Chereads / GLEIPNIR: Nihil / Chapter 14 - 13 - Terasing di Distrik Caelfall

Chapter 14 - 13 - Terasing di Distrik Caelfall

Ren berdiri terpaku di tengah kerumunan yang mulai bubar setelah duel itu berakhir. Sorak-sorai dari para bangsawan terdengar seperti ejekan di telinganya, membuat dadanya semakin sesak. Matanya tertuju pada Louise yang ditahan, terbelenggu setelah kekalahan yang terasa begitu tidak adil. Di sisi lain, Violet tampak sangat terpukul, air mata mengalir di pipinya. Ren mengepalkan tangan, giginya berderak.

"Apa ini semua takdir?" pikirnya. Kepalanya dipenuhi pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawaban. Sore itu, ia meninggalkan arena, langkah kakinya berat dan kacau. Kakinya melangkah tanpa arah, tetapi entah bagaimana, ia justru mendapati dirinya melewati Distrik Administratif. Matanya menyapu jalanan yang ramai, namun perasaannya kosong. "Tuhan... apakah Kau tidak di sini bersamaku?" gumamnya pelan.

Langkah Ren semakin cepat seolah ingin lari dari kenyataan yang menghimpitnya. Tiba-tiba, ia mendengar teriakan. Patroli bangsawan sedang berkeliling, dan tanpa alasan jelas, mereka mulai mengejarnya.

"Hei Caelfall! Berhenti di sana!"

Ren berlari, tubuhnya melejit di antara gang-gang sempit, napasnya tersengal. Saat akhirnya ia bersembunyi di salah satu gang gelap, ia menyadari bahwa kini berada di Distrik Caelfall. Suasana di sana begitu sunyi, hampir menyeramkan. Tidak ada cahaya, hanya kegelapan dan bangunan kosong yang berjajar tanpa kehidupan.

Ren berhenti, tubuhnya lemas. "Ke mana aku harus pergi?" pikirnya. Pandangannya kabur, perasaan hampa semakin menghantui. Di kejauhan, ada cahaya remang yang menarik perhatiannya. Seorang pria muncul dari bayang-bayang, melangkah mendekat.

"Hei, kelihatan tersesat," suara pria itu terdengar datar, tetapi ada nada licik di dalamnya. "Mungkin kau butuh sesuatu untuk meringankan bebanmu?" Dia menyodorkan sebuah botol kecil dengan cairan berkilauan di dalamnya. "Ini Echoes... cuma seteguk, dan semua rasa sakitmu akan hilang. Semua keraguanmu... lenyap."

Ren menatap botol itu, jantungnya berdegup kencang. Echoes—obat terlarang yang sering dia dengar, mampu membuat orang tenggelam dalam halusinasi, memberikan pelarian dari kenyataan yang kejam. "Tidak...," Ren bergumam, meski ada sesuatu dalam dirinya yang ingin menerima tawaran itu. Rasa putus asa merayap di dalam dirinya, menggoda untuk menyerah.

Pria itu tersenyum samar. "Tak perlu buru-buru. Echoes selalu ada untuk mereka yang membutuhkan. Kau tahu di mana mencariku kalau berubah pikiran."

"Tidak..." Ren masih menolak.

"Oh begini saja, pemakaian pertama untukmu gratis. Terimalah ini." Pria tersebut menyodorkan benda aneh yang disebut Echoes itu, tampak terdapat liquid cair dalam tabung tersebut.

"Aku sudah tidak peduli lagi, untuk permintaan terakhir. Jangan racuni aku, kalau kau benar-benar ingin Caelfall sepertiku binasa... remukkan saja tengkorakku ini. Aku keberatan jika akan diracun." Ren yang sudah tampak kewalahan dan kelelahan perlahan menyenderkan diri pada tembok sebuah bangunan.

Pria itu tertawa pelan, lalu melangkah lebih dekat, menghilangkan bayang-bayang yang menyelimutinya. Kini, Ren bisa melihat sosoknya lebih jelas. Pria itu mengenakan jubah panjang gelap, dihiasi pola kuno yang tidak pernah Ren lihat sebelumnya. Di tangannya ada tongkat panjang yang terbuat dari kayu, dengan ukiran rumit yang tampak misterius.

"Kau tampak seperti penyihir...," Ren berbisik, mengenali nama itu dari cerita lama yang pernah ia dengar. Sosok legenda, penyihir hebat yang menguasai ilmu kuno. "Tunggu, di era ini... masih ada penyihir? Jangan-jangan..."

"...Merlin?"

Merlin tersenyum samar, matanya menatap Ren dengan sorot yang dalam, seolah mampu melihat ke dalam jiwanya. "Kau menolak Echoes. Bagus. Meski hidupmu tampak runtuh, ada bagian dari dirimu yang masih bertahan," katanya dengan suara rendah.

Ren tidak menjawab. Kepalanya menunduk, lelah dan putus asa menguasainya. Merlin kemudian melangkah lebih dekat, berdiri di hadapan Ren. "Tapi kali ini, diriku punya tawaran yang berbeda. Bukan pelarian sesaat seperti Echoes, tapi sesuatu yang lebih berarti," lanjut Merlin.

Ren mengangkat wajahnya sedikit, menatap Merlin dengan kebingungan. "Apa yang kau maksud?"

Merlin mengayunkan tongkatnya perlahan, dan seketika udara di sekitar mereka berubah. Ren bisa merasakan getaran aneh, seolah waktu dan ruang mulai bergeser. "Bagaimana jika diriku memberimu kesempatan untuk kembali ke masa lalu? Untuk memperbaiki kesalahanmu, untuk menyadari semuanya lebih awal."

Ren tercengang, matanya melebar mendengar tawaran Merlin. "Kembali ke masa lalu?" bisiknya. "Untuk memperbaiki... semuanya?"

Merlin mengangguk, pandangannya tajam. "Ya, kau bisa kembali, memberikan kesadaran pada dirimu di masa lalu. Kesempatan untuk melakukan segalanya dengan benar sejak awal."

Ren terdiam, pikirannya berputar. Bayangan Roze, adiknya, melintas di benaknya. Wajah Louise, Amour, dan semua orang yang kini terlibat dalam kekacauan ini. Jika saja dia bisa melindungi mereka lebih baik… Jika saja dia bisa menyadari lebih cepat… semua ini mungkin tidak akan terjadi.

"Apa yang akan kau lakukan, Ren, jika kau bisa kembali? Jika kau bisa memberi dirimu kesempatan kedua?" Merlin bertanya.

Ren menarik napas dalam-dalam, menatap Merlin dengan penuh tekad meski tubuhnya lelah. "Aku akan melindungi mereka semua," jawab Ren tegas. "Semua orang yang berharga bagiku. Aku tidak akan membiarkan mereka jatuh lagi. Aku akan menjadi lebih kuat."

Merlin tersenyum tipis, tatapan matanya seakan menyimpan rahasia yang tak terucapkan. Dia mengangkat tongkatnya perlahan, ujungnya bersinar lembut dalam cahaya yang hampir mistis. Udara di sekitar mereka semakin berat, penuh dengan energi yang tidak kasatmata.

"Ini bukan jalan yang mudah. Kau mungkin akan menghadapi kesulitan yang lebih besar, untuk kali ini, Dirimu akan memiliki kesempatan untuk memperbaiki semuanya."

Ren mengangguk perlahan.

Merlin menutup matanya sejenak, bibirnya mulai melafalkan kata-kata dalam bahasa yang terdengar kuno dan asing, seperti bisikan dari masa lalu yang terlupakan. "Through time's veil, I break the chain, thy soul to past shall return again. With sight anew, and strength unspent, let wisdom guide where folly went."

Suara Merlin semakin dalam, resonansi mantra itu menggetarkan ruang di sekeliling mereka. Tongkat Merlin berpendar semakin terang, menciptakan lingkaran cahaya di sekitar Ren. Tubuh Ren mulai terasa ringan, seolah-olah dia terangkat dari dunia nyata, terlepas dari beban dan penderitaan yang selama ini menghantuinya.

Seketika, pandangan Ren menjadi kabur, dunia di sekitarnya mulai berputar cepat. Waktu dan ruang tampak terlipat di sekelilingnya, menggulung dirinya dalam pusaran yang tak berujung. Kilasan masa lalu mulai muncul di benaknya—wajah-wajah yang dia kenal, tempat-tempat yang pernah dia datangi, semuanya terjalin menjadi satu, sebelum akhirnya kesadarannya perlahan-lahan lenyap.

Mantra Merlin bergema, menjadi semakin jauh, kata-katanya masih terngiang di telinga Ren.

"Return, to where all began..."

Dan dalam sekejap, semuanya menjadi gelap. Ren merasa dirinya ditarik ke dalam ruang hampa, lalu dengan satu tarikan napas terakhir, dia membuka matanya... tapi kali ini, dia tidak lagi berada di masa kini.

Dia telah kembali.