Dengan tenang, ia menatap langit-langit ruangan itu tanpa ekspresi. Dalam sekejap, kedua matanya tertutup, dan senyuman mengembang di bibirnya. "Rea, maafkan aku. Sepertinya mulai sekarang, kau harus bertahan hidup tanpaku. Semoga kau bisa akrab dengan yang lainnya."
Di saat-saat terakhir hidupnya, yang ada di pikiran Kevan hanyalah adik yang sangat ia sayangi, Rea.
"Grrraaaahhhh~ ... "
Satu zombie berjalan mendekati Kevan, diikuti beberapa zombie lainnya yang sepertinya tertarik dengan suara pertarungan sebelumnya.
Satu ...
Dua ...
Tiga ...
Semakin bertambah. Mungkin jumlahnya sudah mencapai puluhan. Zombie-zombie itu semakin mendekat ke arah Kevan.
Kevan sudah tak bisa bergerak. Ia bahkan telah kehilangan tangan kanannya, sedangkan pedangnya berada di tangan kanannya.
Semakin dekat.
Zombie-zombie itu semakin dekat kepadanya.
Kevan, yang sedari tadi hanya berbaring diam sembari menutup matanya, tiba-tiba membuka kedua matanya dan mengeraskan ekspresinya. "Tidak mungkin aku mati di tangan makhluk menjijikan seperti kalian, bangsat!"
Dengan seluruh tenaga yang tersisa, ia menjatuhkan satu zombie menggunakan kakinya. Saat zombie terdekat telah jatuh, Kevan menggigit kepala zombie itu dan menelan batu permata yang ada di dalam otak mereka.
Glup ...
"Grraaahhhh!~ ... "
Tubuhnya kini telah dikerubungi oleh puluhan zombie. Seluruh bagian tubuhnya digerogoti habis oleh zombie. Selama beberapa menit, zombie-zombie itu terus berusaha menggerogoti tubuh Kevan.
Namun Kevan tiba-tiba bangkit. Dalam posisi duduk, dengan puluhan zombie yang menggigit seluruh bagian tubuhnya, Kevan mencekik salah satu zombie lalu menggigit kepalanya.
Seakan tak merasakan apapun, Kevan terus meraih zombie-zombie itu dan menggigit kepala mereka. Mencoba memakan batu-batu permata yang ada di dalam otak mereka.
Crassshhhh!~ ... Glup ...
Tersisa satu zombie yang masih berusaha menggerogoti kakinya. Namun gigi zombie itu seakan tak bisa menembus kulitnya. Kevan mencekiknya,
Crassshhhh!~ ...
Hanya dengan cekikan tangan kirinya, leher zombie itu hancur. Kevan menggigit kepala zombie terakhir itu untuk menelan batu permata hijau zamrud yang ada di otaknya.
Total ada tiga puluh empat batu permata yang telah ia telan.
Kevan berdiri dan mendapati tangan kanannya yang tergeletak di lantai. Ia melihat pantulan dirinya di kaca.
Pakaian yang ia kenakan sebelumnya habis tak bersisa karena digerogoti oleh zombie-zombie tadi. Namun tak ada luka sama sekali di tubuhnya.
Ia tak memakai apapun untuk menutupi tubuh telanjangnya. Meski tak ada luka sama sekali, namun tangan kanannya masih tak kembali. Selain itu, muncul tato aneh di tubuhnya. Di bawah tato bunga mawar hitam di leher kirinya, muncul sebuah huruf F kecil.
Kevan berusaha menghapusnya, namun tato itu seakan muncul secara permanen. Meski ia tak tahu apa artinya, namun satu hal yang ia ketahui secara pasti.
Ia merasa bahwa tubuhnya sudah tak seperti sebelumnya. Kedua bola matanya juga berubah menjadi putih bersih tanpa pupil sama sekali.
"Jadi, komik konyol yang kubaca tentang zombie itu ternyata benar? Bahwa batu permata yang ada di dalam kepala zombie bisa meningkatkan kekuatan manusia sampai sejauh ini?"