Setelah sampai di lobi Tatjana langsung menghampiri meja resepsionis untuk menanyakan informasi kamar tempat Gunawan dirawat. Setelah mendapatkan informasi tersebut Tatjana langsung menuju ke kamar tempat Gunawan dirawat. Setelah sampai didepan kamar, Tatjana yang baru mau membuka pintu kamar rawat Gunawan tertahan oleh suara percakapan yang Dia dengar dari dalam kamar. Dia mendengar percakapan antara Papi dan gundiknya.
"Ngapain sih Dad, mempertahankan rumah tangga toxic sama Irma. Tatjana juga. Anak macam apa dia? Berani sekali dia memukul Daddy hingga dirawat di rumah sakit. Irma ga bisa didik anak. Seharusnya dia bersikap hormat dan sopan sama ayahnya bukan bertengkar. Dad, dia kan pengangguran. Darimana dia dapat duit buat makan? Pasti dari Irma. Irma dapat duit dari Daddy. Kasarnya, Tatjana makan dari duit Daddy tapi melawan sama Daddy. Anak ga tahu diri. Daddy harus kasih peringatan dan pelajaran buat dia."
Telinga Tatjana panas mendengar Rara menjelekkannya. Tatjana sangat geram, tapi ia harus menahan diri untuk tidak masuk dulu kedalam agar tahu hasutan Rara.
Rara semakin gencar menghasut Gunawan untuk membenci anak dan istrinya.
"Dasar gundik tak tahu malu." Bentak Tatjana seraya masuk dan membanting pintu sekerasnya.
Gunawan dan Rara langsung menengok kearah Tatjana dengan muka yang terlihat kaget setengah mati.
"Tatjana," ucap Gunawan lirih.
Alih-alih menggubris Gunawan, Tatjana malah memperhatikan wanita yang berada disamping papinya. Ia memperhatikan wanita itu dengan tatapan penuh dendam dan amarah. Ia hanya ingin menghancurkan Rara. Dia sudah berjanji akan melakukan itu untuk pembalasan sakit hati Maminya karena perbuatan wanita sialan itu.
"Tatjana, ngapain kamu kesini?" Pertanyaan Gunawan membuyarkan lamunan Tatjana.
"Loh aku kesini berniat baik sama Papi. Aku mau jenguk Papi. Aku merasa berdosa sudah membuat Papi seperti ini. Aku kesini mau minta maaf sama Papi. Apa nggak boleh?" Tatjana bicara dengan berpura-pura menyesal.
"Serius kamu mau minta maaf sama Papi? Kamu sadar tidak cara kamu datang saja sudah tidak benar. Kamu datang dengan tidak sopan terlebih lagi kamu meneriaki Rara dengan makian."
"Astaga Pi itukan tadi, waktu aku belum bertemu langsung dengan pacar Papi ini. Sekarang setelah aku lihat langsung ternyata dia nggak seburuk itu. Dia ternyata pendiam dan cantik, pantas Papi suka sama Dia." Sarkas Tatjana sambil merangkul kedua bahu Rara yang menunduk sedari tadi.
Rara sebenarnya takut kepada Tatjana. Gunawan saja keok apalagi dirinya.
"Jadi maksudnya kamu sekarang jadi suka begitu sama Rara? Kamu setuju dengan hubungan Papi dan Rara?" tanya Gunawan dengan muka yang bingung atas ucapan anaknya itu.
"Iya Pi, Aku jadi suka sama dia seperti Papi juga suka sama dia," balas Tatjana dengan muka yang berseri-seri penuh kelicikan.
"Maksud kamu bagaimana?"Tanya Gunawan yang semakin bingung dengan ucapan Tatjana.
"Astaga Pi, Papi polos banget si. Begini Pi maksud aku menyukai Dia sama dengan Papi adalah......." Kali ini Tatjana melepaskan pegangan tangan dari bahunya Rara, lalu dia mendekatkan mukanya kepada kepala Gunawan.
"Kita sama-sama menyukai apa yang dimiliki oleh Rara Pi, Papi pasti tahu... itu adalah tubuhnya," lanjut Rara dengan nada sarkasnya. Ia meluruskan tubuhnya lalu lanjut berbicara "Cuma bedanya, Papi ingin merawat tubuhnya agar tetap cantik, tetapi aku mau merusak tubuhnya Pi. Aku yakin kalau tubuh perempuan ini rusak Papi juga nggak akan mau lagi sama dia, Papi juga akan meninggalkan dia kan?" Tatjana bicara dengan nada dan ekspresi muka seperti mafia yang akan membunuh musuhnya dengan penderitaan tanpa ampun.
Kali ini ucapan Tatjana membuat Gunawan murka. Gunawan geram, namun dia tidak punya upaya untuk memukul Tatjana. Dia hanya mampu sedikit berteriak sambil menunjuk anak sulungnya itu.
"Kamuu! Dasar anak kurang ajar, beraninya kamu bilang hal seperti itu sama Papi. Kamu nggak mikir apa kamu bisa seperti ini berkat siapa? Saya yang memberi kamu makan. Bisa tidak hormat sedikit sama orang tua?" Bentak Gunawan geram
"Hei Pak Gunawan yang terhormat, pantas tidak anda dihormati sebagai orang tua? Anda saja hidup hanya menguruskan kepuasaan nafsu anda. Anda tidak pernah sedikitpun memikirkan kami sebagai keluarga. Anda tidak pernah perduli dengan air mata yang kami teteskan karena anda. Sekarang anda mau saya menghormati anda sebagai orang tua? Dari sisi mananya Pak Gunawan, Anda bisa disebut sebagai orang tua? Anda bukan figur ayah yang baik. Bukan memberi contoh yang baik tapi ...." Tatjana bicara dengan nada tinggi, raut muka seperti seekor hewan yang akan memangsa buruannya.
"Jaga ucapan kamu. Anak tak tahu diri. Kamu pikir kamu siapa? Bisa berbicara seperti itu kepada saya? Saya bisa mencampakan kalian setelah itu kalian akan menjadi gelandangan. Kalian wanita tidak berguna. Hanya membebani saya."
"Hei Pak tua, jaga omonganmu. Jangan berbicara seperti itu. Saya jadi seperti terperintah untuk melakukan hal yang sama kepada pacar Bapak ini."
Kemudian Tatjana berpaling menatap Rara. "Kamu wanita tidak tahu diri, puas kamu menghancurkan keluarga kami? Kenapa diam saja, saya mendengar kabar bahwa kemarin dirumah kamu sangat banyak bicara. Segitu murah dan rendahnya ya diri anda sampai mau menjadi simpanan lelaki yang mungkin umurnya hampir sama dengan umur ayah anda. Saya tidak mengerti dari keluarga seperti apa anda ini, tidak memiliki kemampuan selain menjual diri kepada orang kaya. Ckckck sungguh menyedihkan."
Rara yang sedari menunduk kini mengangkat kepala dan menampar Tatjana.
Plakkkkkkk.....
"Cukup ya maki-maki saya. Jangan pernah bawa keluarga saya disini. Kamu tidak tahu apa-apa soal mereka."
"Kamu marah hanya karena saya mengungkit keluarga kamu," ucap Tatjana dengan nada rendah. "Kamu tahu nggak murkanya saya karena kamu sudah menghancurkan keluarga saya dan sekarang saya lebih marah lagi karena kamu sudah membuat Mami saya masuk rumah sakit." Nada bicara Tatjana meninggi dengan suara ekstra.
Kini Rara tidak merespon ucapan Tatjana. Ia hanya tertunduk dan Gunawan pun hanya diam. Setelah itu, emosi Tatjana memuncak dia sudah muak melihat Rara. Ia mendekat kearah Rara dan dia menjambak rambut wanita itu. Dia memegang rambut Rara dengan sangat keras.
Tatjana berbicara dengan posisi mukanya disejajarkan dengan muka Rara .
"Kamu wanita murahan, saya sudah bilang bahwa saya tidak menyukai kamu. Saya ingin menghancurkan segala hal yang kamu punya untuk menarik perhatian Papi saya. Saya pastikan itu akan terjadi saat kamu hidup dengan sengsara dan penuh dengan penyesalan," ucapnya dengan jelas dan penuh penekanan.
"Cukup!!" Rara membentak sambil mendorong bahu Tatjana hingga jatuh ke lantai. Rara melanjutkan ucapanya dengan berdiri angkuh.
"Kamu tidak berhak bicara seperti itu, kamu pikir saya akan diam saja dengan penghinaan ini. Kamu sudah merendahkan harga diri saya." Rara menjambak rambut Tatjana yang sedang tersungkur di lantai.
"Lepasin. Gundik kurang ajar." Tatjana berusaha melepaskan genggaman Rara. Namun genggaman Rara terlalu kuat untuk dilepaskan.
"Kamu nggak berhak memaki saya. Kamu tidak tahu saya lebih berkuasa dari apa yang kamu kira. Saya bisa membuat Papi kamu mencampakkan kamu dan Irma."
Ucapan Rara barusan membuat emosi Tatjana memuncak. Tatjana dikendalikan oleh amarah. Dengan sekuat tenaga ia melepaskan genggaman Rara dari rambutnya dan mendorongnya hingga tersungkur ke lantai.
"Jalang sialan." Tatjana menjambak dan menampar Rara. Ia duduk di perut Rara dan memukulnya bertubi-tubi.
"Berhenti bicara bahwa kamu hebat dan bisa membuat kami menderita. Kamu dengar saya baik-baik. Harga diri dan kecantikan kamu akan saya hancurkan."
Rara tidak terima dengan ucapan Ratjana. Ia berusaha menggapai sandal Gunawan di sebelah kanan lalu memukul wajah Tatjana dengan sandal itu. Rara bangkit, melepaskan diri dari kungkungan Tarjana.
"Kamu yang akan saya buat hancur!" Rara tak mau kalah.
"Beraninya kamu melempar saya." Tatjana menghampiri Rara dan berusaha memukulnya.
"Kamu yang mulai duluan. Aku nggak serendah itu. Papi kamu yang mau sama saya."
"Diam kamu Pelacur!!!" Ucap Tatjana menghampiri Rara dan melayangkan tamparannya.
Tidak terima dengan yang Tatjana lakukan kepadanya, Rara pun mengambil remote AC yang tergeletak dimeja dan ingin dia pukulkan ke Tatjana. Tatjana pun mengelak dari serangan Rara dan diapun membela diri dengan mendorong Rara. Rara kemudian bangkit dan kembali menyerang Tatjana. Dia menampar Tatjana dengan keras.
Tatjana pun tak terima, Dia kemudian menghampiri Tatjana dan berkata, "Terima ini!!" Sambil melayangkan pukulan kepada hidungnya Rara dan membuat di
perempuan itu jatuh tersungkur ke lantai.
"Anggap ini sebagai permulaan dari ucapanku tadi."
"Sakit..." Pekik Rara pilu. Ia menangis tersedu-sedu.
"Awww... Tatjana kamu gila. Kamu keterlaluan.Hidungku....," isak Rara dengan terbata-bata dan meringis karena menahan sakit akibat pukulan Tatjana.
"Tatjana, hentikan!" pekik Gunawan. Pria itu hanya bisa berteriak tanpa bisa menghentikan Tatjana. Tangannya diinfus sehingga geraknya terbatas.
.
Rara yang meringis karena hidungnya patah, didekati Tatjana.
"Jika kamu masih mengganggu keluargaku, aku pastikan semua anggota tubuhmu akan rusak seperti hidungmu itu."Tatjana bicara dengan tegas seraya menyeringai.
"Awwwwww.. Sakit. Tolong........Tolong...." Rara menjerit kesakitan.
Tiba-tiba dokter dan perawat masuk untuk memeriksa Gunawan. Mereka kaget melihat kamar dalam keadaan berantakan, seperti kapal pecah.
"Dokter, tolong bereskan saja sampah ini," ucap Tatjana sambil menunjuk Rara dan meninggalkan kamar.
Dokter dan suster pun melongo melihat kepergian Tatjana.