Chereads / Cinta Wanita Simpanan / Chapter 23 - Rencana Tatjana (2)

Chapter 23 - Rencana Tatjana (2)

Dalam sebuah ruangan executive More Games. Tatjana sedang duduk di meja kerjanya. Dia fokus menatap komputer. Dia sedang menganalisa beberapa data terkait dengan survei pasar mengenai game terbaru yang sedang populer di pasaran. Ketika dia sedang sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba ponselnya berbunyi, ada sebuah pesan masuk. Dia melihat pesannya, saat sedang menilik isi pesan tiba-tiba orang yang mengirim pesan itu menelpon Tatjana.

"Hallo bos, saya mau melaporkan perkembangan disini. Orang yang saya buntuti ternyata memiliki banyak rahasia. Dia berhubungan dengan seorang pria disini. Mereka sedang berada di Pulau Jeju untuk menghabiskan waktu bersama. Sebagai laporan awal, saya sudah kirimkan foto mereka."

"Oke bagus. Saya suka hasil kerja kamu. Terus ikuti dia dan laporkan perkembangannya," ucap Tatjana sambil mematikan teleponnya. Kemudian ia kembali melihat isi pesan itu.

Tatjana langsung membuka file foto yang di kirimkan oleh detektif bayarannya. Foto Rara dan seorang pria sedang berciuman di sebuah pantai tempat wisata di Pulau Jeju.

"Gundik, sekarang aku punya satu kartu untuk menjatuhkanmu," ucap Tatjana dalam hati sambil tersenyum sinis. Dia sangat senang dengan kiriman pesan itu. Dia bak pemburu yang diberi senjata mematikan untuk memangsa buruannya. Tatjana sudah bertekad untuk menghancurkan Rara dan papinya.

Setelah kepergian Rara, Tatjana menyewa seorang detektif untuk mengawasi perilaku Rara selama di Korea. Tatjana melakukannya untuk mendapatkan informasi, yang mungkin bisa digunakan untuk menjatuhkan Rara. Sekarang, usahanya tidak sia-sia.

Ketika Tatjana sedang sibuk memperhatikan foto yang baru saja di terimanya, tiba-tiba seorang pria dengan wajah tampan dan postur tubuh yang nyaris sempurna masuk ke dalam kantornya.

"Babe, kamu kenapa senyum sinis begitu?" tanya Dion yang keheranan melihat senyum sinis dari pacarnya.

"Hei, Aku lagi senang Babe, akhirnya aku punya satu kartu untuk menghancurkan gundik kesayangan Papi."

"Kartu apa yang kamu maksud?"

Tatjana bangkit dari kursinya dan menghampiri Dion. Dia memperlihatkan foto di ponselnya.

"Kamu lihat ini. Bukankah ini kartu yang cukup bagus untuk menghancurkan wanita itu?"

Dion mengerutkan kening sambil menilik foto yang di perlihatkan Tatjana. "Kamu dapat foto itu dari mana?"

"Aku menyewa seorang detektif untuk mengikuti Rara selama dia berada di Korea. Aku yakin jika jalang itu seorang pelacur murahan. Dia tidak setia pada papi."

"Serius? Kamu sampai menyewa detektif untuk membuntuti wanita itu?"

"Aku tidak pernah main-main dengan sesuatu yang menyangkut orang paling penting dalam hidupku."

Dion hanya mengangguk. Ia paham dengan apa yang dirasakan kekasihnya itu. "Apa rencana mamu dengan foto itu?"

"Aku berencana untuk menghancurkan wanita itu, babe. Tapi foto ini tentunya tidak akan membuat wanita itu hancur. Dengan foto ini aku akan membuat hubungan papi dan wanita itu hancur dan saling menyakiti. Aku akan mengirim foto ini ke papi. Aku akan buat kepercayaan papi kepada wanita ini hilang."

"Kamu jangan terlalu menyiksa diri, babe," ucap Dion sambil berjalan, mendekati Tatjana. Dia mengelus kepala Tatjana. Dion tidak berkomentar banyak, apa yang di lakukan oleh pacarnya itu. Dion tahu apa yang di lakukan pacarnya ini tidak sepenuhnya benar. Namun di sisi lain Dion juga memahami apa yang dirasakan Tatjana. Wanita yang dicintainya ini sedang dikuasai oleh amarah dan dendam karena mami dan keluarganya di hancurkan oleh seorang wanita yang tak berperasaan. Lebih tepatnya, pernikahan orangtuanya dirusak. Jalang itu bahkan berani menganiaya Irma.

"Babe,kamu mungkin sekarang akan melihat sisi diriku yang lain. Aku tahu ini salah, tapi aku harus melakukan ini untuk mami. Aku akan membuat hubungan dia dan papi berakhir. Aku akan pastikan bahwa nanti, papi yang akan menghancurkan wanita itu dengan amarahnya. Jika perlu, wanita itu mati ditangan papi."

"Ya sudah, aku tidak bisa menghalangi kamu. Tugas aku hanya mendampingi kamu. Aku akan mendukung apapun yang kamu lakukan selama itu dalam batas wajar. Sebenarnya dendam hanya akan menyisakan luka."

Dion berusaha menenangkan Tatjana yang sedang di kuasai oleh amarah dan dendam. Dion sebenarnya sangat khawatir pada Tatjana. Dia ingin sekali bilang, jangan melakukan apapun pada papi dan selingkuhannya. Biarkan tangan Tuhan yang bekerja menghukum perbuatan hamba yang salah. Dion tidak bisa menasehati Tatjana karena kekasihnya keras kepala. Dion tidak mau Tatjana malah menjauh darinya jika ia melarang Tatjana melakukan balas dendam. Dion hanya diam di samping kursi Tatjana sambil mengelus-ngelus kepala kekasihnya.

"Oh iya Babe, mengenai perencanaan peluncuran game baru untuk bulan depan gimana progresnya? Kamu kesini buat bahas itukan?"

Dion mengangguk, "Aku sudah kirimkan beberapa contoh design dari tim perencanaan ke email kamu."

Tatjana pun membuka email yang dikirimkan Dion. Dia melihat secara seksama design yang dibuat oleh tim perencanaan untuk peluncuran game baru More Games.

"Ini sudah bagus, tadi Aku sudah melakukan survei pasar. Game yang sedang populer saat ini adalah jenis game battle royal dan MOBA. Aku pikir nanti game yang akan kita luncurkan juga jenis ini. Disini design yang dibuat oleh tim perencanaan sudah bagus, tinggal kita perbaiki beberapa hal yang masih kurang. Kita juga harus menentukan siapa target pasar untuk pengguna game ini.."

"Oke kita harus pikirkan juga bagaimana inti dari cerita game ini nantinya. Tapi tetap saja kita harus membicarakan detailnya dengan tim perencanaan."

"Baiklah nanti kita bahas lebih detailnya dengan tim perencanaan."

"Bagaimana kalau kita langsung bahas hal ini dengan tim perencanaan sekarang? Kayaknya lebih cepat lebih baik. Jadi nanti kita punya banyak waktu untuk mengurus hal lainnya."

"Jangan sekarang ya, aku sepertinya lelah hari ini."

"Baiklah, aku paham. Nanti saja kita jadwalkan pertemuan dengan mereka."

Dion kemudian duduk di sofa yang ada di ruang kerja Tatjana.

"Kamu gak sehat ya? Mau pulang?"

"Gak babe Maaf, Aku masih belum bisa fokus sepenuhnya sama kerjaan."

"Kamu masih memikirkan masalah di rumah?"

"Aku masih sakit hati sama apa yang di lakukan papi dan gundik itu pada Mami. Aku sedang diliputi amarah dan dendam yang segera ingin balaskan."

"Sabar babe, nanti juga mereka akan mendapat balasan dari Tuhan atas apa yang mereka perbuat kepada mami."

Tatjana menggeleng,"Gak babe, bukan Tuhan yang akan menghukum mereka. Aku sendiri yang akan menghukum mereka. Aku akan pastikan mereka akan kehilangan segala hal yang mereka banggakan. Rara akan kehilangan tubuh yang selalu di banggakannya. Papi akan kehilangan harta, tahta dan jabatan yang selama ini dia gunakan untuk menyakiti kami."

"Tatjana, sudah jangan keterlaluan seperti itu, bagaimanapun om Gunawan itu adalah papi kamu. Kamu harus ingat itu. Seburuk apapun dia, Kamu harus tetap hormat kepadanya."

"Entahlah, yang ingin aku lakukan sekarang hanya menghancurkan wanita itu dan papi."

Dion hanya diam. Dia sadar jika tidak bisa menghentikan Tatjana. Sekarang yang bisa dia lakukan hanya mengawasi Tatjana agar tidak melewati batas.