Pada suatu malam ada teras kafe
Lagu kenangan lampau mengumandang lirih ke lubang telingaku
Aku terus menikmati syair-syair sendu
Aku seperti mencari kamu yang hilang dalam ingatanku
Aku adalah pasir pantai yang ditinggal ombak
Dan bayangmu berlayar jauh dalam pikiranku
Pada lagu berikutnya
Perasaanku berlari mengejarmu
Dan kita bertemu lewat syair merdu
Aku tak pernah pergi dari rindu
Tak pernah mau melepas rindu dan keraguan sudah kulepas jauh-jauh.
Pada teras kafe itu
Lagu-lagu merdu mengingatkan aku dan kamu
Kita pernah menulis cinta dengan kertas tak bertinta
( Puisi cinta Park Jin He untuk Rara Rinjani )
*****
Rara terbangun dari tidurnya. Jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi waktu Seoul. Rara bangkit dari ranjang menuju kamar mandi. Dalam kamar mandi Rara bercermin. Ia melihat banyak kiss mark di leher dan dadanya. Rara merungut kesal karena nanti akan pulang ke Jakarta. Jika Gunawan melihat bekas kiss mark di leher dan dada tamat sudah riwayatnya. Gunawan akan berbuat nekat ketika cemburu. Sugar Daddy bisa berbuat diluar batas dan sadis. Rara berendam dalam bathup seraya memejamkan mata. Tanpa Rara sadari Jin He sudah ada di kamar mandi. Rara lupa mengunci pintu sehingga Jin He bisa masuk. Lelaki itu duduk ditepian bathup seraya memandangi wajah cantik Rara.
Rara memejamkan mata tidak menyadari kehadiran Jin He. Dokter tampan itu membelai pipi Rara. Belaiannya turun dari pipi ke leher jenjang Rara.
Rara melonjak kaget karena ada yang menyentuhnya. Tanpa sadar Rara bangkit dan memperlihatkan tubuh polosnya. Jin He tersenyum manis menatap tubuh seksi Rara. Tahu tubuhnya menjadi pusat perhatian Jin He, Rara kembali berendam dalam bathup.
"Aku kira kamu akan meninggalkan aku begitu saja. Syukurlah kamu masih disini," kata Jin He bernapas lega.
"Aku memang akan pergi dokter Park. Aku harus kembali ke Jakarta. Selesai mandi aku akan pergi. Terima kasih telah menolongku semalam."
"Terima kasih juga telah menjadi penghangat ranjangku Rara Rinjani. Kejadian semalam membuatku tergila-gila padamu." Jin He mengungkapkan perasaannya.
"Jangan lupa dokter Park. Kita dalam pengaruh alkhohol. Ini hanya one night stand," ucap Rara tanpa beban. Hati Jin He gerimis mendengar ucapan Rara.
"Apakah yang tadi malam hanya one night stand?" Tanya Jin He memastikan ucapan Rara. Jin He berharap ucapan itu bukan dari hati Rara.
"Dokter Park berhenti mengucapkan omong kosong. Kamu tahu siapa aku. Aku wanita simpanan. Jika sugar daddy tahu hubungan kita dia bisa membunuhmu. Berhentilah berharap hubungan kita bisa ke jenjang lebih jauh. Kamu malaikat penolongku. Aku cantik berkat tangan ajaibmu. Aku tidak pantas untukmu dan anggap saja kita tidak pernah melakukannya," ucap Rara melankolis. Rara tahu diri dan merasa tak pantas bersanding dengan Jin He. Mereka berasal dari negara, budaya dan agama yang berbeda.
"Aku menerimamu apa adanya. Putuskan hubungan dengan pria tua itu. Datanglah padaku."
Rara bangkit dari bathup dan menyiram tubuhnya di bawah guyuran shower. Ia sangat kesal mendengar omong kosong Jin He.
"Semua tidak mudah semudah ucapanmu dokter. Jika aku tahu akan begini aku tidak akan menghabiskan malam bersamamu. Aku menyesal telah bercinta denganmu."
"Aku tidak pernah menyesal melakukannya Rara. Aku bahkan ingin terus bersamamu. Tinggalkan lelaki tua itu dan hiduplah bersamaku. Aku akan memberi semuanya seperti pria itu. Aku masih muda dan single. Kenapa kamu memilih lelaki tua yang sudah beristri dan punya anak?"
Rara menggeram frustasi sambil menyambar jubah mandi dan keluar dari kamar mandi. Jin He mengikuti kemana Rara pergi. Ketika Rara berganti pakaian Jin He memeluknya dari belakang. Jin He mencium tengkuk Rara. Jin He menghirup aroma tubuh Rara yang sangat ia sukai.
"Park Jin He apa yang terjadi padamu? Jangan bersikap konyol seperti ini. Aku dan kamu tidak mungkin. Bisakah kita bersikap seperti biasa? Antara dokter dan pasien?" Tanya Rara dari hati ke hati. Rara tak berani mengambil resiko memiliki hubungan dengan Jin He.
"Jika aku bilang tidak bagaimana?" Jin He balik menantang Rara. Pelukannya semakin erat. Keinginan memiliki Rara begitu besar dan ingin memeluk Rara setiap malam.
"Jangan gila Jin He. Kita tidak akan bisa menjalin hubungan. Aku di Indonesia dan kamu di Korea. Hubungan kita hanya cinta satu malam."
"Aku tidak menganggap hubungan kita cinta satu malam. Bagiku semalam awal hubungan kita."
"Kamu sudah gila. Otakmu bermasalah."
"Aku gila karena kamu. Jika kamu tidak mau memutuskan hubungan dengan pria tua itu setidaknya jadikan aku kekasih gelapmu," ucap Jin He frustasi.
"Kamu berkata seperti itu seolah-olah aku wanita murahan." Rara marah mendengar ucapan konyol Jin He.
"Aku tak pernah menganggapmu murahan Rara. Kamu seperti itu karena keadaan."
"Jangan sok memahamiku Jin He. Carilah wanita lain. Aku akan kembali ke Jakarta."
Rara merapikan pakaiannya dan mulai berdandan. Rara tak mengacuhkan ucapan Jin He. Menurutnya Jin He sangat tolol dan gila. Masa gara-gara bercinta Jin He ingin memilikinya dan menjalin hubungan. Rara mengenal Jin He sebatas dokter yang telah mengoperasinya.
Rara sudah kangen dengan ibunya. Sudah sebulan ia berada di Seoul tanpa memberi kabar ibunya. Rara yakin ibu khawatir dengan kondisinya.
Rara mengabaikan ucapan Jin He tentang hubungan mereka. Bagi Rara hubungan mereka sebuah kesalahan yang tak boleh diulang kembali. Rara beranjak pergi dari apartemen Jin He namun lelaki tampan itu menghalangi jalannya.
"Ada apa lagi dokter Park?" protes Rara pada sikap kekanakan Park Jin He. " Apa maumu?"
"Aku menginginkan kamu," kata Jin He tanpa ragu.
"Jangan gila. Kau menginginkanku karena aku memuaskan dirimu. Andai aku tidak memuaskan kamu tidak akan menginginkan diriku. Aku Indonesia dan kamu Korea. Hubungan kita tidak mungkin bisa terjalin. Anggap saja aku teman."
"Kalau begitu jadilah partner seksku. Kita berhubungan tanpa adanya hubungan spesial." Jin He memaksa. Percintaan mereka semalam menimbulkan ikatan dalam hatinya dan ingin memiliki Rara seutuhnya.
Rara menampar Jin He karena tak terima dijadikan partner seks. Harga dirinya terasa di cabik-cabik.
"Menyesal aku mengenalmu Park Jin He. Aku memang bukan wanita suci namun kamu tak seharusnya merendahkan aku seperti ini. Aku membencimu," kata Rara berlari meninggalkan apartemen Jin He.
"Apa salahku Rara? Aku ingin menjadi kekasihmu tapi kau menolaknya. Aku harus bagaimana Rara?" Jin He bicara sendiri menatap sendu kepergian Rara.
Jin He berteriak frustasi karena ia sudah tergila-gila dan jatuh cinta pada Rara. Sekian lama menduda baru kali ini hatinya terisi cinta. Cinta seorang Rara Rinjani. Park Jin He bertekad akan memperjuangkan cintanya. Ia tak akan menyerah dengan penolakan Rara.