Chereads / As A Princess (Indo Version) / Chapter 16 - 16. Meghan Dan Rahasianya

Chapter 16 - 16. Meghan Dan Rahasianya

Meghan. Perempuan yang usianya sama seperti Elie itu sedang berada di luar area dapur. Ia mengendap-endap seperti seorang pencuri. Kedua kakinya telanjang tanpa menggunakan alas kaki apapun.

Kepala Meghan mendongak, menatap balkon kamar Ariadna yang tertutup. Meghan yakin, ia tadi melihat ada seseorang yang memanjat ke atas dinding bebatuan yang menuju ke kamar Ariadne. Meghan yakin sekali dengan hal itu. Bahkan Meghan melihat orang yang memanjat dengan pakaian serba hitam tadi melompat di balkon dan sempat menciptakan suara keras.

"Ibu, sedang apa kau di sini? Bukankah kau baru saja membuang sisa makanan?"

Mendengar pertanyaan itu Meghan berjengkit kaget. Ternyata Sergio yang bertanya. Sergio adalah putra satu-satunya Meghan. Dan Sergio termasuk dalam prajurit terkuat di istana.

"Ah, kau mengagetkanku saja. Ada apa?"

Sergio menggelengkan kepalanya. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin menanyakan di mana letak sabuk tempat pedangku?"

"Kutaruh di atas lemari pakaian."

"Ah, jangan ditaruh di situ. Tidak terlihat oleh mata." Ucap Sergio dengan sedikit memprotes.

Meghan mendecakkan lidahnya kesal. "Kau kembali saja ke kamarmu! Aku nanti akan berkunjung ke kamarmu lagi untuk membereskan yang kurang rapi."

"Baiklah. Lain kali kau tidak perlu menjengukku terlalu sering. Aku malu dengan prajurit yang lain. Rasanya aku seperti anak kesayangan ibu saja. Jangan membuatku malu di depan prajurit lain. Sudah jelas letak kamar kita berbeda gedung."

Meghan tidak menghiraukan anaknya. Perempuan itu langsung bergegas menuju ke area dapur.

"Ibu tidak mendengarkanku ya?"

Meghan membalikkan badannya. Menatap Sergio yang terlihat begitu cerewet dan menyebalkan. Kalau Sergio perempuan itu tidak apa-apa, tapi Sergio adalah laki-laki. Meghan paling kesal kalau mendengar keluhan dan suara beruntun dari mulut Sergio. Untung saja Sergio memiliki lencana bagus dalam keprajuritan.

"Kau yang tidak pernah mendengarkanku. Kalau kau tidak ingin ibumu ini menjenguk kamarmu, maka bersihkan kamarmu sendiri. Jangan sampai berantakan." Ucap Meghan denagn nada tegas.

Sergio menggaruk bagian kepalanya yang tidak gatal. Lelaki itu terkekeh pelan kemudian mengangguk. "Baiklah. Kalau begitu aku kembali ke kamar para prajurit. Terima kasih sudah mengantarkan makananku lebih pagi."

Meghan mengangguk. "Baiklah. Aku tidak akan menjengukmu lagi. Sebagai gantinya dua atau tiga hari sekali berkunjunglah ke dapur. Aku akan memberimu banyak makanan."

"Baik, ibu. Sampai jumpa."

"Iya.."

Setelah Sergio pergi dari area dapur kerajaan, Meghan mulai menyuruh para pelayan dapur memulai aktivitas mereka. Jam pagi akan terasa begitu cepat.

Ketika Meghan hendak menyuruh para pelayan yang bertugas memandikan puteri Ariadne, Darian tiba-tiba datang mencegah.

Meghan bertanya. "Ada apa Darian?"

"Puteri akan bangun siang hari ini. Jadi para pelayan yang bertugas memandikannya lebih baik nanti saja."

"Atas dasar apa seorang puteri bangun terlalu siang?"

"Dini hari puteri terbangun dan mimpi buruk. Pelipisnya terluka karena terbentur pinggiran ranjang. Dia lelah, aku akan berjaga di depan kamar puteri Ariadne." Ucap Darian menjelaskan semuanya pada Meghan.

Kedua mata Meghan memicing. Perempuan itu seolah mencium bau kebohongan. Meghan masih ingat dengan jelas kalau ia tadi melihat ada seseorang yang memanjat menuju balkon kamar Ariadne.

"Baiklah kalau begitu. Para pelayan kubiarkan membantu aktivitas di dapur saja."

Darian mengangguk sopan pada Meghan. "Nanti kalau puteri Ariadne sudah bangun aku akan kemari lagi untuk memberitahumu, Meghan."

"Tidak perlu. Beritahu saja ibumu, pasti dia yang akan mengerahkan para pelayan untuk memandikan sang puteri."

Mendengar itu Darian menatap Meghan sekilas. Lelaki itu mengangguk singkat kemudian pergi begitu saja.

Meghan tersenyum tipis. Perempuan itu menatap kepergian Darian hingga punggung lelaki itu menghilang di sebuah belokan dinding istana. "Kau terlalu setia berada di samping Ariadne, Darian." Ucap Meghan dengan bergumam lirih.

***

Suhu udara semakin siang tentu saja semakin menghangat. Sinar mentari sudah menelusup sampai ke ranjang Ariadne. Gadis itu terlihat menguap dan meregangkan otot-otot tubuhnya. Ariadne masih malas bangun.

Namun jam dinding romawi yang tertempel di dinding kamarnya itu sudah menunjukkan jam sembilan pagi. Ariadne terduduk dengan pelan. Badannya sudah tidak terasa pegal. Tidurnya lumayan nyenyak dan tidak terganggu oleh suara apapun.

Ah, Ariadne langsung teringat janjinya pada Charlotte kemarin. Hari ini ia harus berhasil membujuk Elie untuk meminta satu hari khusus setiap minggu. Satu hari khusus dirinya dibebaskan dari segala peraturan istana dan tanpa pengawal. Setidaknya Ariadne harus bisa merayu Elie.

Ariadne berjalan malas menuju pintu kamarnya. Namun sebelum gadis itu membuka pintu kamar, Darian tiba-tiba sudah membuka pintunya dari luar.

"Kau sudah terbangun, puteri?"

Ariadne mengangguk. "Tubuhku merasa lebih baik."

"Aku senang mendengarnya. Apa kau ingin mandi?"

"Iya. Aku ingin mandi sendiri. Beritahu para pelayan untuk menungguku di luar kamar mandi saja."

Darian mengangguk dan langsung pergi memberitahu para pelayan yang bertugas memandikan Ariadne untuk menyiapkan gaun dan perhiasan Ariadne.

***

"Apakah makanan untuk para pengawal sudah siap?" Meghan bertanya pada seluruh pelayan di dapur.

Semua pelayan dapur terlihat mengangguk. Di sebuah meja lain memang sudah dipenuhi banyak porsi makanan untuk para pengawal dan prajurit.

Meghan bertanya lagi. "Yang mana makanan untuk orang-orang khusus?"

Seorang pelayan menunjukkan sebuah nampan khusus yang berisi tiga porsi makanan pagi. Meghan mengangguk paham. "Nampan ini biar aku saja yang membawanya. Silakan kalian semua pergi untuk membawakan makanan untuk para pengawal dan prajurit di depan."

Semua para pelayan dapur langsung mengangguk bersamaan. Mereka semua berjalan dengan barisan rapi dengan membawa makanan di tangan mereka untuk diberikan kepada pria-pria pengawal dan prajurit.

Meghan tersenyum tipis ketika mengetahui area dapur sudah kosong. Tiga porsi makanan dalam sebuah nampan besar itu terlihat begitu lezat.

Meghan menarik sebuah mangkuk yang berisi nasi yang dihaluskan. Kemudian tangan kanannya meraih sebuah botol kecil dari dalam saku gaunnya. Perempuan itu membuka tutup botol kecil itu dan menuangkan isinya sedikit ke dalam mangkuk berisi nasi.

Meghan mengaduk nasi itu dengan pelan. Nasi yang dihaluskan itu kini sudah tercampur dengan bubuk khusus yang Meghan tambahkan ke dalamnya. Kepala perempuan itu terlihat menoleh ke kanan dan ke kiri. Melihat keadaan sekitar karena waspada jika ada seseorang yang melihat perbuatannya.

"Sarapan pagi ini khusus untukmu, Darian." Ucap Meghan dengan tersenyum miring.

Di balik pintu ruangan rempah-rempah Elie mendengar dan melihat semua perbuatan Meghan. Perempuan itu mengepalkan kedua tangannya. Untuk apa Meghan ingin mencelakai Darian? Elie tidak akan membiarkan putranya terluka.

Elie harus menunggu sampai Meghan pergi membawa nampan. Kemudian ia keluar dari ruangan yang berisi rempah-rempah. Elie menatap tajam punggung Meghan yang menjauh.

"Apa kau pelaku dibalik kematian Raja dan Ratu, Meghan?" Elie bertanya dengan pelan.

*****