Dari jarak yang sangat dekat ada tiga mobil sedan hitam mewah mengejar taksi yang ditumpangi Rigel bersama Veeneta.
Veeneta yang tidak tahu dengan kondisinya saat ini dia masih terus tersenyum menatap keluar kaca dengan wajah tanpa ekspresii melihat gedung-gedung tinggi dan lampu warna-warni.
Mobil satu ditumpangi dua orang dengan wajah tegang, mereka sepertinya tidak sama sekali berkedip semenjak taksi yang membawa Rigel dan Veeneta keluar dari area bandara.
Mata kedua orang itu terlihat merah, saat salah satu yang duduk di samping pengemudi menyeringai terlihat gigi taringnya saat dia menyeringail.
"Cepat kejar mereka, jangan sampai mereka hilang dari pandangan kita." Seru salah satu pria yang mengenakan jas hitam dan dasi kupu-kupu serta ada pin di sebelah kanan dadanya.
Pada dahi kanan dua orang pria itu seperti ada tanda tato bunga matahari berukuran kecil.
Dua mobil yang ada di sisi kiri dan kanan mereka juga sama, dua orang pria ada di dalamnya, sama semuanya pada dahi mereka ada tato berlukis bunga matahari.
"Apa kalian tahu siapa pemuda yang saat ini bersama gadis itu?" suara pesan muncul dari radio yang terpasang pada mobil mereka.
"Kami belum mengetahuinya." Jawab salah satu dari mereka.
"Bodoh! Segera lacak sekarang juga." Teriak pemuda yang mendominasi.
"Baik Tuan."
Dengan cepat pria yang ada di dalam mobil kedua langsung mengirimkan sebuah gambar yang mereka tangkap saat berada di halaman bandara sebelumnya.
Foto itu dia kirimkan ke sebuah tempat yang lokasinya berada di Rusia berdasarkan google map yang tertera pada tablet yang dia bawa.
[Segera kirimkan data pemuda ini sekarang juga.]
Tulis pesan yang dikirimkan bersama dengan foto yang sudah lebih dulu dikirimkan.
[Silakan menunggu hasilnya.]
Balasan yang diterima oleh si pengirim pesan.
Tidak butuh lama setelah itu deretan pesan masuk kepadanya.
STATUS TARGET PENCARIAN DATA PERSONAL.
Nama: Rigel Orionis.
Status: Alpha 1 Orionis
Lokasi; Virgin Lands
Level: Standar 11
Kekuatan: Tingkat 12
Ras: Serigala Orionis
Usia: 23 tahun
Pemuda itu mendelik saat dia menerima balasannya lalu dengan cepat dia mengirimkan pesan tersebut kepada tuannya yang berada di mobil satu.
"Tuan Damian, berikut adalah status pemuda yang sedang bersama gadis itu."
Si pengemudi yang ada disampingnya melirik saat dia mendengar suara bergetar temannya.
Damian yang melihat langsung mengerutkan dahinya.
"Sialan! Apa kalian tidak tahu kalau dia juga datang ke sini dan bahkan dia lebih dulu dari kita."
Teriak Damian dengan kesal.
Semuanya yang mendengar di dalam mobil masing-masing langsung bergidik, meski mereka tidak berada di dalam mobil yang sama bersama Damian, suaranya sudah membuat semua anak buahnya seketika menegang.
"JAWAB!" teriak Damian.
"Tidak Tuan." Jawab semua orang.
"Sialan!" Damian berteriak tangannya memukul dashboard.
"Jangan biarkan taksi itu lolos." Ucap Damian menunjuk ke arah taksi yang ada di depannya.
"Tuan, jarak kita terlalu dekat ini akan membuat orang lain curiga. Negara ini sangat berbeda dengan negara kita, mereka bahkan sangat mengawasi kecepatan setiap pengemudi meski itu di jalan tol."
"Kau …." Geram Damian.
Dia sudah sangat kesal sejak kejadian di bandara.
Pertama seseorang menabraknya saat dia hendak menyentuh Veeneta dan itu adalah Misaki dan vampir yang sudah dibunuhnya.
Tapi Damian tidak tahu Misaki karena sudah lebih dulu dibawa pergi oleh Mintaka.
Kejadian kedua tiba-tiba manusia serigala itu datang membantu Veeneta dan membuat semua pasukannya langsung mundur.
Bukan mereka takut pada kawanan Orionis tapi mereka sebelumnya tidak tahu siapa Rigel saat di bandara, mereka mengira dia hanya seorang pemuda manusia biasa yang membantu Veeneta.
Siapa sangka dia adalah sosok yang selalu harus mereka waspadai.
Veeneta sangat senang saat taksi yang dia tumpangi sudah berada di Jembatan Akashi Kaikyo atau biasa dikenal dengan Rainbow Bridge. Sudah lama sekali dia ingin ke tempat ini.
Bagi Veeneta jembatan ini memiliki banyak kenangan indah saat dia bersama ayahnya saat Veeneta masih kecil.
Kepingan kenangan itu secara otomatis berputar dengan cepat kepala Veeneta, dia melihat ayahnya tersenyum kepadanya begitu juga dengan dirinya. Veeneta wajahnya dipenuhi senyuman saat dia tanpa sadar tangan kanannya menyentuh kaca lalu dia terus tersenyum.
Sopir taksi yang melihat Veeneta dari kaca spion hanya bisa menghela napas sambil mengulum senyum,, dia sudah biasa mendapati penumpang yang terlihat norak seperti Veeneta setiap kali melintasi jembatan ini. Sopir taksi sejak tadi sudah memperhatikan gadis yang duduk tepat di belakangnya mengenakan jaket tebal padahal Tokyo dalam cuaca cerah malam ini.
Gadis yang unik, dalam hati si sopir mengomentari penampilan Veeneta.
Sopir taksi itu usianya sekitar empat puluh tahun, mengenakan jas rapi dan sarung tangan, dia meski sedikit senyum di wajahnya tapi sangat terlihat bersahabat walau banyak yang mengatakan orang-orang di Tokyo sangat sedikit senyum tapi tidak dengan sopir taksi ini.
Rigel bisa melihat kalau sopir taksi yang membawa mereka ini agak ramah meski Rigel selalu mengawasinya sejak dia masuk dan duduk di kursi penumpang belakang.
Mata hitam segi tiga Rigel selalu waspada, dia tidak pernah sekalipun mengalihkan pandangannya ke arah depan.
Bagi Rigel keberadaan Veeneta sewaktu-waktu bisa sangat membahayakan dan dia harus selalu mencurigai semua orang yang dia temui.
Pada saat sopir taksi menatapnya Rigel juga tengah menatapnya.
Sudut bibir sopir taksi berkedut saat dia menyadari pemuda di belakangnya sangat waspada, itu wajar semua orang asing yang datang berkunjung ke negaranya selalu bersikap seperti Rigel, sopir taksi berpikir pasti ini kunjungan pertama kali si pemuda yang duduk di kursi penumpang.
Bagaimana sopir taksi tahu kalau Rigel baru pertama kali datang ke sini?
Mudah saja, sejak tadi Rigel selalu waspada mengawasinya.
Kalau orang asing yang sudah pernah datang ke Tokyo, mereka bersikap lebih santai.
Lalu sopir taksi melirik ke Veeneta yang masih asyik dengan dunianya sendiri.
[Tuan, apa kau tidak tahu ada tiga mobil yang sejak kita keluar dari bandara terus mengikuti kalian.]
Sebuah pesan muncul pada notifikasi smartphone milik Rigel.
Rigel langsung mengeluarkan smartphone lalu membacanya, seketika dahinya berkerut …
Dengan cepat Rigel berbalik ke belakang, matanya tajam saat melihat memang ada tiga mobil sedan mewah mengikuti mereka.
Sopir taksi yang melihat juga ikut mengerutkan dahinya.
'Apa kau juga melihatnya dari tadi?' tanya Rigel pada serigalanya.
'Tuan, mereka sejak dari bandara sudah ada.'
'Oh ya, kenapa kau tidak mengatakannya.'
'Bukankan Tuan sedang sibuk dengan Nona di sebelah Tuan.' Ucap si serigala.
Rigel melirik Veeneta lalu dia tersenyum.
Dengan cepat Rigel mengetik memberi perintah pada kawanannya.
[Kalian semua mendekat, ikuti kawal mereka juga.]
[SIAP!] – Mobil 1
[SIAP!] – Mobil 2
[SIAP!] – Mobil 3
Balas semua anak buah Rigel dengan cepat.
Rigel mengerjapkan matanya setelah membacanya.
Di belakang mobil mewah yang mengikuti Rigel dan Veeneta terkejut saat tiba-tiba ada tiga mobil mewah lainnya yang langsung mendekati mereka, mengikuti mereka dari jarak yang cukup dekat.
"Tuan, ada tiga mobil yang mengikuti kita di belakang." Seru seseorang.
Damian yang sejak tadi memperhatikan Veeneta matanya langsung melebar, dia langsung berbalik melihat ke arah belakang.
"Siapa lagi mereka?" geram Damian, kedua tangannya mengepal keras.
Lampu di jembatan sangat indah saat di malam hari, pemandangannya juga bagus dan juga malam ini cuacanya juga cerah.
Veeneta menoleh ke depan lalu menatap sopir taksi yang juga tanpa sengaja menatapnya.
Veeneta tatapannya datar saat matanya bertemu dengan mata sopir taksi, Rigel memperhatikan Veeneta, dahinya berkerut lagi saat ini dia lebih waspada.
Sopir taksi yang melihat raut wajah tanpa ekspresi dan mata Veeneta yang mengatakan sesuatu paham dengan maksud gadis itu kepadanya.
"Apa boleh kita menepi sebentar?" ucap Veeneta pada akhirnya.
'Menepi …'
Dahinya berkerut lebih keras.
Rigel langsung paham dan menjawab dengan suara keras.
"TIDAK!"
Suara Rigel membuat Veeneta dan juga sopir taksi sangat terkejut.
Veeneta langsung mengedikkan bahunya menatap ke Rigel dengan ekspresi wajah sama terkejutnya.