Chereads / Catastrophic Temptation : Zombie Apocalypse / Chapter 1 - 1) Tato Bunga Mawar Hitam

Catastrophic Temptation : Zombie Apocalypse

🇮🇩Eazy_Hard
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 40.4k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - 1) Tato Bunga Mawar Hitam

Kriiiingggg!~ ...

Suara alarm dari jam beker yang ada di atas meja membangunkan seorang gadis yang tertidur lelap. Lengan kurus yang terlihat kurang bertenaga itu mencoba menggapai sumber suara bising yang mencoba merusak tidur nyenyaknya. Dengan kedua mata masih terturup, ia berhasil menyentuh jam beker tersebut. Namun, jam beker itu malah terjatuh dari meja, dan terus berdering di lantai.

"Aisshhh ... " keluh gadis itu karena ia tak memiliki pilihan lain selain bangun dari tidurnya untuk mengambil jam beker itu dan membuatnya berhenti berdering.

Ia bangun. Dengan posisi duduk di atas ranjangnya, kedua mata gadis itu masih saja belum terbuka. Dengan insting pecinta tidur yang luar biasa, ia bisa mengambil jam beker yang jatuh ke lantai itu dengan kedua matanya masih tertutup.

Setelah berhasil membungkam sang pengganggu itu, gadis ajaib itu kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan mencoba meneruskan mimpi indahnya yang sempat terganggu.

Hingga akhirnya tirai di kamarnya dibuka oleh seseorang, membuat sinar mentari pagi masuk ke dalam ruangan dan menyorot tepat di wajah gadis cantik yang tadi bergelut dengan jam bekernya sendiri.

"Kayla, kamu ingat, kan, ini adalah hari apa?"

Kayla Adriana Jasmine. Gadis cantik yang sangat mencintai ranjangnya sendiri itu berbalik membelakangi sinar mentari dan mengangguk, mengiyakan pertanyaan dari ibunya.

"Terus, mau sampai kapan kamu tidur?"

"Sabar, mah. Lima menit lagi." balas Kayla dengan suara seraknya.

Rianty, ibunda Kayla itu hanya bisa menggelengkan kepalanya dan berjalan keluar dari kamar Kayla.

Keadaan menjadi hening kembali. Beberapa detik lagi Kayla bisa kembali merasakan nikmatnya tidur yang dicintainya itu. Namun semua kesunyian dan kenyamanan itu berakhir saat suara langkah kaki terdengar mendekat ke arahnya.

Dengan spontan, kedua mata Kayla terbuka lebar. Gadis itu menendang selimutnya, melompat turun dari ranjangnya dan berlari ke arah kamar mandi.

Clack~ ...

Setelah berhasil mengunci pintu kamar mandi, Kayla bersandar pada daun pintu dengan napas yang terengah-engah. "Huft ... hampir saja."

Suara langkah kaki yang membuat Kayla berubah dari gadis pemalas menjadi gadis yang bergerak dengan sangat cepat adalah suara langkah kaki Brahmantyo, ayahnya. Hanya Brahman lah yang bisa membuat Kayla bergerak secepat itu.

Brahman sempat melihat putri kesayangannya lari terbirit-birit ke kamar mandi. Dan hal itu membuatnya tersenyum.

***

Brahman menghentikan mobilnya di depan gerbang sebuah universitas. Ia menoleh ke samping untuk melihat putri kesayangannya, Kayla, yang kini akan mengikuti masa orientasi sebagai seorang mahasiswa baru.

"Coba cek sekali lagi. Jangan sampai ada yang kamu lupakan."

Kayla menggeleng, "Tidak. Semuanya sudah lengkap."

"Apa kau yakin?"

"Yup." balas Kayla sembari mencium punggung tangan ayahnya dan turun dari mobil. Kayla melambaikan tangannya sekali lagi sampai akhirnya Brahman melajukan mobil dinas kepolisiannya meninggalkan area kampus.

Ya, ayah Kayla adalah seorang inspektur kepolisian. Sedangkan Rianty, ibu Kayla, menghabiskan waktunya untuk menanam berbagai macam tanaman hias dan menjualnya secara online melalui promosi di sosial media.

Setelah mobil Brahman sudah tak terlihat lagi, Kayla berbalik untuk melihat tempat yang sebentar lagi akan menjadi rumah keduanya.

"Kerja bagus, Kayla. Usahamu tak sia-sia. Kamu pantas untuk berada di kampus ini." ucap Kayla dalam hatinya. Ia terus berdiri memandangi betapa indahnya kampus yang sebentar lagi akan ia masuki itu.

Meski Kayla tak menyadari bahwa dirinya sudah menjadi pusat perhatian. Beberapa orang yang berjalan melewatinya, tak ada yang tak menoleh kepadanya.

Kecantikan Kayla memang sesuatu yang tak bisa ditolak. Baik dari kaum adam maupun kaum hawa sekalipun.

Bahkan para senior yang berada di stan untuk menerima para mahasiswa baru sesuai jurusan mereka masing-masing pun tak bisa berhenti memandangi Kayla dari jauh.

Ponsel di dalam tas jinjing tote bag Kayla bergetar. Ia mengeluarkan ponselnya dan melihat nama Risa tertera di layarnya. Setelah menggeser ikon berwarna hijau ke kanan menggunakan ibu jarinya, Kayla menempelkan layar ponselnya itu di pipinya.

"Risa, kamu di mana? ... Aku sudah di depan gerbang kampus ... Apa?"

Kayla berbalik untuk mencari keberadaan Yurisa, sahabatnya yang juga akan berada di kelas yang sama dengannya. Dari seberang jalan, terlihat ada dua orang gadis yang berjalan bersama. Salah satunya melambaikan tangan kepada Kayla.

Kayla tersenyum dan melambaikan tangannya juga sebagai balasan.

"Kayla!" teriak Risa yang berlari dan memeluk erat tubuh Kayla. "Aku tak menyangka bahwa kita akan benar-benar satu kampus, bahkan berada di jurusan yang sama!"

Miyawaki Yurisa, sahabat Kayla sejak bangku SMP dan SMA. Risa adalah gadis yang periang dan juga menggemaskan. Atau lebih tepatnya, ia memiliki kepribadian yang kekanak-kanakan. Namun, hal itulah yang menjadi daya tariknya di mata para lelaki.

"Bisakah kalian tak terlalu berisik? Aku merasa seperti sedang membawa dua murid taman kanak-kanak untuk berjalan-jalan." ucap seorang wanita yang datang bersama Yurisa. Dia adalah sahabat Kayla dan Yurisa. Nadine dan Yurisa bahkan kini tinggal bersama di sebuah kamar kost yang cukup dekat dengan kampus. Hanya Kayla yang tak mendapatkan izin dari orangtuanya untuk mencari tempat tinggal di dekat wilayah kampus.

Berbeda dengan Yurisa yang memiliki kepribadian yang heboh, Nadine adalah penetralisir dari sifat hebohnya Yurisa. Pembawaan yang tenang, dilengkapi dengan penampilan yang jauh dari kata feminim. Dan juga, gaya bicaranya terdengar hampir selalu sarkastik dengan nada yang dingin.

Meski begitu, Nadine memiliki hati yang sangat hangat. Ia selalu memperhatikan Kayla dan Yurisa sampai hal yang paling sederhana yang sering luput dari kesadaran mereka.

Yurisa menatap kedua mata Kayla, masih memeluk erat lengan Kayla dengan manja. Ia menggeleng, "Jangan dengarkan dia. Dia hanya kesal karena tak sempat minum kopi di pagi hari. Ayo kita masuk!"

Yurisa berjalan dengan Kayla sambil terus memeluk lengan Kayla, sementara Nadine hanya bisa menggelengkan kepalanya dan mengikuti jejak mereka dari belakang.

***

"Baiklah. Karena semua sudah berkumpul di sini, izinkan saya untuk memperkenalkan diri."

Seluruh mahasiswa baru telah berada di aula utama Universitas Seni Hemera.

Universitas Seni Hemera adalah universitas swasta terfavorit saat ini. Universitas bergengsi dengan banyak pilihan fakultas yang berhubungan dengan seni seperti fakultas seni rupa, seni pertunjukan dan seni media rekam. Tak hanya itu, Universitas Seni Hemera juga menyediakan pilihan fakultas lain seperti seni arsitektur, desain produk dan lain sebagainya. Dan setiap fakultas memiliki gedung masing-masing.

Dan saat ini, di aula utama telah berkumpul seluruh mahasiswa baru dari berbagai fakultas. Di hadapan mereka, berdiri seorang mahasiswa angkatan ketiga dari jurusan seni rupa, sekaligus orang yang menjabat sebagai ketua dari Badan Eksekutif Mahasiswa.

Seorang lelaki yang banyak dipuja oleh kaum hawa di kampus karena terkenal dengan ketampanan dan juga kepribadiannya yang baik dan juga loyal.

"Perkenalkan, namaku Lucas Caelum. Kalian bisa memanggilku dengan Lucas."

Hanya satu kalimat yang dikeluarkan oleh Lucas, para wanita yang merupakan mahasiswa baru sudah berteriak dari bawah panggung. Lucas membalasnya dengan sebuah senyuman sembari melambaikan satu tangannya.

Tentu saja, senyuman seorang Lucas malah membuat keadaan semakin bising.

"Terlalu terang ... lelaki itu terlalu terang untuk jiwaku ... "

Kayla dan Nadine sama-sama menoleh ke arah Yurisa yang kini sedang memandang Lucas dengan mata yang berbinar, seakan gadis itu tengah melihat seorang malaikat di hadapan matanya. Kayla dan Nadine hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Yurisa.

"Pertama-tama, aku ingin mengucapkan selamat kepada kalian semua karena telah berhasil diterima di universitas kita yang tercinta ini. Akan kuucapkan dengan jelas. Selamat karena telah bergabung dengan keluarga besar Universitas Seni Hemera." ucap Lucas yang lalu menundukkan kepalanya.

Semua mahasiswa baru yang berkumpul di aula utama bertepuk tangan dengan riah. Kayla, Nadine, dan juga Yurisa. Mereka bertiga juga melakukan hal yang sama.

Sambutan singkat dari Lucas berakhir dengan para mahasiswa baru meninggalkan aula gedung utama mengikuti arahan dari senior-senior bagi fakultas mereka masing-masing.

Nadine dan Yurisa bergabung dengan barisan mahasiswa fakultas seni media rekam, sedangkan Kayla pergi dengan barisan mahasiswa fakultas seni rupa. Mereka akan pergi ke gedung fakultas masing-masing.

"Indah, bukan?"

Kayla menoleh dan mendapati Lucas, lelaki yang tadi berdiri di atas panggung untuk menyampaikan sambutan itu berjalan di sampingnya.

"Maksudku, kampus kita." terus Lucas yang lalu menyunggingkan senyuman ramah kepada Kayla.

"O-oh, iya. Sangat indah." balas Kayla yang juga memberikan senyuman ramah.

"Aku Lucas." ucap Lucas sembari menyodorkan tangan kanannya kepada Kayla. Kayla menyambut tangan Lucas.

"Kayla."

"Seperti yang kau tahu, selain aku adalah ketua Badan Eksekutif Mahasiswa, aku juga adalah senior di fakultasmu. Jika ada yang ingin kau tanyakan, jangan ragu untuk memberitahuku."

Kayla, gadis itu hanya membalasnya dengan sebuah anggukan sopan. Sebenarnya ia tak tahu harus berbuat apa. Melihat dari penampilannya, jelas bahwa Lucas adalah sosok yang disukai banyak wanita di kampus.

Tampan, berkepribadian baik, dan dapat diandalkan. Tak akan ada yang tak suka kepada Lucas. Dan hal itu membuat Kayla sedikit tak nyaman, karena Kayla tahu bahwa ia akan memiliki banyak musuh di kampus jika ia dekat dengan orang seperti Lucas. Terbukti dari tatapan beberapa perempuan yang menatap mereka berdua saat ini. Begitu sinis dan penuh dengan aura permusuhan.

Namun Kayla juga seorang wanita yang tak mungkin menolak kebaikan dari orang setampan Lucas.

"Sebaiknya kau bersiap-siap. Saat tiba di gedung fakultas nanti, akan ada banyak senior galak yang menunggu kalian di sana. Kau tahu, masa orientasi mahasiswa baru memang tak pernah menyenangkan."

Kayla sedikit terkejut dengan apa yang Lucas katakan. "Apakah para senior masih melakukan hal seperti itu kepada para junior?"

Lucas mengangguk mengiyakan. Mungkin memang sudah hal umum bahwa para senior di kampus akan memperlakukan junior mereka dengan keras di masa orientasi seperti ini. "Tenang saja. Aku yang akan memastikan bahwa mereka tak melewati batas. Kalian hanya perlu bertahan untuk beberapa hari ini. Kau bisa melakukan itu, bukan?"

Lagi.

Lucas lagi-lagi menunjukkan senyuman manisnya pada Kayla meski gadis itu tak tahu kenapa Lucas melakukannya. Namun, Kayla tak membenci hal itu. Justru senyum manis dari seorang Lucas bisa membuat rona merah tercetak samar-samar di pipi Kayla.

"Tapi, aku ingin kau berhati-hati dengan seorang senior yang bahkan aku sendiri tak bisa mengendalikannya."

Mendengar hal itu membuat Kayla kembali fokus.

Lucas mendekatkan wajahnya kepada Kayla. Siapapun yang melihat itu, akan berpikir bahwa Lucas akan mencium Kayla. Namun, Lucas berhenti di sebelah telinga Kayla dan mengatakan sesuatu dengan nada yang cukup pelan.

"Jika kau bertemu dengan lelaki yang memiliki tato bunga mawar hitam di leher bagian kirinya, kusarankan untuk menjauh saja darinya."