"Kalian bertengkar? Tidak seperti seorang Citra yang suka bermusuhan? Apa yang terjadi?" Reza memindahkan gelas yang berisi jua apel ke hadapan Citra.
"Bukan apa-apa.. aku hanya ingin fokus dengan kegiatanku sendiri tanpa gangguan apa pun. Bukankah Kak Reza juga bilang ikut organisasi itu berat, harus pandai-pandai mengatur waktu kalau tidak akan keteteran dengan tugas dari kampus maupun kegiatan dari organisasi. Apa lagi, aku juga sudah tidak punya waktu lagi untuk menghadapinya." Tukas Citra lesu menyeruput jus apelnya.
"Pelan-pelan, itu masih dingin--."
"Owh!! Kepala ku rasanya beku!" kata Citra yang sudah menelan setengah dari isi gelas "Berapa banyak es yang di masukkan ke dalam sini.." tunjukknya pada gelas jusnya.
Reza menahan senyum "Bukan kah kau sendiri yang minta jusnya banyakkin es nya? Kenapa sekarang protes. Apa itu salah ku?"
Citra nyengir lebar menggeleng "He he he..." Meja itu kembali sunyi, cinta mengaduk-ngaduk jus apelnya dengan tatapan kosong. Ia tahu kalau Reza sedang memperhatikannya. "Kalau kak Reza ingin mengatakan sesuatu katakan saja."
"Di hari Reuni itu.. bagaimana kau mengenal Manda dan Wisnu?"
Citra merasa Reza terlalu terus terang tapi ia tidak peduli, karena ia sendiri juga suka pada orang yang berterus terang dari pada banyak basa basi dan berbelit-belit.
"Dia seniorku Waktu SMA. Sedangkan Kak Reza sendiri sepertinya juga mengenal mereka?"
Reza menyipitkan matanya memandang Citra "Kenapa kau ingin tahu juga.?"
Citra mencebik "Bukan karena aku ingin tahu, sih. Tapi kan aku melihatnya waktu itu.."
"Ya, kami satu sekolah saat SMP."
Citra menunggu "Hanya itu?"
"Hanya itu!"
"Aku pikir tidak seperti itu. Aku merasa hubungan kalian bertiga sedikit rumit. Kak Reza tahu.. itu antara Kak Reza, Wisnu dan Manda.. apakah cinta segi tiga?"
"Bocah.." Reza menoyor kening Citra membuat gadis itu mengembungkan pipinya. "Makan ini.. aku sudah memesannya.. habiskan jangan biarkan tersisa."
Citra terkejut "Jangan biarkan tersisa?" ulangnya mengulang kata-kata Reza "Apakah itu artinya aku juga harus menelan piring, sendok, garpu dan gelasnya?"
Ctak!
"Aduh!" Citra menutup keningnya dengan kedua tangannya melotot pada Reza "Kak Rezaaa! Apa lagi kali ini!"
Reza tertawa "Apa kau itu robot? Atau manusia super? Tapi jika kau sanggup tidak apa-apa juga sih, aku akan membayar lebih untuk piring, sendok, garpu dan gelasnya." Goda Reza.
Citra semakin merengut jengkel "Ih! Kak Reza!"
Reza tertawa terbahak-bahak "Ha ha ha.. sudah makan lah, setelah ini Aku akan membawamu ke perpustakaan," Citra menegakkan kepalanya, mulutnya mengunyah makanan membuat bibirnya berminyak, ia juga terlihat bingung. "Bukan kah kau ingin mencari buku di sana, kenapa kau lupa! Kau ingin di sentil lagi?"
"Ah! Tidak! Jangan! Sakit tahu! Coba kening Kek Reza yang di sentil!" dengus Citra. "Benar! Aku harus mencari beberapa buku. Kak Reza harus membantuku. Hari ini Mia entah ke mana perginya, seperti jelangkung saja.!" Kata Citra penuh kejengkelan.
"Aku pikir dengan emosi ini kau akan membuang Mia jauh ke dasar laut!" kekeh Reza.
Citra mengangguk "Itu benar!" katanya tanpa mengelak sedikit pun bahkan ia juga tidak repot-repot untuk menyembunyikan niat jahatnya di hadapan Reza "Aku benar-benar ingin membuangnya ke hutan Amazon sana. Uhuk.. uhuk.."
"Pelan-pelan saja makannya siapa yang akan berebut makan denganmu?" Reza mengulurkan gelas berisi air putih.
"Aku pelan kok, entah siapa yang berani menyebut namaku di saat aku sedang makan, membuatku tersedak seperti ini!" dengus Citra jengkel. Reza mengulum senyum. Meskipun mereka awalnya kaku tapi setelah beberapa hari mereka menjadi akrab. "Wisnu, sepertinya menyukaimu."
"Aku tahu."
"Kau tahu! Tapi kenapa kau tidak menanggapinya, dia idola kampus loh!"
"Aku tahu dia idola kampus."
"Banyak cewek-cewek dari fakultas lain yang mengejarnya.. kau tidak takut dia di ambil orang lain."
"Tidak!"
Reza ternganga "Tidak! Apakah ini jujur?"
Citra menghentikan gerakan sendoknya di atas mi gorengnya, "Kenapa? Apa aku perlu membuktikan?" tanya Citra balik.
"Tidak! Tidak! Lanjutkan makan mu.. lanjutkan.. jika kau sakit aku takut dua orang itu akan mengeroyokku karena tidak menjagamu dengan baik."
Mendengar itu senyum lembut terukir di bibir Citra. "Ngomong-ngomong soal mereka berdua, kenapa tidak kuliah di sini?"
Reza mengangkat bahu acuh "Mungkin karena ingin mencari suasana yang berbeda."
"Hm, suasana yang berbeda bagaimana? Rasanya sama."
Reza menggeleng "Davi bercita-cita ingin menjadi seorang arsitek jadi dia harus kuliah, di Korea. Menurut keluarganya di sana kampusnya lebih bagus. Sedangkan Romeo... aku tidak tahu dia ingin menjadi apa, hari-harinya terlalu dramatis." Reza menghela napas panjang.
"Hah! Dramatis bagaimana kak?"
"Bukankah dia sudah menceritakan semuanya padamu tentang keluarganya? Dia orang kaya dengan kartu kredit tanpa limit. Bayangkan berapa banyak gadis yang mengejarnya saat tahu tentang itu.."
Citra terdiam tiga detik berlalu. Menyeruput jus apel menelannya lalu tertawa terbahak-bahak. "Ah, aku hampir melupakan itu." Citra tertawa membuat matanya berair bahkan ia masih sempat-sempatnya membayangkan seperti apa keadaan Romeo. "Lalu bagaimana dengan Kak Reza.."
Reza hampir tersedak Capuchino dinginnya "Aku?! Kenapa? Aku baik-baik saja.."
"Hm.. aku pikir tidak! Kak Reza tampan, kenapa kak Reza tidak memiliki pacar! Mustahil tidak ada yang menyukai kakak---." Citra mengangguk sejenak "Aha! Aku tahu, apakah kakak masih menunggunya.." Citra menggoda reza dengan mengangkat kedua alisnya naik turun.
"Masih tidak makan! Mau di sentil lagi!" Reza mengancam meminta Citra untuk menyudahi obrolan mereka yang telah menjalar ke mana-mana. Citra menggembungkan pipi kesal dan menyendok dengan suapan besar ke dalam mulutnya. "Kau sendiri kenapa masih menolak Wisnu? Nanti dia di sambar orang loh?!"
"Kenapa Kak Reza selalu mengatakan itu! Aku tidak peduli, aku masih ingin melihat dunia lebih lama.. bersama Wisnu hanya akan memperpendek usiaku saja." Kata Citra setengah mengeluh, setengah mengiba.
"Kenapa kata-kata mu sangat aneh. Sudahlah.. habiskan makanan mu."
***
"Kalian bertengkar?" tanya Dira.
Wisnu mengerut kening "Sebelumnya dia baik-baik saja, kenapa sekarang berubah begitu cepat?"
"Mungkin karena dia bersama Reza, siapa yang tahu, apa yang di katakan Reza tentang mu padanya.." Sambung Ray "Bukankah kalian satu sekolah ketika SMP. Kau merebut orang yang di cintainya, mungkin dia membalasmu sekarang."
Wisnu diam tangannya mengepal di atas meja hingga pembuluh darahnya terlihat. Bibirnya terkatup rapat. Ia masih menatap Citra yang tertawa bersama Reza mereka terlihat sangat intim.
"Jangan-jangan mereka sudah jadian lagi? Lihat, kebahagiaan mereka.." Ray masih menumpahkan garam di atas luka Wisnu.
"Tidak mungkin! Reza tahu apa yang terjadi waktu itu." Desis Wisnu menahan kesal melihat tangan Reza yang mengelus kepala Citra.
Dira sedikit menjauh dari Wisnu. Kecemburuan benar-benar bisa membakar apa saja. Kata Dira dalam hati.
***