Chereads / As A Princess (Indo Version) / Chapter 14 - 14. Malam Rahasia Ariadne (2)

Chapter 14 - 14. Malam Rahasia Ariadne (2)

"Ariadne!!" Charlotte memanggil dengan suara yang riang. Gadis itu langsung berdiri dan berlari mendekati Ariadne. Charlotte langsung memeluk Ariadne dengan erat. "Aku merindukanmu. Sudah lama kita tidak bertemu." Kata Charlotte.

Ariadne tersenyum dan mengangguk dalam dekapan Charlotte. "Iya. Hampir dua bulan. Maafkan aku Charlotte, kondisi istana tidak bisa kutinggalkan begitu saja. Elie memperketat penjagaanku. Dan dia menyuruhku menuntaskan pelajaran tata krama." Kata Ariadne menjelaskan alasannya.

"Tidak apa-apa Ariadne. Aku senang kita bisa bertemu sekarang."

"Aku juga begitu. Maaf jika membuatmu terkejut mengenai kiriman burung merpati putih dariku. Kurasa kalau tidak begitu, kita tidak bisa berkabar." Kata Ariadne.

Burung merpati putih yang ada pada Charlotte memang pemberian dari Ariadne. Karena Ariadne bingung harus mengabari Charlotte melalui apa. Ariadne tidak mungkin bisa keluar atau menyuruh salah satu pelayan untuk mengirimkan surat pada Charlotte. Itu sama saja akan membongkar rahasia Ariadne.

"Tidak apa-apa Ariadne. Aku akan menjaga burung merpati pemberianmu itu. Dia makan banyak sekali."

"Benarkah?"

Charlotte mengangguk. "Omong-omong, apakah Elie tidak curiga kau keluar malam?"

"Tidak. Tenang saja. Elie sudah aman berada di dalam kamarnya. Tidak ada yang mengetahuiku keluar dari istana."

"Baiklah. Apakah kita mulai sekarang?"

"Sebentar, aku membawakanmu roti gandum dengan susu murni. Makanlah selagi rotinya belum mengeras. Maafkan aku, aku hanya bisa membawakan itu. Tadi aku terburu-buru."

Charlotte tersenyum sambil menerima bungkusan kain berisi roti gandum dan susu murni. "Kau tidak perlu repot-repot membawakanku makanan dan minuman. Lihatlah di sana. Aku membakarkan ubi untukmu."

"Ah, kau baik sekali. Terima kasih. Bagaimana kabar keluargamu, Charlotte?"

"Ibu dan adikku baik-baik saja di rumah. Kami sekarang sibuk membantu membuat adonan di toko kue. Gaji di sana cukup untuk makan setiap hari." Ucap Charlotte.

Charlotte adalah seorang gadis biasa yang tinggal di desa Kerajaan Berlian. Usia Charlotte hanya selisih satu tahun dari Ariadne, yaitu delapan belas tahun. Charlotte hanya tinggal bersama Ibu dan adik perempuannya saja. Ayahnya meninggal dunia karena sakit.

Ariadne bisa mengenal Charlotte karena tidak sengaja bertemu di sekitar istana. Tepatnya tiga tahun lalu saat Ariadne ingin jalan-jalan ke rumah-rumah warga. Saat itu anak perempuan yang seusia Ariadne tidak terlalu ramah. Kebanyakan anak takut melihat Ariadne karena berjalan dengan banyak pengawal. Kemudian Charlotte lah yang menyapanya dari kejauhan. Dan Ariadne mengajak Charlotte untuk berteman.

Charlotte sendiri tidak keberatan berteman dengan Ariadne. Karena dia juga tidak punya teman di desa. Masa kecil Charlotte hanya diisi dengan latihan bela diri. Saat itu ayahnya masih sehat dan Charlotte diharuskan untuk pandai bela diri. Di desanya, Charlotte dijuluki gadis tangguh. Wajah Charlotte mirip seperti wajah seorang lelaki muda. Pasalnya, rambut gadis itu juga dipotong pendek seperti pria. Namun Charlotte sikapnya sangat lembut seperti perempuan biasa.

"Charlotte, kenapa kau tidak mau ikut denganku di istana? Di dalam istanaku, makanan serba cukup. Ibu dan adikmu bisa tinggal di dalam istanaku. Elie akan membantu. Dan kau bisa menjadi tangan kanan pribadiku untuk menggantikan Darian."

Charlotte yang mendengar tawaran dari Ariadne itu sebenarnya sangat ingin ia terima. Namun Charlotte belum siap memasuki kehidupan istana. "Tidak perlu, Ariadne. Di desa lain, masih banyak orang yang kekurangan. Selagi aku masih bisa bekerja dengan ibuku, maka aku akan bekerja saja. Ibuku juga tidak ingin hidup di dalam istana."

"Kenapa?"

"Karena katanya di dalam sana banyak politik terjadi. Ibuku hanya takut saja. Ia takut dijadikan budak."

"Charlotte, kau tahu sendiri sistem kerajaanku tidak seperti itu. Aku yang memimpinnya. Di sampingku ada Elie, Darian, Jason si penasehat, dan Marlyn sebagai menteri. Mereka semua melingkupiku. Kerajaanku tidak seperti kerajaan lain. Percayalah.. lagi pula aku juga tidak akan mungkin membiarkan kalian diperlakukan seperti itu oleh seseorang."

Charlotte tersenyum. "Apakah jika aku berhasil membujuk ibuku, aku boleh tinggal di istanamu?"

"Tentu saja. Akan kusiapkan kamar untuk kalian."

"Akan aku pikirkan dulu, Ariadne."

"Baiklah."

"Mari kita mulai latihannya." Ucap Charlotte untuk mengajak Ariadne memulai latihan mereka.

Ariadne mengangguk. Gadis itu langsung mengeluarkan pedang samurai yang dipegangnya. Namun, Charlotte menggelengkan kepala.

Charlotte berkata, "Sudah cukup dengan pedang. Kini waktunya kau latihan memanah."

"Tapi langit gelap, aku belum bisa sejeli itu untuk memanah tepat sasaran."

"Di setiap sudut sudah kuberi lilin, Ariadne. Tajamkan penglihatanmu. Dinding bebatuan sudah kutandai dengan kertas-kertas putih. Atau kau bisa memanah lilinnya."

Ariadne menerima sebuah busur panah dan anak panah dari tangan Charlotte. Sementara pedang samurai yang ia bawa tadi sudah diambil oleh Charlotte untuk diletakkan di atas bebatuan.

Suara air terjun mendominasi di antara mereka berdua. Kini Charlotte sedang mengajari posisi memanah yang tepat pada tubuh Ariadne. Gadis itu mengajari Ariadne dengan sangat sabar dan menjelaskan setiap pergerakkan yang terpenting saat memanah.

Hingga akhirnya Ariadne berhasil meluncurkan anak panahnya pertama kali dan hanya mengenai api dari sebuah lilin yang letaknya lima meter dari posisinya berdiri.

"Bagus, Ariadne!! Kau mudah mengerti dan memahami yang kuajarkan. Syukurlah kalau kau sangat cepat memahaminya." Ucap Charlotte memuji Ariadne.

Ariadne terkekeh pelan. "Ini semua berkat kau Charlotte. Dua tahun lalu kau mulai mengajariku bela diri. Dan aku tidak perlu khawatir jika ada orang yang akan berbuat jahat padaku."

"Katakanlah saja apa yang kau butuhkan, Ariadne. Aku akan berusaha semampuku untuk membantumu."

"Terima kasih Charlotte."

"Aku juga berterima kasih padamu. Kau selalu mengirimkan makanan enak setiap hari minggu. Apa Elie tahu hal itu?"

Ariadne mengangguk. "Iya. Elie tahu kalau tentang itu. Elie taku aku berteman denganmu sejak tiga tahun lalu. Namun perihal latihanku denganmu seperti yang kita lakukan sekarang, tentu saja Elie tidak tahu."

"Jangan sampai ada yang tahu, Ariadne. Kau belum memecahkan teka-teki meninggalnya orang tuamu."

"Iya. Aku juga tahu hal itu. Kalau sampai ada yang tahu, bisa bahaya. Aku juga tidak ingin diriku dicelakai si pembunuh."

Charlotte terkekeh pelan. "Kau tidak akan dicelakai. Aku yakin dia mengawasi segala pergerakanmu. Jika dia berani mencelakaimu, maka dia harus melewatiku dulu."

"Ah, kau membuatku merasan aman Charlotte."

"Baiklah. Sesi kali ini sampai di sini dulu, Ariadne. Perutku sakit karena aku sedang datang bulan."

Ariadne cemberut mendengar itu. "Seandainya saja aku bisa berlatih sampai pagi. Sayang sekali tidak bisa. Apakah aku harus kembali ke istana sekarang juga?"

Charlotte menggelengkan kepalanya. Gadis itu mengajak Ariadne duduk menghadap api unggun. "Jangan. Mari kita nikmati ubi bakar buatanku. Aku akan memakan roti gandum pemberianmu."

Dan mereka berdua sedang sibuk menikmati makanan dan minuman masing-masing. Ariadne masih ingin bersantai terlebih dahulu, sebelum ia kembali ke istana pukul tiga dini hari nanti.

***