Terlihat seorang gadis muda, vina (20) memasuki gedung yang cukup mewah, ya.. Itu adalah kantor milik ayahnya pak halim (47) ia terlihat membawa sebuah alat yang terlihat cukup aneh, sebuah alat semacam corong yang terbuat dari karet yang disambungkan ke handphone.
Vina memasuki ruangan yang bertuliskan nama ayahnya, pak halim. Saat ia melihat ayahnya bersama beberapa orang, ia pun keluar dari ruangan itu dengan menutup pintunya secara perlahan
" Maaf .... " Kata vina dengan sidikit mengangguk dengan suara pelan
Vina menghela nafas, takut kalau ia mengganggu rapat yang dipimpin ayahnya itu. Tak lama vina mendapat sebuah telp dari rekan sekuliahnya
" Hai ... Ada apa...? " tanya vina
" tenang saja aku yakin kita akan menang kompetisi, sudah jangan khawatir..? Kita kan membuatnya bersama, lagi pula aku sudah berada dikantor ayahku, kuharap ia mau membantu sedikit dengan menerapkan sistem keamanan dimulai dari kantor ini dan ya... Kau tau kan...? " kata vina sedikit menggoda. Ia berjalan kearah jendela dan menikmati angin disana , terlihat rambutnya yang indah tersibar oleh angin yang cukup kencang
" aku hanya berharap, apa yang kita buat ini memberikan hasil... Walalupun nantinya tidak menang... Yang terpenting. ... Ada jalan lain untuk mengembangkannya... " sambung vina
Kemudian terdengar suara pintu yang terbuka, dan terdengar oleh vina, pembicaraan yang sepertinya terdengar kurang enak namun suara itu terlalu pelan baginya, ia melihat pamannya sugino dengan tatapan dingin, vina yang tidak berani menyapa hanya melewatinya saja
" oh ya vina ... " panggil sugino yang membuat vina menghentikan langkahnya dan menengok pamannya
" iya paman? " jawab vina
" oh ya... Kenalkan ini keponakanku vina dan anak dari kakak ku tadi " kata sugino mengenalkan vina pada
Vina menyalami mereka satu persatu dan ia merasa ada sesuatu yang janggal terlebih melihat ekspresi mereka
"pasti ada yang tidak beres" gumam vina dalam hati
" paman maaf saya harus menemui ayah, ada sedikit keperluan terkait bahan kuliah" kata vina mencoba untuk menghindar
" baiklah kami juga mau pamit, " kata paman sambil memegangi kepalanya yang pelontos itu
" baik terimakasih atas kunjungannya " kata vina dengan sedikit membungkuk seraya menghormat pada mereka
Vina melihat mereka berjalan menjauh dan saat itupun ia berjalan sambil sedikit berlari ke arah ruangan ayahnya itu
Ia langsung membuka pintu dengan keras hingga membuat pak halim terkagetkan
" vina apa yang terjadi. . .. ? " tanya pak halim yang saat itu sedang menelfon
" ah... Tidak hanya memastikan tidak terjadi sesuatu. .. " jawab vina sambil menaruh barang yang dari tadi dibawanya
Pak halim duduk di kursinya dan seolah memberikan isyarat bahwa ia sedang banyak pikiran. Vina mendekatinya dan duduk tepat didepan ayahnya
" apa yang terjadi ayah? " tanya vina pelan
Pal halim mengambil nafas panjang dan mencoba duduk senyaman mungkin
" Kau tau siapa yang dibawa pamanmu tadi!? " tanya pak halim dengan nada tegas
Sedangkan vina hanya menggeleng pelan
" yang berjaket tadi adalah kepala polisi disektor ini, yang berbaju panjang bergaris adalah calon walikota berikutnya dan yang satunya lagi yang berkumis adalah seorang pengusaha wisata ternama "kata pak halim
" lalu kenapa mereka kesini? "tanya vina
Pak halim kembali menghela nafas panjang
" Mereka meminta ku untuk melakukan legalitas tanah dan mendirikan bangunan, rencananya lahan itu akan di bangun sebuah hotel mewah dengan wahana wisata didalamnya"
" Lalu apa kau tidak bisa? " tanya vina
"Bukanya tidak bisa, tetapi.... " pak halim berjalan mendekati jendela
" tetapi mereka melakukan legalitas tanah palsu, dan itu akan berdampak pada pemukiman yang ada disana " lanjut pak halim.
Vina mengerti dengan apa yang dimaksudkan pak halim, dan ia pun berjalan menghampiri ayahnya dengan menunjukkan alat yang dibawanya tadi.
"ayah ... Lihat ini " kata vina sambil menghampiri ayahnya untuk mengalihkan perasaan ayahnya yang sedang kalut
Pak halim melihat lihat benda yang dibawa anaknya itu
" benda aneh apa ini, ada ... Corong dan... " sebuah hape tergentung dengan kabel, sedangkan pak halim melihat anaknya itu dengan tatapan aneh, vina kemudian mengambil alat itu
" Ini adalah alat penyadap yang bisa menembus tembok beton sekalipun " kata vina sambil menempelkan alat itu ditembok
" Hei nak ... Apa kau sedang mau mengintip ? "canda pak halim yang saat itu juga kakinya langsung ditendang oleh vina
Vina membuka sebuah aplikasi dan menancapkan headphone kemudian memasangkan ke telinganya
Ia pun menaikkan beberapa batas volume, terlihat vina tampak dengan wajah yang sedikit gelisah kemudian ia melepas headphone nya dan meletalkannya begitu saja
" Apa yang terjadi....? " tanya pak halim heran
" Ah... Tidak, aku hanya mendengar suara orang menyiram toilet " kata vina sambil tersenyum sedikit
Vina pun mencoba untuk meletakkan corong itu di sisi yang berbeda sambil mengutak atik hape yang terkoneksi di corong itu akhirnya terdengar beberapa suara
"hei bagaimana kalo kita ke kafe sebelah" kata suara pria, vina kaget, karena suara adalah itu cukup familiar dengannya
Vina kemudian melepas corong itu dan mengarahkannya keluar jendela
Dan yang terdengar adalah banyak suara suara yang mungkin terdengar tidak karuan
Vina pun mengakhiri dan meletakkan alat itu, danmematikan aplikasi nya.
" alat ini mempunyai fungsi untuk menanbkap suara dari jarak 15 meter dari muka corong ini " kata vina menjelaskan
"Jadi...? " tanya pak halik penasaran
" Jadi... Tolonglah ayah.. Bantu kita promosikan ya... " kata vina merengek dan menarik narik bajubayahnya layaknya anak kecil
" apa lagi ini bisa dibuat sistem keamanan untuk kantornayah, jadi kasihlah sedikit modal. .. Ya.. Ya... "kata vina meminta dengan manja
" Kalalu bukan anak tunggal pasti gak bakal.... " kata pak halim seolah setuju dengan terpaksa
Vina yang merasa menang akan hasilnya menghampiri ayahnya dan memeluknya
" Terimakasih ayahku yang ganteeng... " kata vina yang manja dan dengan terburu buru ia memasukkan alat itu kedalam tas nya yang besar, hal itu malah membuat pak halim kaget dan curiga
" Lo... Kenapa buru buru sekali, ini tidak seperti biasanya? " kata pak halim yang bingung dengan dengan anaknya yang tiba tiba saja begitu, vina menghampiri ayahnya dan kembali memeluknya
" kau tau ayah... Ini adalah kabar baik yang harus segera kuberitahukan pada teman temanku... Bila terlambat bisa jadi semangat mereka akan segera menipis" kata vina meyakinkan
Sedangkan pak halim hanya mengangguk angguk saja seolah mengerti, vina memberikan senyum tipis kepada ayahnya lalu pergi menghampiri pintu, namun hal yang tidak disadari pak halim adalah saat tangan kiri vina Mengepal seolah terlihat marah dan kesal, bahkan saat vina keluarpun ia masih tidak menyadarinya
" Dia memang pencipta yang hebat... " kata pak halim dengan senyum tanda kebanggaan pada vina dan telp pak halim pun berdering