Siang ini Rara sedang berada di sebuah ruang rawat salah satu klinik operasi plastik terbaik di Korea. Dia sudah beberapa hari berada di Korea untuk melakukan operasi plastik pada hidung yang dipatahkan oleh Tatjana. Dia sangat gugup, sebab hari ini adalah jadwalnya perban Rara dibuka. Keringat dingin keluar dari seluruh tubuhnya karena takut nanti setelah dibuka perban hasilnya tidak memuaskan. Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi waktu setempat. Ditengah kegugupan Rara, masuklah seorang dokter yang gagah, tinggi dengan muka yang ganteng nyaris sempurna diikuti perawat yang menangani Rara.
"Selamat pagi Nona, bagaimana hari ini sudah siap untuk dibuka perbannya?" Ucap Dokter yang ramah dan ganteng itu.
"Hai Dokter Jin He, tentu saya sudah siap. Namun saya sedikit gugup untuk ini."Ucap Rara
"Ah iya, Nona tidak usah gugup. Hari ini Nona akan melihat bagaimana sempurnanya bentuk muka Nona setelah Kami perbaiki." Ucap Dokter
"Baiklah Dokter Saya percaya dengan Dokter dan Klinik ini."
"Baiklah Nona kalau begitu Saya izin untuk membuka perbannya."
Lalu Dokter Jin He pun membuka perban Rara dengan perlahan. Setelah selesai membuka perban muka Rara, Dokter Jin He memberikan kaca kepada Rara.
"Daebak Dokter, ini sangat luar biasa. Saya sangat suka dengan hasil akhirnya. Ini lebih baik dari sebelumnya, hidung Saya lebih mancung dan wajah Saya semakin cantik. Aaaa Dokter Saya sangat berterima kasih kepada Dokter." Ucap Rara sambil reflek memeluk Dokter Jin He.
Dokter Jin He pun kaget dengan pelukan yang diberikan Rara kepadanya. Dia hanya diam dan kikuk karena canggung dengan apa yang dilakukan Rara. Rarapun melepaskan pelukannya kepada Dokter Jin He.
"Maaf Dokter, saya hanya reflek karena bahagia."Ucap Rara dengan nada canggung.
"Ah iya nggak apa-apa Saya paham Kamu pasti senang. Kalau begitu Kami akan memeriksa dulu wajah kamu untuk memastikan semuanya sudah baik. Setelah itu kamu boleh pulang."
"Baik Dokter silahkan." Ucap Rara.
***
Setelah Rara diizinkan pulang dari Klinik, Rara memutuskan untuk menginap di sebuah Hotel daerah Gangnam. Setelah chek in, Dia pergi ke sebuah pub yang tidak jauh dari Hotel tempat Dia menginap. Dia duduk di sebuah meja dan memesan minum. Ketika sedang menikmati minumannya, datang dua orang lelaki mabuk menghampirinya.
"Hai cantik sendiri aja? Mau ditemani gak?" Ucap kedua lelaki itu sambil duduk di kursi meja Rara.
"Nggak makasih tawarannya." Ucap Rara. Dia sedikit resah oleh kedatangan dua lelaki itu.
"Hei masa cantik-cantik sombong sih."Ucap salah satu pria sambil berusaha menyentuh Rara.
"Fuck!"Ucap Rara sambil berdiri. " Lo berdua bego ya? Gue kan udah bilang kalau gue gak butuh teman."Ucap Rara dengan nada tinggi. Perkataan Rara membuat membuat kedua pria itu marah.
"Lo cewek murahan berani ngatain kita bego?" Ucap seorang lelaki itu sambil mengangkat tangan untuk menampar Rara. Namun ketika tangan lelaki itu di ayunkan untuk menampar Rara, ada sebuah tangan yang menahan tamparan itu.
"Maaf kalau Anda pukul wanita Saya, Saya akan mematahkan tangan Anda." Ucap lelaki yang menahan tangan berandal itu.
"Dokter Jin He." Ucap Rara sambil menengok ke arah pria yang menolongnya.
"Ah sial, seharusnya lo bilang kalau kesini sama cowo lo."Ucap salah satu lelaki yang mabuk tadi. Kemudian dia menarik tangan kawan yang ingin menampar Rara untuk pergi.
"Kamu baik-baik saja Nona?" Ucap Dokter Jin He kepada Rara.
"Iya Dokter saya baik-baik saja. Terima kasih sudah menolong saya tadi."
"It's ok, lain kali kamu jangan ke tempat seperti ini sendiri."
"Ah iya, Dokter kesini sama siapa?"
"Saya sendiri Nona."
"Kalau begitu Dokter mau gabung sama saya?"
"Oh iya tentu kalau kamu tidak keberatan."
Merekapun berbincang segala hal. Mereka juga sepakat untuk saling bicara santai satu sama lain. Jin He juga menceritakan sedikit tentang kisah hidupnya. Dia berbicara soal alasannya menjadi dokter spesialis operasi plastik. Dia juga membicarakan hubungan rumah tangganya yang kandas karena istrinya mencampakannya. Sampai akhirnya Jin He balik bertanya kepada Rara kenapa hidungnya bisa sampai patah begitu.
"Ngomong-ngomong hidung kamu kenapa? Kok bisa sampai patah begitu?"
"Apa kamu serius ingin mendengarnya? Aku takut jika kamu membenciku setelah mendengar ceritaku."
"Cerita saja. Aku siap mendengarnya."
"Aku wanita simpanan."
"Jangan bohong kamu."
"Aku tidak bohong. Aku berselingkuh dengan direktur utama di kantorku."
"Yang benar saja?" Jin He tak mempercayai ucapan Rara.
"Demi Tuhan aku benar-benar seorang simpanan. Aku sugar baby."
"Really?"
"Iya, mungkin Aku dipandang kotor oleh kebanyakan orang. Tapi itulah hidupku sekarang. Aku sudah terbiasa dengan ini"
"Apa yang membuatmu menjadi sugar baby."
"Aku harus bersamanya jika tidak aku akan dipecat. Lelaki buaya seperti Gunawan tidak akan pernah menyerah begitu saja. Jika tidak bisa memilikiku maka dia akan menghancurkan aku. Sekalian saja aku manfaatkan uang dia. Kami barter. Aku memberi kenikmatan, dia memberikan aku uang dan kuasa."
Jin He yang sedang minum hanya merespon dengan anggukan. Mereka sudah satu jam duduk bersama. Satu botol alkohol sudah habis mereka tenggak bersama. Jin He sudah sedikit mabuk. Ketika Jin He sedang minum, Rara terus memperhatikan Pria di depannya itu, kemudian Dia berdiri dan pindah duduk ke sebelah Jin He. Rara menatap Jin He yang sedang minum dengan seksama.
"Ternyata kalau diperhatikan dari dekat kamu lebih menarik ya."Ucap Rara dengan muka genitnya sambil menatap wajah Jin He.
Jin He tersendak mendengar ucapan Rara kemudian Dia menghadapkan wajahnya ke Rara. " Kamu ngomong apa? Aku memang sudah menarik sejak dulu makanya aku jadi dokter spesialis operasi plastik"
"Ehmmm iya tentu Dokter Jin He ini sangat menarik sekali sampai membuat saya tidak bisa memalingkan muka dari wajah Dokter."
"Ehmmm kamu menggoda saya?"
"Nggak juga, Aku bicara fakta lo ini."
"Kalau begitu,,,,,"Ucapan Dokter Jin He terhenti lalu dilanjutkan oleh mukanya yang mendekati muka Rara, Dia mencium pipi wanita itu.
Wanita itu sedikit kaget lalu berucap denga genit. "Gitu doang Dok?", Keluarlah sikap asli Rara yang memang seorang penggoda
"Kamu mau sampai mana dengan saya?"
"Sampai kamu menyerah malam ini." Ucap Rara dengan muka yang menengadah kepada Jin He.
Jin He yang merasa tertantang mendekatkan mukanya ke muka Rara. Bibir mereka bertemu dan bertaut. Mereka tidak perduli lagi dengan sekitar.Pertemuan antar bibir yang cukup hangat dan semakin lama semakin menuntut satu sama lain.
Jin He melepaskan pertemuan bibir mereka dan berbisik kepada Rara."Kita ke apartemen," kata Jin He dibalas anggukan oleh Rara.