuk lalu kemudian anak buahku mendapat rekaman mereka, wajah Damian bisa kami kenali." Ujar Takeru.
"Jadi, kalian di sini sudah menggunakan alat pendeteksi wajah para vampir?" ujar Cezar penasaran.
"Hm … itu untuk keamanan bangsa kami para vampir agar tidak mengganggu keamanan manusia." Jawab Takeru.
"Aku selalu percaya pada klan vampir di Jepang dengan teknologi mutakhirnya, kalau begitu kini giliran kami yang bergerak." Ucap Lord Biyan.
Dia sangat tidak suka melihat atau mendengar ada vampir yang melakukan keributan apalagi sampai membuat warga sipil terganggu.
"Tuan, terima kasih banyak." Ucap Rosie.
"Rosie, jangan sungkan. Apa suatu hari nanti aku bisa mengundangmu ke tempatku?" Lord Biyan tersenyum ramah pada Rosie.
"Aku akan pikirkan." Jawab Rosie.
Lord Biyan berbalik lalu diikuti oleh Cezar.
"Tuan, apa Tuan masih mengharapkan Nona Rosie?" godanya pada tuannya.
Lord Biyan mengacuhkannya, dia berjalan cepat ke pintu keluar ruangan.
Rosie menarik napas panjang begitu juga Takeru.
"Takeru-san, apa benar tentang berita itu?" tanya Rosie.
"Hm … tapi jangan khawatir, gadis yang diincar Damian saat ini sudah kami amankan." Jawab Takeru.
"Apa maksudmu, dia … gadis …"
"Iya, tidak perlu kau sebutkan namanya di sini banyak telinga yang mendengarkan kita."
"Ah, begitu … ngomong-ngomong apa gadis itu datang sendirian?"
"Sepertinya ada kawanan serigala yang menemaninya saat ini?"
"Apa?" mata Rosie melebar.
"Tenang saja Nona Rosie, gadis itu sudah berada di dalam mobil anak kami."
"Aku takut kalau Misaki mendengar tentang keberadaan gadis itu, dia juga akan mengejarnya."
Dari sudut ruangan, seseorang tengah fokus mendengarkan percakapan keduanya.
Mintaka yang sejak tadi mengawasi sosok misterius mengenakan topi yang sejak tadi diam berdiri tidak bergerak sama sekali di sudut depan tak jauh darinya perlahan memberikan peringatan kepada kedua adik kembarnya.
'Jarum jam tiga, sosok mencurigakan, waspadalah kalian.' Mintaka menghantar pesan kepada kedua adiknya.
'Kakak, ada banyak manusia di sini.' Jawab Alnitak.
'Aku tidak menyuruh kalian menangkapnya atau menghajarnya tapi … awasi Misaki.' Ujar Mintaka.
Seketika Milan berjalan ke tengah panggung, dia langsung berdiri di sisi kanan Misaki.
Saat bersamaan empat orang pria berpakaian rapi dengan setelan jas warna hitam langsung berdiri di belakang sosok yang dicurigai oleh Mintaka.
"Tuan Gail, bersikaplah sealami mungkin, ikut bersama kami." Ujar salah seorang di antara keempatnya.
Sosok bernama Gail itu pun terkejut tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa saat pandangannya tertuju ke arah panggung utama.
'Sial!' gerutunya dalam hati.
Saat dia berjalan dikepung oleh empat orang pria bertubuh besar melewati depan panggung Misaki yang melihatnya sejak tadi menyeringai.
Dan seringai Misaki membuat Gail melotot.
Seketika Mintaka berjalan cepat ke arah panggung. Misaki berhasil memprovokasi Gail.
Baru saja Gail hendak bergerak, dua orang pria sudah memegang tangannya lalu menguncinya dengan cepat.
Tidak ada yang curiga dengan kelompok itu yang berjalan dengan tenang.
Semua terpana dengan Misaki dan kedua adik kembar Mintaka yang sangat memesona di atas panggung.
"Semuanya … inilah tampilan produk terbaru kami saat ini …" seru Alnitak seketika menggema.
Semua orang bertepuk tangan …
Layar pada dinding di atas panggung memperlihatkan video produk terbaru mereka dengan brand ambassador masih Alnitak yang menawan.
Michael Oh pun terkejut, karena berdasarkan hasil gladi bersih sebelumnya tidak seperti ini. Saat dia menatap Alnitak, Alnitak mengedipkan matanya dan berkata, "Surprised …"
"Ah …" mulut Michael Oh terbuka lebar lalu dia pun bertepuk tangan.
Saat bersamaan juga di luar gedung semua iklan digital menyiarkan acara tersebut di semua gedung-gedung tinggi di Tokyo dan juga seluruh televisi di negeri Sakura itu bahkan siaran langsung juga disiarkan ke seluruh dunia.