"Tolong panggilkan Emily di kamarnya,"
Ucapan yang baru saja terlontar dari mulut sang raja pemilik laut Petter ini membuat si kembar—Jeffa dan Jeffry terdiam kaku dengan tangan yang saling menyenggol. Bibir keduanya saling bergerak, menuduh satu sama lain untuk menyahuti ucapan sang ayah.
Jason yang melihat tak ada pergerakan dari kedua putranya lantas menaikkan sebelah alisnya heran. "Kenapa kalian masih ada di sini?"
Keduanya terkesiap lalu segera melenggang pergi tak tentu arah, yang terpenting mereka bergerak seolah-olah menghampiri Emily yang berada di kamar—sebenarnya Emily masih juga belum ditentukan hingga esok harinya.
Jeffa dan Jeffry sudah mencari ke tempat di mana pun, tapi mereka tetap juga tak mendapatkan hasil. Berkunjung ke tempat yang biasa Emily datangi pun, tetap tak ada. Siapa pun tolong Jeffa dan Jeffry saat ini!
"Bagaimana ini?" tanya Jeffry dengan gelisah. Sama halnya dengan Jeffa, laki-laki itu tengah mengacak rambutnya frustasi. Matanya berpencar ke seluruh ruangan istananya, namun tak ada tanda-tanda kehadiran Emily.
"Kita katakan saja yang sejujurnya pada Ayah,"
Perkataan Jeffa mampu membuat Jeffry menoleh dengan kedua bola matanya yang membulat. "Kamu ingin diberi hukuman oleh Ayah?"
Jeffa mengedikkan kedua bahunya. "Tidak ada pilihan lain, Fry. Apa kamu ingin diberikan hukuman juga oleh Ayah karena berani berbohong? Entah itu kita jujur atau pun berbohong, jika menyangkut hal Emily pasti kita akan diberikan hukuman."
Pasrah. Satu kata itu menggambarkan suasana hati Jeffry saat ini. Jangankan pada keduanya, pada Emily pun yang notabenya adalah anak bungsu sekaligus anak yang selalu dijaganya dengan baik-baik pasti akan diberikan hukuman oleh ayahnya itu jika melakukan kesalahan, terlebih lagi itu berbohong.
"Permisi,"
Keduanya menoleh saat salah satu maid menghampirinya. Jeffa menatap maid itu dengan datar seraya mengangkat sebelah alisnya.
"Tuan muda Jeffa dan Tuan muda Jeffry dipanggil oleh Tuan Raja," kata maid itu dengan kepala yang menunduk kemudian melenggang pergi, meninggalkan Jeffa dan Jeffry yang berusaha mengatur degup jantungnya.
"Kita bisa!" Jeffry mengepalkan sebelah tangannya dan mengangkatnya ke atas, seolah memberi semangat pada Jeffa. Jeffa menatapnya sekilas lalu berjalan lebih dulu, meninggalkan Jeffry yang mendengus kesal seraya berjalan dengan menghentak-hentakkan kedua kakinya.
Ya, mereka memang sama seperti manusia biasanya. Memiliki organ tubuh seperti manusia biasanya, hanya saja mereka tinggal di dasar laut dan tentunya itu berbeda dengan manusia biasa yang kebanyakan tinggal di daratan.
Jason menatap kedua putranya dengan sorot mata tajam, kedua tangannya memegang kedua sisi kursi kebesarannya itu. Hawa panas mulai menyelimuti Jeffa dan Jeffry, kepalanya tertunduk menatap Jason sesekali dengan perasaan takutnya.
"Kalian tahu kalau Emily hilang, kenapa tidak memberitahukannya pada Ayah?" suara Jason mulai terdengar datar dan dingin, tersirat juga nada kecewanya di setiap kata yang keluar dari mulutnya. "Apa kalian tidak akan bicara juga pada Ayah tentang menghilangnya Emily? Sampai kapan? Hanya mengandalkan pola pikir kalian yang masih labil, hah?!"
Suara menggelegar Jason membuat Valerie yang berada di dalam kamarnya lantas keluar dan berjalan dengan terbirit-birit. Wanita cantik itu menatap kedua putra serta suaminya bergantian, Valerie tidak mengerti apa yang terjadi pada ketiganya. Namun, melihat sorot mata yang tajam dari Jason membuatnya paham.
"Maafkan kami, Ayah..." cicit Jeffa. Kalau sedang dalam kondisi seperti ini, tentu saja Jeffa yang akan mewakili adiknya. Jeffry hanya akan selalu diam saja ketika sedang berhadapan dengan Jason yang sedang marah seperti ini.
"Apa yang terjadi sebenarnya?" Valerie angkat suara.
Jason melirik Valerie sekilas lalu kembali menatap kedua putranya. "Tanyakan saja pada anakmu," setelah mengatakan hal itu, Jason langsung keluar dari ruangan besar itu meninggalkan ketiganya.
Kali ini Valerie yang menatap Jeffa dan Jeffry, pandangannya benar-benar bingung dengan yang terjadi sebenarnya.
"Kenapa? Kalian membuat kesalahan sampai membuat Ayah marah seperti itu?" tanya Valerie dengan suaranya yang lemah lembut, sefatal apapun kesalahan yang diperbuat oleh putra maupun putrinya Valerie tidak pernah sampai mengeluarkan kata-kata kasarnya apalagi sampai membentaknya.
Valerie akan bertutur kata dengan lemah lembut, ia tak ingin menyakiti anak-anaknya. Karena menurutnya, jika memarahi dan membentak nantinya tidak akan membuat mereka menuruti ucapannya melainkan menjadi takut. Oleh karena itu lah, Valerie berusaha untuk menasehati anak-anaknya dengan baik-baik. Dengan begitu, mereka akan menuruti ucapannya.
Keduanya saling pandang, mereka bingung antara mengatakan yang sejujurnya atau menyembunyikan hal ini. Mereka tak ingin Valerie menjadi khawatir akan hilangnya Emily sehingga nantinya bisa saja membuat wanita itu kepikiran dan menjadi sakit.
Namun, di sisi lain mereka juga tak ingin berbohong. Toh, pastinya nanti akan terbongkar juga tentang menghilangnya Emily.
"Kakak saja yang bilang pada Ibu," bisik Jeffry.
Jeffa mendengus kesal, ia menatap ibunya sekilas dan kembali menatap ke arah lain ketika wanita itu menatapnya balik.
"Katakan saja yang jujur, Ibu tak akan marah," kata Valerie dengan senyuman tipisnya. Ia sudah hapal dengan segala gerak-gerik yang dilakukan oleh kedua putranya ini. Bahkan tadi pun ia sempat mendengar bisikan dari Jeffry, tapi ia hanya berpura-pura tidak mendengarnya saja.
"Bu,"
"Hm, kenapa? Coba cerita yang sejujur-jujurnya pada Ibu,"
"Serius setelah mendengar ini Ibu tidak akan marah?" tanya Jeffa memastikan.
"Asalkan kalian berbicara jujur, sudah pasti Ibu tidak akan marah. Tapi, sebaliknya kalau kalian berusaha menyembunyikan sesuatu dan nanti Ibu tahu itu, tentu saja Ibu akan marah. Karena Ibu tidak pernah mengajarkan kalian untuk menjadi orang yang suka berbohong, terlebih lagi pada orangtua sendiri." Tutur Valerie panjang lebar, tak lupa juga dengan nada lemah lembutnya namun tersirat nada tegas di sana.
"Valerie hilang, Bu." Ucap Jeffa pada akhirnya.
Sontak saja itu membuat Valerie menutup mulutnya seraya menatap kedua putranya dengan tatapan tak percaya. "Kamu tidak becanda?"
"Untuk apa kita becanda, Bu?" sahut Jeffry yang sedari tadi hanya diam.
"Kenapa Emily bisa hilang? Apa dia bertengkar dengan kalian?" tanya Valerie dengan cemasnya. Pantas saja suaminya itu sampai semarah itu pada Jeffa dan Jeffry, pasalnya ketika Emily sedang bersama kedua kakaknya itu artinya Jason benar-benar menitipkan Emily pada mereka dan mereka harus senantiasa menjaga adiknya.
Kalau begini Valerie sangat paham mengapa suamianya semarah itu. Selain itu juga, Emily adalah anak perempuan satu-satunya dan yang paling dekat dengan Jason. Jason tak akan pernah membiarkan seorang pun menyakiti anak gadisnya.
Jeffa dan Jeffry menggeleng bersamaan. "Kita tidak bertengkar, Bu."
"Lalu? Gara-gara apa sampai membuat Emily hilang seperti ini? Tidak biasanya juga Emily tiba-tiba menghilang seperti ini. Sebelum Emily hilang apa dia bersama kalian?"
Keduanya terdiam. Tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya kalau Emily hilang setelah melihat Sean sedang bersama perempuan lain di pesisir pantai. Kedua orangtuanya benar-benar melarang keras mereka untuk berteman atau memiliki hubungan dekat dengan manusia yang berada di darat. Mereka pun tak tahu alasannya apa.
***