Chereads / Hope! Oh My Angels / Chapter 7 - Bintang 6

Chapter 7 - Bintang 6

Tum!

Tum!

Tum!

Satu persatu burung gagak jatuh terkulai lemah di tanah berubah menjadi mayat tidak berbentuk sama sekali, alias hitam, hangus terbakar.

"Apa-apaan ini?" seru Gary saat dia menyaksikan sendiri betapa mengerikan serangan putra pertama Zeus itu.

Gary berteriak kencang kepada putrinya, "Edine, berhati-hatilah jangan gegabah dalam bertindak."

Tapi Edine justru tidak peduli dengan teriakan ayahnya, matanya jalak lurus pada sosok tubuh yang ada di punggung Mintaka.

"Errgg … "

Edine langsung menyerang Mintaka.

Wuush!

Bang!

Bang!

Mintaka dengan gesit menangkis serangan brutal Edine dengan tatapan matanya yang galak dan buas ingin melahap tubuh yang ada di punggung Mintaka.

Gerakan Mintaka sangat gesit dan lincah, Edine bukan tandingannya meski Edine sangat brutal tapi Mintaka bisa melawan serangan gila dan mengenaskan Edine.

Mintaka mencibir, saat melihat ekspresi wajah Edine yang sangat frustasi.

Edine menjilati bibirnya sendiri, dia meraung-raung menatap tajam Mintaka.

"Serang dia cepaaat …" teriak Edine pada banyak orang yang ada di sekitarnya, gigi mereka terlihat sangat mengerikan dan wajah mereka pucat dengan sorotan mata buas.

Dalam hitungan detik semua orang banyak sekali jumlahnya seperti kumpulan burung yang cepat menyerang Mintaka.

Bang! Bang! Bang!

Wush …

Mintaka sedikit kewalahan ketika dia merasa satu persatu burung gagak bermunculan lagi, dari mana asal mereka, kenapa mereka tidak ada habisnya.

Meski Mintaka sangat kuat dan hebat di antara ketiganya tetap saja dia juga bisa kewalahan di serang oleh begitu banyak vampir yang meraung dan memperlihatkan gigi taring mereka saat mereka mendekatinya.

"Hahaha … apa kamu merasa lelah sekarang?" ucap Edine, sorot matanya tajam kali ini dia meraung keras merasa puas dan senang melihat Mintaka begitu kewalahan.

Sorot mata Edine fokus pada tubuh yang ada di punggung Mintaka, dia berusaha mencari cela. Padahal bocah itu sudah diserang dan dikepung banyak pasukannya tapi dia sangat gesit dan lincah bahkan serangannya juga sangat mematikan.

Saat itu juga, Misaki mengerang perlahan dia membuka kedua matanya saat dia merasa kepalanya pusing berputar-putar sangat cepat.

"Aku ada di mana?" seru Misaki, dia berusaha mengangkat kepalanya.

Tatapan matanya tidak sengaja bertatapan dengan Edine, seketika Misaki langsung ketakutan, dan dia … berada di punggung seseorang.

Mintaka merasakan sesuatu bergerak di punggungnya, dahinya berkerut.

Mintaka melirik, 'Ah, bocah ini sudah terbangun, bagaimana bisa?'

Mintaka menjadi sangat tidak stabil saat Misaki berusaha menggerakkan kepalanya.

"Lepaskan aku … Lepaskan aku …" teriak Misaki.

Wajahnya sangat pucat saat dia melihat pertempuran yang sangat tidak wajar dan begitu banyak makhluk mengerikan menyerang ke arahnya.

"Ah sialan! Apa kau tidak bisa diam sebentar saja, hei manusia." Teriak Mintaka pada Misaki.

Misaki mendengar suara dingin dan menakutkan Mintaka seketika tubuhnya menegang.

Dengan kepala tertunduk dan badan yang terombang ambing terbawa gerakan Mintaka yang sangat cepat, membuat wajah Misaki rasanya sudah tidak karuan. Dia juga merasa mual.

'Okaa-san … apa aku sudah mati dan sedang berada di neraka bersama para iblis yang sering kau ceritakan padaku?' batin Misaki, dia menangis.

Kali ini Mintaka menargetkan Edine, dia sudah tidak tahan lagi membiarkan gadis gila itu terus memberi perintah.

Mintaka tahu dia harus membuat Edine mati.

Saat sorot mata Mintaka penuh dengan kebengisan, Edine tiba-tiba merasa bahwa pihak lain di hadapannya ini sungguh merupakan lawan yang tangguh.

Biasanya Edine tidak butuh waktu lama untuk membuat mangsa atau musuhnya mati begitu cepat oleh serangannya yang buas dan cepat.

Mintaka mencibir, dia dengan cepat, mengangkat tubuh Misaki yang mulai lemas lagi dan membenarkan posisinya.

Lalu seketika …

Mintaka melesat seperti petir …

Wuuss …

Dengan sekali pukulan banyak pihak lain hangus terbakar, begitu dia mendekati Edine, tangan kanan Mintaka mengeluarkan sesuatu yang bercahaya membuat pandangan mata Edine silau seketika.

Edine goyah dan sedikit tidak fokus, kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh Mintaka.

Bang!

Buk!

Mintaka berhasil menyerang bagian perut dan dada gadis itu, dengan pukulan tinju keras Mintaka.

Edine tubuhnya melayang ke udara seperti kapas, Mintaka tidak memberinya kesempatan, saat di udara Mintaka langsung menyerang Edine.

Swing!

Wush!

Mintaka berhasil menyerang Edine, menebas kepalanya sekali tebasan dengan pedang yang tersembunyi di tubuhnya.

Buk!

Edine jatuh ke tanah dengan tubuh tanpa kepala, Mintaka menebas kepala Edine sekali tebas saat itu juga Mintaka terjun ke bawah tepat di posisi mayat Edine, lalu dia dengan cepat menyerang Edine.

Belum selesai …

"KAKAK AWAS …." Teriak Alnitak.

Mintaka menoleh sosok Gary terbang cepat ke arahnya dengan tatapan ganas dan meraung melihat putrinya tergeletak di tanah.

Alnitak tidak tinggal diam …

BUK!

Gary berhasil menyerang Mintaka tepat di bagian perutnya.

Mintaka mendarat di tanah dengan posisi berjongkok, tapi sayang dia lengah dan Misaki terpental jauh. Mintaka terkejut, dia cepat-cepat bangun.

Begitu melihat tubuh itu jatuh dari punggung Mintaka, semua vampir menggeram ganas berlari cepat ke arah tubuh Misaki yang tergeletak di tanah.

Begitu juga denga pasangan Gail dan Mery, mereka juga langsung meninggalkan Almilan.

"Ah, sialan!" gerutu Almilan, dia langsung melesat mengejar keduanya.

Misaki dengan pandangan kabur, tubuhnya terasa remuk, tulangnya patah, dia tidak bisa bergerak. Ketakutan yang dia rasakan saat matanya dengan samar melihat begitu banyak orang bergigi taring menggeram dengan sorot mata tajam ingin menerkamnya.

"Sakit sekali rasanya." Seru Misaki, semua bagian tubuhnya terluka. Ada darah yang mengalir pada lututnya tertusuk ranting pohon.

Misaki ingin bangun tapi dia tidak memiliki tenaga, wajahnya sangat pucat sekali.

"Ayah, ibu, apa aku dihukum masuk neraka lalu menjadi santapan para iblis." Serunya sambil menangis menahan sakit, mereka sudah sangat dekat sekali.

Tiba-tiba …

Wush …

Tubuh Misaki melayang ke udara, Alnitak berhasil menangkapnya tapi sayang dia juga mendapat serangan dari pasangan Gail dan Mery.

Bang!

Buk!

Alnitak jatuh ke tanah.

Bang!

Bang!

Almilan menyerang banyak orang yang ada di sekeliling adiknya.

Mintaka mulai bangun, dia menggigit bibir bawahnya lalu menyeringai saat dia melihat Edine, gadis gila itu tubuhnya sudah terbakar.

Gary yang hanya bisa menatap mayat putri kesayangannya tidak bisa berbuat apa-apa, dia terduduk lemas.

"Kembalilah kalian, sebelum kalian semua mati mengenaskan seperti dia." Kata Mintaka dengan nada dingin.

Gary menoleh, mengepal tangannya dengan kuat, lalu dia menatap Mintaka penuh kebencian.

Giginya menggeretak menatap tajam, tatapan ingin membunuh.

"Aku akan membalas atas kematian putriku." Geram Gary pada Mintaka.

Jawaban Mintaka, dia hanya menyeringai.

Mintaka sudah punya perhitungan sendiri, kalau anaknya saja bisa dia kalahkan, berarti dia juga bisa mengalahkan ayahnya. Bukankah biasanya ayah dan anak sama secara ilmu bela diri dan kekuatan sama?

Mintaka terlalu suka meremehkan lawannya.

Dia memang terkenal terlalu sombong diantara ketiganya.

Misaki matanya tertuju pada sosok berambut merah yang berada didekatnya, posisi mereka tidak terlalu jauh.

Burung gagak yang banyak dan kedua pasangan vampir melesat begitu cepat menyerang ke arah Misaki. Bola mata Misaki hampir lepas saat dia bisa melihat dengan jelas, mereka semua bahkan ingin melahapnya.

Ketegangan menyelimuti wajah Misaki.

"Tidak! Tidak!. Ini sangat nyata sekali, aku … belum mati."