Sudah tadi sore tapi ayo makan dulu. Aku tau kakak belum makan kan?" aku menyentuh tangan kanannya.
"Makan sendiri dan aku mau tidur, aku lelah banget!"
"Mandi dulu sana, jorok banget!"
"Malas!"
"Aku siapkan air hangatnya."
"Hm," singkat Yunki yang masih memejamkan ke dua matanya.
Aku hanya menghela nafas dan melangkah pergi ke kamar mandi untuk menyiapkan air hangat di bathtub untuknya.
"Sepertinya kak Yunki lelah banget," batin aku. "Aku panaskan masakan ibu juga deh!"
Selesai menyiapkan air hangat untuk Yunki, aku melangkah menuju dapur untuk panaskan beberapa masakan ibu mertua tadi. Lalu aku menyajikan makanan itu di atas meja.
"Selesai, dan sekarang waktunya menyuruh Yunki untuk mandi," ucap aku lalu melangkah menuju kamar Yunki.
Sampai di kamar Yunki.
Aku geleng-geleng kepala melihat Yunki yang masih tidur di atas kasur dan aku menarik-narik tangannya.
"Ayo bangun, airnya sudah ku siapkan!"
"Iya bentar dulu." Yunki masih memejamkan matanya.
"Buka mata dan mandi dulu lalu kita makan dan kakak bisa bobo lagi!"
Yunki mengangguk lalu perlahan-lahan membuka ke dua matanya dan melangkah pergi ke kamar mandi.
"Dasar lelaki," gumam aku.
Aku langsung melangkah menuju dapur dan duduk di kursi sambil menunggu Yunki.
1 jam kemudian.
Yunki selesai mandi dan sudah menggunakan pakaian tidur, ia melangkah menuju dapur dan melihat diriku tertidur di meja makan.
"Apa aku mandi terlalu lama?" batin Yunki sambil menghampiri diriku dan perlahan-lahan mengusap kepalaku.
"Kamu udah selesai sayang?" tanyaku yang masih setengah sadar.
"Yura," panggil Yunki dan langsung menyentuh ke dua pipiku.
"Apa?" tanya aku yang masih setengah sadar.
"YURAAAAAAA," teriak Yunki lalu memeluk diriku. "Yura, aku merindukanmu," ucap Yunki.
Yunki semakin erat memeluk diriku dan ia pikir itu Yura. Yunki menatap wajahku dengan sangat dekat.
"Apa yang kau lakukan?" tanyaku.
"ASTAGA!" Yunki kaget dan langsung melepaskan tangannya. "Tidak, ayo makan," ucap Yunki sambil garuk kepalanya dan duduk di kursi.
"Ayo, selamat makan," ucap aku dan tersenyum.
Yunki mengangguk, dan kami melanjutkan makan malam bersama.
30 menit kemudian..
"Kak mandi lama banget kayanya ya?" tanya aku sambil menatap Yunki.
"Hah? tidak, mungkin kau ngantuk," jawab Yunki.
"Masa sih?" aku tidak percaya.
"Makanya kalau aku bilang jangan makan malam ya jangan, jadi begini kan," ucap Yunki.
"Mungkin, tadi kakak panggil aku apa?" tanyaku.
"Panggil apaan?" Yunki tidak mengerti apa yang di bicarakan aku.
"Udah lupakan saja kalau lupa!"
Aku bangun dari duduk dan membereskan bekas makan tadi, dan Yunki juga ikut membantu membereskan.
Beberapa menit kemudian, aku dan Yunki selesai. Lalu kami kembali ke kamar masing-masing.
"Sepertinya tadi kak Yunki memanggil nama kak Yura deh," batin aku sambil membaringkan tubuh di atas kasur.
"Sepertinya ia merindukan kak Yura," gumam aku. "Atau masih belum bisa melupakan kak Yura?"
"Entahlah, aku malas memikirkan ini," aku sambil menggelengkan kepalaku.
"Wajar kalau kak Yunki belum bisa lupakan kak Yura karena mereka saling mencintai dan setiap hari kemana-mana selalu bersama," ucap aku.
"Tapi enak sekali jadi kak Yura selalu di dampingi suaminya," aku tiba-tiba merasa agak iri dengan semuanya.
Perlahan-lahan aku memejamkan ke dua mata dan tertidur.
Di kamar Yunki.
"Kenapa dengan aku," ucap Yunki sambil mengusak rambutnya dengan sangat kasar.
"Kenapa sebut Yura di depan Yuna!" Yunki agak memukul pelan pipinya. "Apa aku belum bisa melupakan Yura?"
"Benar, aku belum bisa melupakannya dan mungkin tidak akan bisa melupakannya!"
"Yura, apa kau bahagia?" tanya Yunki sambil menatap foto Yura yang ada di dinding kamarnya.
"Kenapa aku enggak bisa melupakanmu?"
"KENAPA!"
Dan perlahan-lahan air mata jatuh membasahi pipinya.
"Aku udah bilang, aku tidak bisa menikahi Yuna dan aku tidak tega kalau Yuna tau aku yang tidakk bisa melupakanmu!"
Yunki terus-menerus berbicara dengan foto Yura.
"Ini membuatku tertekan," batin Yunki.
Cukup lama Yunki berbicara sendiri dengan foto lalu ia menarik selimut dan tidur.
Jam 06.00 ...
Aku bangun duluan, udah selesai mandi dan udah panaskan beberapa masakan ibu Pratama. Setelah itu aku langsung melangkah ke kamar Yunki.
"Astaga belum bangun," gumam aku setelah masuk ke dalam kamarnya.
"Kak bangun, udah jam 10 pagi!"
"HAH," kaget Yunki lalu langsung bangun dan melirik jam dinding.
Aku menahan tawa melihat tingkahnya yang benar-benar terkejut.
"Bohong kau," ucap Yunki sambil menatapku sinis.
"Hehe habis tidurnya nyenyak banget, capek ya? mandi sana, mau ku siapkan air hangat lagi?"
"Tidak, pergi dari kamar aku!" sentak Yunki lalu bangun dari kasur.
"Hm, kalau udah selesai semua langsung ke dapur ya, karena aku udah siapkan sarapan," ucap aku lalu melangkah keluar.
Yunki hanya mengangguk dan melangkah ke kamar mandi.
Sampai di kamar mandi.
"Dasar wanita itu mengagetkan aku," gumam Yunki sambil melepaskan satu persatu pakaiannya.
"Kenapa tubuh ini lelah sekali," ucap Yunki sambil berendam di bathtub.
"Butuh pijitan Yura," gumam Yunki sambil memejamkan matanya.
"Astaga, apa yang aku ucapkan!" Yunki menepuk-nepuk pipinya agar sadar.
Setelah itu, Yunki melanjutkan mandi.
Beberapa menit kemudian selesai mandi dan langsung pakai pakaian kerja lalu melangkah ke dapur.
Sampai di dapur.
"Ini masih masakan ibuku?" tanya Yunki sambil menatapku lalu duduk di kursi.
"Iya," jawab aku.
"Belajar masak sana!"
"Kalau nanti anak-anak aku mau makan masa makan masakan aku atau neneknya aja," sindir Yunki.
"Ya nanti aku belajar masak," ucap aku yang agak kesal.
"Ya udah, makan!"
Lalu kami lanjut makan dan suasana sangat hening, tidak ada percakapan sama sekali.
"Kak Yunki suka makan apa ya," batin aku sekilas meliriknya.
"Oh ya, kan kak Yura membuatkan catatan untukku, nanti akuu baca aja lalu aku cari resep di YouTube hehe," batin aku.
20 menit kemudian.
Selesai sarapan. Aku membereskan semua alat makan tadi dan Yunki pergi ke kamar kembar.
"Pagi anak-anak ayah," sapa Yunki pada kembar lalu mencium kening kembar satu persatu. "Maaf semalam ayah ke kamar ya? ayah lelah."
"Hari ini ayah kerja lagi dan jangan rewel, oke?" Yunki menatap kembar dengan serius, lalu. "Jangan merepotkan ibu baru kalian!"
"Kalo ayah tidak sibuk, ayah akan pulang cepat," ucap Yunki sambil tersenyum pada kembar.
"Ayah kerja dulu." Yunki mengusap kepala kembar secara bersamaan.
Yunki melangkah keluar dan menghampiri diriku yang masih sibuk di dapur.
"Lelah tidak urus rumah dan anak-anak dengan sendiri?" tanya Yunki.
"Tida kok, aku bisa sendiri," jawab aku tanpa meliriknya.
"Ya udah aku pergi kerja, kalau ada apa-apa hubungi aku!"