Sesampainya di perpustakaan Citra di tinggal sendiri karena Reza tiba-tiba mendapatkan telepon dari keluarganya yang membuatnya harus kembali saat itu juga. Citra menghela napas panjang, menatap banyak nya rak buku di depannya, sekarang ia harus mencari buku-buku itu sendirian.
Citra berjalan menyusuri satu persatu rak buku dengan sebuah catatan kecil di tangannya. Setiap satu langkah ia akan berhenti mencocokkan judul buku di catatan kecil di tangannya dengan buku-buku yang ada di rak. Citra baru menemukan satu buku dan masih panjang lagi pencariannya, biasanya ada Mia yang membantunya namun hari ini gadis itu menghilang entah ke mana.
"Ya ampun kenapa hanya aku yang bekerja keras untuk tugas ini, bukan kah masih ada anggota lain, di mana semua orang saat di butuh kan?" gerutu Citra sambil terus mencari buku. Ya, beberapa buku yang di carinya sangat ia butuh kan untuk tugas kelompok, tapi sayangnya beberapa di antara mereka ada yang absen, ada yang sakit dan jelas salah satu anggotanya adalah Mia, tapi tidak ada satu pun di antara mereka yang menampakkan batang hidung terpaksa dia sendiri yang bekerja.
Citra berjongkok melihat sebuah buku, dengan judul yang pas namun nomor serinya berbeda, Citra kembali melanjutkan pencariannya, gadis itu sepertinya larut dalam dunianya sendiri bahkan tidak menyadari ada orang lain di sana yang mengikutinya setiap langkahnya diam-diam.
***
Ketika melihat Citra pergi ke perpustakaan sendirian ia segera menyusulnya mengikutinya diam-diam, ia ingin tahu apa yang membuat gadis itu berubah. Wisnu tersenyum tipis ketika melihat Citra yang menguap setiap lima detik sekali. Matanya bahkan sudah berair.
"Kenapa dia terlihat begitu mengantuk? Apakah tidurnya tidak nyenyak?" gumam Wisnu masih mengikutinya diam-diam. Citra menyelesaikan pencariannya, dan ia lelah. Setumpuk buku tergeletak di atas meja, ia melihat jam masih ada waktu sebelum ia pulang, sebaiknya ia tidur sebentar di perpustakaan yang tenang ini. Citra menguap sekali lagi dan merebahkan kepalanya di atas meja dengan mata terpejam.
Wisnu berdiri di balik rak buku melihat gadis itu yang sepertinya sudah terlelap begitu cepat. Wisnu mendekat melihat tumpukan buku di ujung tangan gadis itu yang ia jadikan bantal. "Sangat banyak.." gumam Wisnu lagi.
Wisnu duduk di kursi di sebelah Citra menatap wajah tenang gadis, "Sebenarnya apa yang membuatmu berubah.. Citra.. aku tidak peduli cara apa pun yang kau gunakan untuk mengusirku dari hidupmu, tapi aku akan tetap mengejarmu. Perasaan ku ini tidak akan pernah berubah padamu. Semakin kau mengusirku semakin aku ingin berada di dekatmu." Citra mengerut kening sinar matahari mengusik tidurnya. Wisnu mengangkat tangannya untuk menghalangi sinar matahari itu.
Senyum lembut terukir di bibir Wisnu. Ia tidak tahu berapa lama tangannya seperti itu mungkin hampir satu jam, lengannya kaku. Wisnu pun beranjak pergi terburu-buru ketika gadis itu bergerak untuk bangun. Wisnu kembali bersembunyi di balik rak sambil mengurut lengannya yang kaku. Sesekali melihat Citra yang beranjak pergi.
***
"Ini aneh, kenapa hanya Wisnu yang memberikan reaksi keras pada mu, selain itu kenapa laki-laki itu begitu bersemangat mengejarmu. Kau juga harus sampai kapan bersembunyi seperti ini.." gerutu Mia di jalan kampus, hari ini mereka tidak membawa mobil seperti biasanya. Ya, semua karena permintaan Mia, tidak seperti biasanya sahabatnya itu minta berangkat kuliah menggunakan Bus, padahal ia sangat anti berdesak-desakan dengan orang banyak.
"Aku tidak tahu.!"
"Atau mungkin dia benar-benar mencintaimu?" tebak Mia.
"Tidak mungkin! Kau tidak lihat saat Reuni dia berangkat bersama Manda, bahkan setiap kali aku dan Wisnu beradu pandang Manda seperti akan menelanku saat itu juga."
"Hm... tapi banyak yang bilang.. saat kau menyukai seseorang maka kau akan bertindak di luar kendali, bahkan terlihat aneh terkadang-kadang. Biasa jika Manda melihatmu seperti akan menelan mu, bukan kah Wisnu mengejarmu sekarang? Mungkin dia takut!" kata Mia lagi sambil mengunyah kripik ubi.
Citra menoleh pada Mia "Kemarin kau pergi ke mana? Kenapa hanya meninggal kan selembar pesan! Ini tidak seperti dirimu!"
Mia nyengir "Maaf.. aku pergi dengan pacar ku! Tapi ngomong-ngomong Citra, kau juga tidak bisa seperti ini terus, kita berada di satu fakultas intensitas pertemuan kalian lebih banyak.. kau juga tidak mungkin menghindarinya terus menerus bukan?"
"Aku tahu! Tapi aku tidak punya pilihan lain... setiap bertemu dengannya aku selalu ingin membaca isi kepalanya! Keinginan itu sangat besar setiap harinya. Sedangkan kau bilang aku harus menjaga jarak darinya.. jadi apa yang harus aku lakukan selain menghindar seperti ini.."
Mia mengangguk "Benar juga.."
"Lalu, apakah aku harus menggali lubang dan menguburnya di tanah! Atau menculiknya lalu membuangnya di laut.."
Mia mengetuk kening Citra "Kita tidak perlu sekasar itu! Kenapa isi kepalamu tidak jauh-jauh dari membuang dan mengubur, kau terkadang sangat mengerikan juga."
Citra merengut "Tidak kah kau berpikir bahwa orang jahat bahkan memiliki banyak rencana dari ini.. jika aku tidak bertindak mungkin aku yang akan di kunyahnya.." ujar Citra melebih-lebihkan. "Mungkin hidupku tidak akan lama karena dia.."
"Sudahlah!" Mia melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti karena rencana Citra yang ingin mengubur dan menculik Wisnu. "Kau lupa keluarga Wisnu seperti apa? Keluarganya sangat kuat! Ibunya adalah Dekan Fakultas Hukum di kampus kita. Ayahnya seorang Hakim dan saudara perempuannya adalah Jaksa penuntut umum! Keluarga mereka adalah keluarga hukum! Apa kau bisa membayangkan seperti apa hidup mu setelah mengubur atau menculiknya dan membuangnya ke laut?"
Kepala Citra tertunduk lesu. Mia tidak berhenti sampai di sana saja "Dan satu lagi! Keluargamu juga sangat akrab dengan keluarganya, aku dengar saudara perempuannya adalah calon tunangan kakak pertama mu! Bukankah hubungan kalian begitu dekat?" Mia semakin menakut-nakuti "Jika kau benar-benar ingin melakukan sesuatu pada Wisnu yang bisa aku katakan untuk mu adalah.... Fyuuuuuhhhh... kau akan seperti angin, hilang dalam sekejap oleh mereka.."
"Aku tahu! Itu hanya fantasiku saja! Maafkan aku, sepertinya aku telah menyeret mu.." kata Citra menyesal sambil merangkul Mia.
Mia mencebik.. seharusnya aku yang meminta maaf karena telah menyeret mu lebih awal, jika aku tahu yang sebenarnya aku tidak akan membiarkan kalian berdua untuk lebih dekat... kata Mia dalam hati.
"Tidak masalah! Dan jangan mengatakan hal aneh! Kau adalah sahabat terbaikku! Selain itu aku juga sudah menjadi beban untuk mu.." Citra tersenyum lebar dan langsung mencium pipi Mia. "Citraaaa! Ya ampun! Air liur mu menghancurkan dandan cantik ku!" protes Mia sambil berusaha mendorong Citra menjauh darinya.
Citra seperti lem, sekeras apa pun Mia mendorongnya ia semakin melekat dan menempel.
***