Nata membuang jauh pandangannya ke luar jendela bus. Enggan melirik apalagi menatap remaja yang duduk berhimpit dengannya. Setengah jam berlalu, Nata pergi meninggalkan Angel dan Rama di sana. Ia enggan masuk ke dalam lingkup kehidupan Rama. Tak peduli apa yang dipikirkan oleh Angel maupun Rama. Nata pindah ke Jakarta sebab ia ingin hidup dengan tenang. Sebenarnya, bisa saja ia meneruskan sekolahnya di Malaysia, sebab neneknya ada di sana. Orang tua Nata juga tak keberatan dengan hal itu. "Yang terpenting putrinya bahagia." Itulah kalimat yang selalu disematkan kalau Nata punya keinginan. Hanya harapan baik yang ingin diberikan demi sang putri.