Hari ini adalah hari yang sibuk bagi Dion dan Tatjana. Mereka harus mengerjakan perencanaan game terbaru lebih cepat dari jadwalnya. Tim perencanaan pun bekerja lebih keras dari biasanya. Setelah perencanaan selesai, mereka harus cepat mencari investor untuk mendanai biaya operasional pembuatan game baru. Seperti biasa mereka harus mencari investor ke Cina. Karena di negara itu saham perusahaan mereka lumayan terjual di pasaran. Setelah berdiskusi, mereka memutuskan untuk mengirim Dion sebagai perwakilan perusahaan ke Cina. Dia akan bertemu dengan Mr. Lee Hwang sebagai calon investor untuk pembuatan aplikasi game baru mereka.
Malam hari di sebuah rumah yang besar ada seorang wanita yang sedang berdiri menelpon seseorang.
"Hallo Babe, kamu lagi apa? Sudah selesai packing?" tanya Tatjana sambil menuangkan air putih ke dalam gelasnya.
"Oh iya sudah babe, aku mau istirahat sekarang."
"Oke kalau gituh besok aku antar ke bandara ya."
"Oke makasih," ucapan itu mengakhiri sambungan telepon antara Tatjana dan Dion.
Besoknya Tatjana pergi ke rumah Dion. Dia ingin mengantarkan kekasihnya itu ke bandara. Hari ini Tatjana dan Dion berangkat lebih awal dari jadwal keberangkatan Dion. Mereka berdua membuat janji untuk sarapan bersama sebelum keberangkatan Dion. Singkat cerita Tatjana pun tiba di rumah Dion, mereka berdua segera bergegas ke dalam mobil untuk memulai perjalanan. Selama di perjalanan, mereka berdua sepakat untuk sarapan di bandara. Setelah selesai sarapan, Tatjana pun pamit kepada Dion. Dia juga meminta maaf kepada Dion karena tidak bisa mendampinginya untuk bertemu Mr. Lee Hwang. Tatjana tidak bisa pergi karena kondisi hati dan mentalnya sedang terganggu karena masalah keluarga.
***
Pada siang hari, pesawat Rara pun mendarat di Bandara Jakarta. Gunawan juga mengabarkan pada Rara bahwa Dia mengirim seorang supir untuk menjemputnya di bandara. Supir itu sudah standby menunggu Rara di pintu keluar. Rara pun keluar dari pesawat, supir yang di tugaskan Gunawan pun segera menghampirinya dan mengambil alih koper yang ada di tangan Rara. Supir itu tahu kalau Rara adalah pacar kesayangannya Gunawan. Dia harus bersikap baik supaya posisinya aman.
"Selamat siang Non,bagaimana perjalanannya menyenangkan? Sini kopernya biar saya yang bawa. Sekarang mari ikuti saya mobilnya sebelah sana." Ucap supir itu dengan sangat hati-hati. Dia tidak mau bertingkah salah di depan Rara.
Supir itu berjalan diikuti Rara di belakangnya. Setelah sampai di depan mobil, supir itupun memasukan koper Rara ke bagasi, kemudian Dia membukakan pintu untuk Rara. Ketika Rara hendak masuk ke dalam mobil, langkah Rara pun terhenti oleh seorang wanita yang memanggilnya.
"Hai mbak apak kabar? Gimana hidungnya sudah baikan?" Ucap Tatjana yang membuat Rara sedikit terkejut.
"Kamu..kamu ngapain disini. Kamu ikutin saya ya."Ucap Rara dengan sedikit cemas kepada Tatjana.
Tatjana terkekeh,"Untuk apa juga saya ngikutin kamu."
"Terus kamu ngapain disini?"
"Saya disini ada urusan, tapi kebetulan juga bertemu dengan anda disini. Saya jadi bisa melihat kondisi anda sekarang."
"Terus apa yang mau kamu lakukan setelah melihat kondisi saya?"
"Hmm gak apa-apa saya hanya jadi punya sedikit gambaran untuk kedepannya."Ucap Tatjana sambil tersenyum so manis.
"Kamu dengar ya kalau kamu macam-macam lagi sama saya, saya akan membuat Gunawan mencapampakan kalian."
"Waw menakutkan. Tapi bagaimana ya ancaman dari seseorang seperti kamu itu tidak memiliki kekuatan. Kamu tuh cuman orang rendah gak pantes ngancam-ngancam saya seperti itu."
Rara marah kepada Tatjana karena mengatainya orang rendah. Dia mau menampar Tatjana, tapi tangannya ditapis oleh Tatjana.
Tatjana tersenyum sinis, "Memang ya yang memperlihatkan kelas sosial manusia itu cara Dia mengendalikan emosi dan menyelesaikan masalah."
"Kamu pikir kelas sosial kamu seperti apa hah?" Ucap Rara dengan nada tinggi.
"Value kita bukan berasal dari barang apa yang kita pakai, tapi dari diri kita. Merasa bernilai karena barang mahal, berarti ketika barang itu tidak ada maka kita tidak ada nilainya. Meskipun wajahmu cantik karena oplas, tapi yang gen jelek tidak akan berubah. Kamu dengar baik-baik ya orang yang tahu kualitas dirinya tidak akan pernah merendahkan dirinya hanya untuk sebuah jabatan dan uang."
"Kurang ajar, lihat saja atas apa yang kamu bilang barusan aku akan membuat Gunawan untuk membuang keluarganya. Aku akan pastikan kamu dan keluarga kamu benar-benar hancur."
"Ehmm coba saja hancurkan saya dan keluarga saya. Kamu hanya akan lelah menunggu kehancuran saya."
"Anak tidak tahu diri ini. Kamu pikir kamu siapa tanpa Papi kamu. Kamu pikir kamu bisa hidup tanpa bantuan Dia. Dan kamu dengar baik-baik saya akan pastikan bahwa Papi kalian yang akan menghancurkan kalian."
"Hmm sungguh menakutkan. Coba saja lakukan itu." Tatjana menantang Rara untuk menghancurkan keluarganya. Rara hanya tidak tahu bahwa Tatjana sudah mempersiapkan senjata yang dua kali lebih canggih untuk melawan Gunawan dan Rara.
"Aku pasti akan lakukan itu. Menghancurkan mu dan keluarga mu."Ucap Rara dengan penuh emosi sambil menunjuk Tatjana.
"Ushhh turunkan tangannya, tidak baik menunjuk orang seperti itu. Orang bawah dan rendahan seperti kamu akan memperlihatkan sikap asli preman. Orang berkelas seperti saya bukan level kamu. Gunakan tangan kamu dengan benar. Jika kamu ingin melawan saya, jangan gunakan taktik adu domba ala Belanda atau kekerasan. Gunakan otak." Ucap Tatjana sambil menunjuk kepalanya. "Oh iya saya lupa kalau kamu punya otak. Kamu sudah menjual harga diri kamu pada Papi saya, tentu saja otak pun dijual. Kalau kamu punya otak, kamu tidak akan mau jadi selingkuhan Papi saya, mirisnya perempuan jaman sekarang, miskin jadi pembenaran untuk jadi selingkuhan."
"Gak penting bicara dengan anak yang hanya banyak bicara seperti kamu." Ucap Rara sambil hendak meninggalkan Tatjana dan masuk ke dalam mobil.
Tiba-tiba Tatjana menutup pintu mobil Rara dan bicara, " Hati-hati kamu bukan sedang bicara dengan orang yang suka membual saja. Suatu hari nanti kamu akan lihat siapa yang akan menang dan lebih pintar dalam pertarungan ini. Kamu yang sudah membuat arena perang ini. Sekarang mari selesaikan dengan pertempuran yang paling keren," ucap Tatjana. Setelah itu Tatjana membukakan pintu mobilnya Rara kembali, "Silahkan masuk, hati-hati dijalan. Jangan ada yang melukaimu sebelum aku," kata Tatjana sambil tersenyum sok tulus pada Rara.
Rara pun masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan parkiran bandara.
Tatjana masih berdiri melihat kepergian mobil yang di tumpangi Rara. Dalam hati dan pikiranya penuh dengan amarah dan dendam. Kini dia tak lagi peduli harus menjadi monster sejahat apapun kepada Rara dan papinya. Yang ada di hatinya hanya membalaskan dendam kepada mereka. Tatjana sudah bersumpah bahwa dia tidak akan berhenti sebelum melihat wanita dan Papinya memohon ampun di hadapan Maminya.
"Sekarang silahkan pergi dengan senang hati Rara, tapi ingat untuk kedepanya Saya pastikan Kamu yang akan mengejar Saya dan Mami saya hanya untuk sebuah permohonan maaf." Ucap Tatjana dalam hati sambil melihat kepergian Rara.