Wisnu sedang makan di kantin bersama teman-temannya waktu itu. Ia masih teringat pada Citra yang tiba-tiba terlihat kesakitan namun gadis itu seperti menolak untuk melihatnya dengan berbagai alasan.
Wisnu menghela napas mengaduk-aduk nasi goreng di piringnya tanpa selera untuk memakannya "Hei teman, kenapa kau terlihat sangat lesu.."
Wisnu mengangkat kepalanya dan tersenyum tipis "Tidak apa-apa.."
Teman yang lain pun tertawa "Tidak apa-apa.. ha ha ha, kau seperti perempuan saja." Wisnu mengerut kening tidak mengerti "Bagi perempuan jika mereka mengatakan tidak apa-apa itu artinya mereka pasti ada apa-apanya. Dan meminta laki-laki yang harus menebak apa yang sedang ia pikirkan.."
Wisnu mendengar itu langsung melempar temannya dengan remahan kerupuk di piringnya "Sialan kau!"
Teman-temannya tertawa bersama. Wisnu menoleh ke arah jalan yang sering di lalui banyak mahasiswa dan melihat Citra berjalan sendirian dengan lunglai tidak bersemangat, Wisnu hendak berdiri menghampiri Citra tapi terlambat. Reza datang dari belakang dan merangkul Citra dengan sangat akrab.
Citra juga terlihat tidak keberatan dengan sentuhan itu. Wisnu mendengus membuat sendok melengking ketika kena pinggiran piring.
"Ada apa? Kenapa kau terlihat marah?"
"Benar kan apa yang aku katakan.. dia seperti perempuan, jika tadi penuh teka teki tapi sekarang seperti perempuan yang lagi datang bulan." Sekali lagi meja mereka penuh heboh karena suara tawa. Wisnu mengabaikan lelucon temannya yang sedang menertawakannya.
"Kau pergi beli kiranti, mungkin setelah minum itu ia akan merasa lebih baik." Saran temannya yang lain.
Meja yang mereka duduki sekali lagi penuh dengan tawa. Wisnu melamun lagi sambil bertopang dagu menatap ke arah jalan. Teman-temannya beberapa kali memanggil namanya tapi Wisnu masih tidak sadar.
"Wisnu... Wisnu... hei, Wisnu..."
"Oh! A.. apa.. " tanya Wisnu yang terkejut karena tangannya yang menjadi penopang kepalanya di tarik temannya.
"Kau kenapa? Dari tadi diam terus.." tanya Temannya.
"Aku..."
"Sebaiknya kau minum saja. Itu bisa membuatmu lebih fokus." Sebuah botol minuman air mineral berpindah ke hadapan Wisnu.
Wisnu mengambilnya tapi tidak meminumnya. Tatapannya tertuju pada jalan Fakultas. "Apa kau masih memikirkan gadis itu?" Wisnu menatap Dira salah satu tetangganya yang kebetulan juga mereka bertemu lagi meskipun berbeda Fakultas.
Wisnu menatap Dira kosong, sesekali ia melirik pada dua orang temannya yang juga sedang menatapnya menunggu jawabannya. "Hm.. benar kau akhir-akhirnya sering bersama gadis itu, tapi kenapa hari ini kau terlihat lesu tanpa semangat?" Ujar temannya yang lain khawatir.
"Aku pikir gadis itu pacaran dengan Reza.." sahut salah satu lainnya.
Kening Wisnu semakin dalam berkerut menatap temannya itu tidak suka "Pacaran apaan! Tidak mungkin!" sanggah Wisnu cepat.
Temannya berkata lagi "Bukan tidak mungkin, Bro.. kau tidak lihat mereka selalu bersama.. bahkan jika di lihat lagi. Gadis itu lebih sering tersenyum dengannya dari pada dengan mu.. mereka juga sering bersama dari pada dengan mu." Temannya kembali menyadarkan Wisnu.
"Aku pikir kau bersama Manda.." Sambung Dira.
"Manda? Kenapa kau berpikir seperti itu?" tanya Wisnu bingung.
Dira mengangkat bahu acuh tak acuh sambil menyeruput Capuchino dinginnya "Secara, kau begitu peduli padanya, bukan salahku jika aku jika berpikir sampai sejauh itu.."
Wisnu terdiam sesaat menatap air meneral di tangannya kosong "Apa yang kau lihat tidak semuanya benar."
"Oh.. bukankah itu Citra.. Nah, apa aku bilang.. benarkan dia lebih dekat dengan Reza, mereka bahkan lebih banyak menghabiskan waktu bersama." Kata temannya yang lain sambil menunjuk ke arah jalan Fakultas menuju kantin di sisi yang berlawanan.
Wisnu langsung menoleh, melihat Citra tertawa bersama Reza benar-benar membuat penyesalan di hati Wisnu semakin pekat.
"Eh, dia melihat ke sini.. Eee?? Kenapa dia tidak tersenyum padamu? Apa kalian bertengkar?" Rasanya Wisnu sangat ingin melempar botol air mineral di tangannya ke arah kepala temannya yang terlalu berisik. Ia bisa melihatnya tanpa perlu ia bicara rasanya sangat menjengkelkan.
Wisnu menelan ludah gugup langsung keluar dari kantin mengejar Citra. "Woi! Wisnu mau ke mana? Habiskan dulu makanan mu!" teriak Dira namun di abaikan.
Temannya yang lain berkata "Ini aneh, dia baru saja pindah ke kampus kita tapi sudah menjadi idola kampus. Dan yang lebih membuatku terpukul lagi adalah dia menolak gadis cantik Manda..!"
Dira mengetuk kepala temannya yang berlagak sangat lebay. "Berhenti bertingkah konyol!" kata Dira sambil tertawa.
Temannya itu mencebik "Kalian enak memiliki wajah tampan di atas rata-rata. Nah lihat wajahku sendiri sangat jauh dari garis rata-rata apa lagi di atas garis rata-ratanya." Suara itu terdengar sangat mengeluh dan tertindas.
Dira meliriknya sejenak menilai dengan sangat teliti "Kau tinggi! Tidak kurus juga tidak gemuk! Kulit juga bersih! Tidak hitam! Wajaaaah.... hm.." Dira mengusap dagunya berpikir keras. "Aku pikir kau lumayan tampan hanya saja.. mungkin kesalahan bukan dari fisikmu tapi.."
"Tapi apa!" Desak temannya itu menghambur ke arah Dira membuat gelas minuman di atas meja hampir tumpah.
"Ray! Stop berhenti bertingkah pecicilan seperti ini! Aku tahu kenapa kau sulit mendapatkan pacar! Itu karena sifat mu, mulut mu yang terlalu cerewet dan kekanakan!" dengus Dira kesal sambil mengelap cipratan minuman di lengan bajunya menggunakan tisu.
Teman yang di panggil Ray itu mencebik, lalu kembali duduk dengan tenang menatap Wisnu yang kini sedang berhadap-hadapan dengan Citra.
"Menurut kalian mereka sedang membicarakan apa?!" tanya Ray yang mulai tidak bisa menahan mulutnya untuk diam semenit saja. Dira memutar mata bosan. Karena tidak mendapatkan jawaban Ray menatap Oji yang stay cool namun aslinya kocak lalu beralih pada Dira yang sangat tenang seperti biksu tua "Kenapa kalian diam? Aku bertanya ini?"
"Mana aku tahuuu. Rayyyyy! Kau bisa diam tidak!" dengus Dira menahan geram.
Ray melihat wajah Dira yang suram langsung membuat gerakan mengunci di bibirnya. Tapi semua itu tidak bertahan lama. Ray kembali berceloteh "Eh! Apa yang terjadi kenapa Citra terlihat marah?"
Dira menghembus napas panjang. Dan Rey langsung membuat gerakan kunci lagi dan membuang kuncinya jauh-jauh dan bersikap lebih tenang. Akhirnya meja itu kembali tenang namun mereka semua menatap pada Wisnu, apa yang akan di lakukan temannya itu.
***
"Citra!" lengan Citra di tahan Wisnu.
"Lepas!" kara Citra dingin. Mereka hanya berdua sedangkan Reza sudah pergi duluan ke kantin sengaja meninggalkan mereka berdua.
"Aku akan lepaskan.. tapi aku mau bicara tentang sesuatu dengan mu."
Citra menoleh ke arah lain tidak ingin menatap Wisnu "Tidak ada yang mau aku bicarakan dengan mu.."
"Tapi Citra!"
"Kalau kau tidak mau lepaskan-..." pegangan itu terlepas. Citra pun pergi meninggalkan Wisnu sendirian di jalan Fakultas.
***