Terlihat seorang pelayan yang membawakan 2 jus alpukat yang dihantarkan nya ke meja Vina dan Arman yang sampai saat ini tidak ada obrolan sama sekali
Vina mencoba mengamati Arman yang buang muka padanya, kulit sawo matang dengan muka dan tangan yang agak kotor saat itu wajar saja ,dikarenakan ia bekerja di pasar dan terlihat dengan jelas di mata Vina bahwa tangan Arman terlihat begitu kekar dan kuat meskipun badannya tidak terlalu besar," mungkin karena terlalu sering mengangkat" kata vina dalam hatinya. Ia juga melihat kaos yang digunakan oleh Arman yang terlihat basah oleh keringat dan dan beberapa lubang-lubang kecil di kaos yang dipakai Arman itu
" Woi Arman, iku mono gendak an mu ta? Awakmu sawangane gak karep wong wedok tapi oleh neh kinyis-kinyis, asem tenan" kata seorang teman Arman yang kebetulan lewat saat itu, Sedangkan Arman hanya mengangkat gelas jus yang barusan diantar oleh pelayan tadi. Seketika temen Arman saat itu hanya menggelengkan kepala dan tersenyum meninggalkan mereka , sedangkan Vina yang ada di depan Arman tidak mengerti apa yang mereka berdua bicarakan, karena meski Vina yang sudah 5 tahun di Surabaya tetapi ia masih sangat payah dalam hal bahasa Jawa.
" dia tadi ngomong apa ya? Dia yang biasanya jual es batu itu kan yang biasanya nganter di warung Bu Rika" kata Vina yang tak sengaja membuka obrolan.
Arman yang melihat Vina memulai pembicaraan itu tersenyum kecil, namun saat Vina tak sengaja mengarahkan pandangannya pada Arman Ia pun langsung tertunduk.
" Memangnya kamu sudah berapa lama di sini? " tanya Arman
" anu... baru 5 tahun" kata Vina yang kembali memainkan jemari tangannya.
" jadi..." Arman mulai mengulurkan tangannya, Vina heran, kenapa arman mengulurkan tangannya seolah mengajak berjabat tangan, Apakah Arman ingin berkenalan?. Vina pun membalas jabat tangan Arman sambil diselingi senyum kecilnya
"Sampai jumpa" sambung Arman yang langsung berdiri dan meninggalkan Vina.
" tunggu kamu mau ke mana?" Panggil Vina.
" aku rasa tidak ada yang perlu dibicarakan, karena itu aku mau pamit"
" tunggu dulu, ini!" Kata Vina memberikan secarik kertas .
" apa ini?"
" itu adalah alamat rumahku, bila nanti malam tidak ada acara Saya harap kamu bisa datang ke sana" kata Vina, namun saat ia kembali melihat wajah Arman ia kembali menunduk kan kepala saat arman melihat dirinya
" Baik terima kasih akan kucoba untuk datang aku harus buru-buru saat ini" kata Arman sambil meninggalkan Vina
Vina yang seolah hendak memanggil Arman mulutnya pun mendadak tak bisa mengucapkan sepatah katapun, ia merasa gugup namun juga senang karena niatnya sudah tersampaikan.
Tak lama setelah itu handphonenya berbunyi dan saat diangkat ternyata itu adalah sahabatnya Amel
" Ada apa Mel..." Tanya Vina
" cie-cie... yang habis kencan..." kata Amel menggoda
" Emang siapa yang kencan , kamu ini ada-ada saja"
" sepandai-pandainya orang lagi naksir pasti kepincut juga"kata Amel diselingi tawanya
" Ah kamu, jangan begitu lagi pula belum ada apa-apa, kamu sendiri kapan? " Kakak Vina membalas sahabatnya itu
" bales kamu ya, biar belum ada pasangan, tapi gampang bagiku ambil cowok dari manapun"
" Eh udah dulu ya... Aku mau lanjut dulu" kata Vina menghindar
"Eh kamu mau kemana, nanti dulu ini kan jam istirahat aku... "
" aku mau ambil titipan dulu ya, bye" vinpa mematikan handphonenya dan berjalan keluar dari kafe itu.
Di sebuah persimpangan jalan, Vina mendapati Arman yang tengah duduk santai sambil ngobrol bersama seorang pengamen dan di sebelah Arman terlihat sebuah tas plastik berwarna putih, bahkan Vina pun melihat bahwa itu adalah sebuah bungkusan makanan karena di dalamnya juga terlihat kerupuk.
Vina kembali memperhatikan Arman dari jauh dan tak lama setelah itu terdapat 2 orang pasangan suami istri kakek itu terlihat mendorong sebuah gerobak Yang sepertinya jualan kacang rebus sedangkan nenek di belakangnya yang terlihat memegang bahu dan tampaknya penglihatannya kurang begitu baik
Arman langsung berdiri sambil membawa tas kresek putih itu, memberikannya kepada kakek nenek itu, tanpa ada perkataan atau apapun Arman langsung meninggalkan kakek nenek itu dan Melambaikan tangan Seraya berpamit kepada pengamen yang tadinya sempat menemaninya ngobrol sejenak.
Vina yang melihat hal itu tersenyum kecil, Bahkan ia pun berlari ke seberang berniat untuk membeli kacang rebus kakek dan nenek itu.
" kek ... mau beli kacang " Panggil Vina yang sudah mulai dekat
Dan terlihat kakek dan nenek itu pun berhenti, Alangkah terkejutnya vina saat melihat nenek itu ternyata kedua matanya rusak
"Ngge nak, bade tumbas pinten? " tanya kakek
" beli Rp20.000 kek" kata Vina sambil menyadarkan uang Rp20.000
Kakek itu menerima uang dari Vina dan langsung menimbang kacang senilai Rp20.000 Bu itu
" Kale doso ewu(20.000) angsal setengah kilo ngge nak... "kata kakek sambil menyodorkan kacangnya pada vina
" Oh murah sekali..." kata Vina dalam hati
"Oh iya kek terima kasih"
" kek boleh tanya, tadi yang kasih kakek ini siapa ya? " tanya Vina sambil menunjuk bungkusan dari Arman yang digantungkan kakek di gerobak
" Oh tadi... kakek juga tidak tahu ,yang kakek tahu dia selalu menunggu kakek di situ, memberikan bungkusan nasi ini, lalu pergi"
Vina terhenyak saat mendengar penuturan kakek itu, tapi terlihat dari wajah Vina bahwa ia terlihat begitu senang saat mendengar dan melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Arman adalah orang baik.
" mungkin ini yang di maksud dengan terburu-buru tadi" kata vina dalam hati sambil tersenyum
Di dapur, Ibu yang yang baru saja meletakkan belanjaannya mendengar handphonenya berbunyi
" Halo iya Vina ada apa? " sapa ibunya
" Bu... pastikan makan malam hari ini adalah makan malam yang terbaik "
" Ada apa memangnya Vina, kamu kok terlihat senang sekali? " tanya ibu sambil tersenyum
" tidak apa-apa pokoknya hari ini kita harus membuat sesuatu yang istimewa"
" tunggu dulu... kamu tidak jadian kan sama yang namanya Arman itu" goda ibu
" Walah Ibu ini ada-ada saja masak baru bertemu saja kau sudah jadian"
" kamu juga terlihat bahagia gitu, ibu kan jadi menduga-duga kalau kalian itu langsung jadian tanpa babibubebo" goda Ibu lagi
Vina yang merasa terpojok kan akhirnya menutup telepon dengan ibunya.
Sedangkan tanpa disadari oleh vina, mr.men yang dari tadi mengikutinya dari belakang seolah-olah memang terlihat merencanakan sesuatu.
Handphone Mr. Man kemudian berbunyi tanda sebuah pesan masuk.
Dan terlihat sebuah pesan " temui aku di taman"
Mr.man kemudian berbalik arah dan tidak lagi mengikuti Vina, dia berjalan cepat seolah memang benar ada yang menunggunya saat itu.