"Kau membicarakan sesuatu yang omong kosong lagi aku akan memukul mu! Kutukan! Memperpendek umur!" Mia pergi sambil mengomel-ngomel.
citra menghela napas "Jika aku mengatakan kebohongan apakah kau akan lebih bahagia?"
"Jika kau berbohong maka bukan hanya memukul! Aku akan membuangmu ke Amazon sana!" teriak Mia.
"Ha ha ha.. Mia.. jangan terlalu jahat padaku! Jika kau membuang ku ke Amazon siapa yang akan menjadi temanmu di sini?" Citra menggoda "Lagi pula kebohongan apa yang bisa aku katakan padamu.."
"Ck! Kau selalu berkata bohong padaku! Sudahlah kali ini aku tidak ingin memarahimu. Ayo cepat aku sangat lepar! Kenapa kau pergi lama sekali.."
"Ee..? kenapa kau begitu semangat mengomel padaku! Kau bisa membelinya sendiri bukan, ada kunci mobil di kamar, kau juga memiliki kunci kamarku untuk membuka pintu kenapa harus menungguku! Bagaimana jika aku tidak pulang lebih awal?"
"Kau tidak akan pernah pergi sendirian lebih dari tiga jam.. dan tebakan ku benar.. jadi.. bagaimana perkembangan hubungan mu dengan Wisnu.." tanya Mia duduk di kursi pengemudi.
"Kelanjutan apa? Tidak ada apa-apa.. dia hanya bertindak bodoh saja hari ini dan apa kau tahu aku bertemu gadis itu, Manda.. ternyata mereka memiliki hubungan yang rumit." Kata Citra setengah melamun.
"Kau membaca pikirannya? Kau nakal Citra.." kekeh Mia.
"Aku penasaran..."
"Jadi hubungan yang rumit seperti apa ini..? aku tidak mengerti.." tanya Mia namun perhatiannya masih tetap fokus pada jalan di depannya.
"Reza, Wisnu, dan Manda? Entahlah aku sedikit kesulitan membaca ingatannya tapi aku merasa itu juga berhubungan denganku.."
Mia mendesah "Sepertinya hubungan yang benar-benar rumit. Eh, Citra kenapa hidungmu berdarah! Ya ampun ayo hapus dengan tisu ini.." Mia terkejut dan hampir menginjak rem mendadak, mia menepikan mobilnya mengambil tisu yang lain dan menyerahkannya pada Citra dengan tatapan khawatir.
"Apa yang terjadi? Kau merasakan sakit di kepala mu atau sesuatu yang lain?"
Citra mengelap darah di hidungnya menggeleng "Aku tidak merasakan apa-apa. Aku pikir ini ingus.." kekeh Citra santai.
Mia menggaruk kepalanya heran namun ia masih khawatir "Jika kau merasa sakit kepala katakan padaku.." Mia kembali melajukan mobil ke jalan raya "Apa yang ingin kau makan.."
"Donat. Pizza. Burger. Mie ayam. Bakso. Pangsit. Pecel-.."
"Stop! Aku tidak khawatir kau tidak bisa membayarnya, tapi aku khawatir kau tidak akan bisa menghabiskannya jadi pilih salah satu saja! Apa yang ingin kau makan! Jangan banyak-banyak kau selalu membuang makanan!"
"Kau mengomel lagi.." gumam Citra sambil bertopang dagu menatap keluar jendela mobil. "Wisnu.. sedang apa dia di sana?"
"Hah? Wisnu di mana?" Mia melebarkan pandangannya ke arah salah satu kafe "Oh tidak! Dia bersama seorang gadis, siapa dia?"
"Manda!"
"Oh Manda... APA MANDA!!! Jadi gadis itu adalah manda?!" Mia melirik citra sekilas "Kau ingin ke sana? Dan melihat-lihat?"
"Untuk apa! Jalankan saja mobilnya dengan benar. Aku ingin makan burger dan donat."
Mia menelan ludah "Baik kita pergi ke tempat langganan mu saja, ngomong-ngomong bagaimana dengan kepala mu, kau benar-benar tidak merasakan sakit sedikit pun?"
"Tidak! Aku baik-baik saja!"
"Ya sudah.. aku tahu apa yang kau katakan sebelumnya bukan kebohongan, jika membaca pikiran orang membuat kau sakit seperti ini maka jangan lakukan lagi." Gumam Mia serius.
"Hmm.."
****
"Apa yang ingin kau katakan? Bukankah kita sudah bertemu tadi.." kata Wisnu dengan nada datar.
Manda tertawa kecil "Ya ampun! Baru beberapa jam kita tidak bertemu tapi kau sudah sangat berubah. Apa karena Citra?"
Wisnu dian dan menyeruput kopi panas di dalam gelas. Melihat sikap acuh tak acuh Wisnu, manda berkata "Aku pikir kau tidak mau lagi bicara dengan ku."
Wisnu meletakkan gelas di atas meja "Aku tidak ingin beradu argumen dengan mu seperti biasanya! Katakan apa yang ingin kau katakan aku harus kembali masih ada tugas yang harus aku selesaikan."
"Kau benar-benar telah berbuah. Aku pikir kebersamaan kita selama ini akan membuatmu menyadari sesuatu tentangku, tentang perasaanku." Kata Manda pelan.
Wisnu meliriknya sekilas "Menyadari apa? Kau tentu tahu hubungan kita selama ini seperti apa. Manda.. jangan melebih-lebihkan. Ini sudah lama berlalu, apa kau pernah bertanya apa yang aku pikirkan? Tidak! Karena kau hanya peduli pada apa yang kau pikirkan!"
Manda terdiam ini pertama kalinya Wisnu berteriak marah padanya, tidak ada lagi kelembutan seperti sebelumnya. "Wisnu.. kau tahu aku juga terluka saat itu.."
"Tapi tidak dengan berbohong, Manda.. aku tahu kau terluka tapi kenapa menuduh orang yang tidak bersalah menjadi pelakunya? Kau adalah teman terbaikku, begitu pula dengannya. Kalian berdua adalah sahabat terbaik yang aku miliki, tapi.. kau.. karena keegoisanmu telah menghancurkan segalanya. Aku tidak hanya kehilangan seorang sahabat, bahkan aku juga harus kehilangan orang yang aku cintai."
"Bagaimana kau tahu, kalau kau mencintainya! Dia hanya anak kecil bodoh saat itu! Jika bukan karena dia."
"Manda! Cukup! Jangan bahas ini lagi, dan jangan temui dia lagi! Aku tidak menghalangimu untuk berteman dengannya tapi aku menghalangimu untuk mengatakan sesuatu yang membuatnya bertanya!"
"Kenapa? Kau ingin melindunginya?" tebak Manda dengan tatapan sedih.
"Benar! Aku ingin melindunginya!" tegas Wisnu.
Bibir Manda bergetar "kau tentu tahu aku adalah korbannya kenapa kau masih membelanya.."
Wisnu menatap tajam manda "Jangan buat kesabaranku habis Manda! Kau jelas tahu kejadiannya seperti apa saat itu." Geram Wisnu. Jika dulu ia membenci Citra karena salah paham kali ini dia tidak akan melakukan kebodohan lagi.
Manda menunduk "Maaf.."
"Sudahlah! Sudah berlalu juga, sekarang kau baik-baik saja. Tapi kau tidak tahu dengannya, apakah dia baik-baik saja atau tidak!"
Manda menarik napas lalu menghembuskannya perlahan, ia terlihat ragu-ragu meskipun apa yang di katakan Wisnu sudah hampir mencurigainya tapi Manda masih bertindak pura-pura tidak tahu, benar itu sudah lama berlalu. Siapa yang akan mengingatnya. Tapi Wisnu.. berbeda. Manda tidak ingin perhatian Wisnu hilang darinya.
"Wisnu.. kau masih ingatkan dengan janji kita waktu itu?"
"Aku ingat! Apakah kau sudah memutuskan apa yang kau inginkan?"
Manda tersenyum "Sudah.."
"Katakan.."
"Jadilah kekasihku!"
Wisnu terkejut tidak ada perubahan di wajahnya tapi gerakan tangannya di bibir gelas berhenti. sudut bibirnya terangkat "Manda, kau melupakan sesuatu... bukankah aku sudah bilang kau bebas meminta apa pun padaku kecuali itu! Dan tentu juga sudah tahu jawabanku. Manda, maaf jawabanku masih sama jika kau menginginkan hal ini. Aku tidak akan menerimanya, karena kau sudah menyukai orang lain."
"Menyukai orang lain? Apakah itu Citra?"
Wisnu diam. Manda menatap ke arah lain wajahnya mengeras "Kenapa? Apa kau menyesal karena telah menyalahkannya selama ini?"
"Ya, aku menyesal karena telah menyalahkannya selama ini, tapi bukan itu saja penyebabnya, sejak awal aku sudah menyukainya bahkan sebelum kejadian itu terjadi. Manda, sejak awal kau tidak memiliki kesempatan untuk mengambil hatiku! Semuanya sudah di ambil olehnya."
****