Nihil, rasa kantuk itu tidak kunjung datang pada dirinya.
Akhirnya Claretta membuka selimut yang menutupi tubuhnya.
"Pengap juga rasanya di dalam selimut terus-menerus. Bukannya ngantuk malah enggak bisa napas," gerutu Claretta setelah membuka selimutnya.
Waktu masih menunjukan pukul satu siang. Malam pun masih lama untuk datang. Claretta mencoba berpikir untuk mencari kegiatan yang bisa mengalihkan perhatiannya dari menunggu waktu yang terasa sangat lama itu.
Ia kemudian turun ke lantai bawah. Mencari sesuatu yang bisa dilakukannya untuk menghabiskan waktu. Tapi, ternyata di bawah juga sepi. Tak ada siapapun di sana.
Claretta mengelilingi semua ruangan dalam rumahnya. Ia menemukan Bi Ijah yang sedang membereskan rak buku di ruang kerja ayahnya.
"Lagi apa, Bi?" tanya Claretta saat memasuki ruangan itu.
Ada dua rak buku besar di dalamnya. Satu meja kerja lengkap dengan kursi kerja yang ada rodanya.