Malam harinya Vina yang saat itu makan malam jam di rumah bersama kedua orangtuanya sedang menceritakan kan tentang kejadian tadi sore
" jadi pria itu yang sering kamu ceritakan, saya rasa dia orang baik" kata ibu sambil mengemasi beberapa piring untuk ditaruhnya ke tempat cuci piring.
" mumpung besok kamu cuti, sebaiknya ajak dia untuk makan malam di sini, hanya untuk tanda terima kasih kami saja untuk orang yang bernama Arman itu" kata-kata Halim dengan sedikit menggoda Putri semata wayangnya itu.
Vina yang mendengar perkataan ayahnya itu seolah tak bisa berkata apa apa, terlebih saat ia yang mengunyah cemilan yang saat itu Tengah diletakkannya di meja pun berhenti, ia bergegas mengambil beberapa piring makanan yang ada di meja itu untuk di diantar nya ke dapur, sedangkan terlihat dari muka Pak Halim yang begitu senang menggoda anak kesayangannya itu
Di dapur, terlihat ibu yang mencuci piring dan Vina yang baru saja menaruh makanan di meja kemudian berjalan menghampiri ibunya sambil membantu meletakkan beberapa piring dan mangkok yang baru saja dicuci.
"Vina ... boleh kah Ibu bertanya sesuatu? " dengan lembut sambil mematikan Keran air.
"Ya Bu , mau tanya apa ? "Kata Vina sambil menutup lemari
" kira-kira Arman itu menurut kamu gimana ya? " tanya ibu sedikit menggoda
Mendengar pertanyaan ibunya itu, Vina hanya sedikit tersenyum, sedangkan ibunya malah terheran-heran dengan tingkah anaknya itu.
" Kenapa kamu tersenyum? Aneh lagi? Apa Dia tidak memiliki sesuatu yang istimewa"
"Ehm.... Bagaimana ya menjelaskannya, karena sebenarnya kami juga tidak terlalu dekat, lagipula dia adalah seorang yang pria pendiam dengan muka yang sangat tegas, kadang aku mengira Apakah dia terlalu banyak tekanan? " kata Vina sambil menengadah ke atas membayangkan tentang Arman.
" Oh ya ampun" kata ibu sembari berjalan cepat kearah Vina yang kemudian memegang kening anaknya itu
" Ada apa Bu??" Tanya Vina heran
" tidak apa-apa , aku rasa kamu terkena demam, dan aku rasa obatnya hanya ada satu"
"Ha..... demam?" Kata Vina sambil memegangi keningnya juga
" iya ya kamu terkena demam mengamati seseorang, mungkin bila ini diteruskan kan bisa jadi demam cinta" kata ibu menggoda
Vina terlihat malu Bahkan ia membalikkan badannya sambil membuka dan dan merapikan beberapa gelas dan piring yang ada di sana. Sedangkan terlihat ibunya malah tersenyum senang ketika melihat putrinya yang tersipu malu seperti itu
Keesokan paginya Vina yang berjalan-jalan di pasar sambil memakai masker dan kacamata hitam dengan rambut yang tertutup oleh topi membuat ia tidak terlalu dikenali orang orang, namun sebagian lagi melihati dan memperhatikannya seolah-olah pernah mengenalnya.
Vina berjalan menyusuri pasar sambil sesekali mengamati beberapa pakaian dan aksesoris yang ada di sana, karena baginya ini adalah kali pertamanya ia bisa Sebebas ini , selama ini ia selalu tertekan oleh jam pekerjaan, bahkan di hari liburnya pun ia selalu menyempatkan diri untuk membersihkan rumah ataupun bepergian bersama keluarganya.
Suatu ketika saat Vina berjalan-jalan santai ia mendapati Arman yang menaikkan sayuran ke bentor, namun saat itu juga iya mana bersembunyi di balik dinding di salah satu Ruko Pasar. Dia merasa gugup, bahkan Iya sempat memegangi dadanya dan terlihat Iya sampai Berkeringat dingin.
" Dek Vina?" Sapa seorang laki- laki paruh baya menyapanya, sontak Vina langsung terkejut hingga Iya kelabakan.
" Ya ampun Pak jantung Saya bener-bener mau copot Bapak mau ke mana? " tanya Vina kepada laki-laki itu yang ternyata adalah suami dari Bu Rika pemilik warung
" mau ke toilet sebentar, Dek Vina ngapain Di Sini? "
"A... Anu mau beli sayur buat masak nanti malam, mau beli ke Arman Takutnya nanti kebanyakan" kata Fina sambil tersenyum malu
" oalah... ya sudah mumpung saya ke toilet nya melewati Arman, biar dia saya panggil ke sini"
" tu... Tunggu Pak Jangan dulu...? " Panggil Vina Pada Suami Bu Rika yang ternyata sudah lari setengah jalan
Vina pun kembali bersembunyi namun saking gugupnya Iya sampai memainkan jemarinya sambil menggigit kecil bibirnya.
tubuh Vina menggeser ke bawah hingga terlihat ia berjongkok ia pun kemudian mengangkat kedua tangannya sekolah sambil berdoa dengan mulut yang komat-kamit, hingga suatu ketika seorang ibu-ibu yang tengah lewat di situ melihat Vina yang seperti itu mengeluarkan beberapa uang receh dan melemparkannya tepat di kaki Vina, Vina yang melihat hal itu pun tak bisa berkata apa-apa. Hanya menghela nafas seolah pasrah dengan tindakan orang yang melemparinya uang receh tersebut. Namun Ia tetap Mengambil koin yang dilemparkan ibu- itu, dia pun berdiri dan saat Ia memasukkan koin itu di saku celananya Ia pun dikagetkan oleh suara Arman
" kau memanggilku"
Suara Arman yang terdengar jelas terlebih Iya dan Arman berjarak cukup dekat membuat ia malah tak bisa berkutik saat itu, bahkan Arman juga melihat bahwa keringat dingin yang yang mengucur dari kening ke Bibi Vina
" Apa kau baik-baik saja? Apa kau sakit? " tanya Arman kembali
" Ah tidak, hanya saja udaranya Memang panas" kata Vina sambil menundukkan kepalanya. Dia benar-benar malu dan bahkan merasa gugup Setengah Mati karena baru pertama kali ini dia dekat dengan seorang laki-laki dekat dengan seorang
" jadi Ada perlu apa, tadi ada yang bilang Kamu memanggilku? " tanya Arman lagi. Vina memalingkan wajahnya pada Arman dan terlihat jelas muka Arman dengan sorot mata yang tajam, meski ada sedikit kotoran di wajahnya tapi ketegasan di raut mukanya masih terlihat jelas
" bila tidak ada yang mau kau katakan aku akan pergi saja" kata Arman sambil melangkah meninggalkan Vina
"Tunggu-tunggu, Apakah ada waktu Sebentar atau kamu saat ini masih sibuk? "
" sebenarnya pekerjaan saya baru saja selesai, Ada apa memang? "
" boleh pinjam waktunya sedikit? " kata Vina mengisyaratkan dengan jarinya
Sedangkan dari kejauhan terlihat sosok mr. Man yang tertutupi bayangan dan hanya nampak raut mukanya saja sedang memperhatikan Arman dan juga Vina
Vina dan Arman yang sampai disebuah cafe kecil di dekat pasar didatangi oleh seorang pelayan sambil membawa menu yang ada di situ.
" kamu ingin pesan apa?" Tanya Vina sambil memperlihatkan menu Cafe itu pada Arman
" Kenapa tidak di tempat biasanya saja, apa ini tidak berlebihan? "
" Tidak apa- apa" sambil tersenyum manis pada Arman. Sedangkan Arman yang melihat yang tersenyum padanya malah tersipu malu sambil membuang muka.
" aku pesan seperti apa yang kamu pesan"
Pelayan itu kemudian menggiring mereka berdua ke sebuah meja kosong lalu meninggalkan mereka untuk membuatkan pesanan
Vina sangat Canggung bahkan di antara mereka pun tidak ada yang memulai pembicaraan. Arman membuang muka, sedangkan Vina masih terlihat memainkan jarinya.