Sebelum Penyerangan...
Seorang pemuda tampan, dengan tubuh tegap tengah memandangi satu kotak beludru yang terlihat sangat elegan, yang di dalamnya terdapat sebuah cincin berlian manis dengan kilau yang menakjubkan. Pemuda itu pun senyum-senyum antara membayangkan bagaimana reaksi si penerimanya nanti dan bagaimana ia membayar cicilan kartu kreditnya, waktu melirik ke invoice pembayaran dengan angka nol yang ujungnya mungkin ada di Bekasi saking panjangnya, belum lagi wrapping pack dan bag custom bertuliskan merk perhiasan terkenal di Perancis itu. Mungkin modal packingnya sama dengan modal franchise es boba kenamaan di negeri ini.
Ketika sang pemuda masih senyum-senyum hampir ayan memikirkan cicilan, tiba tiba pintu ruangannya di buka kasar sesosok makhluk cantik tinggi semampai, yang mukanya mulai masam bak mangga muda belum matang udah di bikin rujak, terus sambelnya kepedesan. Sang pemuda pun hampir menjatuhkan kotak beludru berisi cincin berliannya ke jendela yang mungkin akan menggelinding ke bawah, sehingga ia nantinya harus ribut sama IT si setan badut penguasa bawah tanah.
"Dion!" sentak si perempuan cantik. "Ikut aku sekarang. Mami di rumah sakit. Dia diserang selingkuhannya Papi. Gundik itu memukul kepala Mami dengan vas bunga. Batalkan meeting kita hari ini dengan Mr. Cong Cakwe. Mengurus Mami lebih penting. Aku sudah meminta Miska untuk reschedule. Kamu kirim email permintaan maaf kita pada Mr. Cong Cakwe karena pembatalan meeting. Aku tunggu di lobby," ujar seorang perempuan cantik.
Perempuan cantik itu Tatjana. Ia sedang bicara dengan kekasihnya, Dion. Sepasang kekasih itu membangun perusahaan game.
Tatjana sudah siap di depan mobilnya ketika Dion turun ke loby. Mereka pun segera bergegas menuju rumah sakit tempat Mami Tatjana di rawat. Sesampainya disana Irma sudah di tangani dengan baik dengan kepala di perban seperti di sinetron, sementara adiknya Tatjana, Tita dengan mata sembabnya segera beranjak dari kursi di sebelah tempat tidur Irma berlari ke pelukan Tatjana. Ia terisak kala mengadukan kelakuan Papinya dan apa yang sudah di perbuat oleh Rara si Gundik.
"Tadi benar-benar kacau di rumah, jadi si gundik itu memutar balikkan fakta ketika Papi datang dan entah kenapa Papi percaya saja semua ucapan si gundik itu, Dia bahkan mengancam Mami bahwa dia bisa saja menghancurkan karir Papi dan membuat kita semua berada di jalanan. Dia bilang mencari sugar daddy baru pengganti Papi. Papi tidak mendengar ucapan gundik itu dan ketika Mami coba adukan itu, jalang itu playing victim dan balik memfitnah Mami. Aku gak tau lagi mau bagaimana tadi kak. Rasanya ingin ku balas tadi kepalanya si gundik. Mau aku geprek kepalanya pake botol. Aku lihat darah Mami yang sudah bercucuran keburu panik, jadi aku fokus bawa Mami ke rumah sakit. Maafin aku kak. Aku gak bisa menahan Papi untuk pergi bersama si gundik," ujar Tita sambil terisak dan meluapkan kesedihannya pada Tatjana.
Tatjana yang biasanya kuat, tak kuasa menahan linangan air matanya melihat adiknya bercerita demikian pilunya. Ia memeluk adiknya begitu erat dan menahan kemarahan yang tak terbendung terhadap Gunawan dan Rara.
Pelan-pelan Tatjana melepaskan pelukan adiknya setelah menenangkannya, lalu menghampiri Irma yang masih lemas dengan mata yang tak kalah sembab.
"Mi...yang kuat yah Mi. Mami jangan fikirkan perkataan si gundik maupun ancamannya, ada Tatjana disini, Tatjana akan berusaha sebisa Tatjana untuk membuat Mami tetap hidup layak. Tak ada yang perlu Mami khawatirkan, masalah Papi mau bangkrut atau dicuri si gundik itu. Bagiku, Papi udah gak ada, sekarang tinggal Mami, Tita dan Tatjana saja. Kita pasti bisa melewati semua ini. Aku akan membuat perhitungan dengannya. Bagaimana pun ini sudah tindakan kriminal. Dia telah menghancurkan keluarga kita dan sudah berani menyerang Mami. Ini tidak bisa di biarkan. Dia melewati batas." Tatjana marah dan mengepalkan tangannya. Matanya nanar seakan menahan emosi yang bisa menukar Monas dan menara Eifel dan bahkan merubah menara Eifel jadi menara evil.
Lihat saja kau Gundik, aku akan buat perhitungan dengan mu...ancam Tatjana dalam hati.
Dion mengerti kekasihnya kini sedih, marah dan kesal. Alasan Tatjana kabur dari rumah karena tidak tahan dengan sikap otoriter Gunawan dan kelakuan bejat sang ayah. Gunawan playboy dan hobi selingkuh. Entah bagaimana Irma bisa tahan menikah dengan pria seperti Gunawan. Dion membawa kekasihnya keluar ruangan agar Irma bisa istirahat.
Tangis Tatjana pecah, tak kuasa menahan amarah. Dion merangkulnya dan memberi Tatjana waktu untuk meluapkan segala emosinya.
Dengan terbata-bata Tatjana mulai bicara,
"Aku gak sanggup melihat Mami seperti ini. Aku marah! Aku sangat marah! Marah sama Papi dan terlebih lagi sama si Gundik biadab itu".
Dion tak memberikan komentar dulu, ia tahu betul kekasihnya hanya ingin didengar. Iapun membiarkan Tatjana bicara saja sampai puas.
"Bisa-bisanya Papi membiarkan gundik itu menghina Mami, memfitnah Mami sekaligus menghancurkan keluarga kami. Aku benar-benar ingin menghancurkan perempuan iblis itu hingga tidak ingin hidup lagi " Tatjana berbicara dengan gemas sambil menangis tergugu. Dion ikut sedih. Ia bisa merasakan apa yang dirasakan Tatjana.
"Aku mengerti betul perasaanmu, perempuan itu memang sudah keterlaluan," sahut Dion sambil berusaha menengkan Tatjana.
"Kamu tahu apa yang akan aku lakukan pada perempuan itu? Aku benar-benar akan menghancurkannya. Mulai dari hidung, mata, telinga, semua yang dia selalu bangga-banggakan akan aku hancurkan, termasuk karirnya. Termasuk Papiku sendiri kalau perlu. Akan ku hancurkan mereka berdua!"
Dion kali ini benar-benar membisu. Ia tak mampu lagi merubah kekerasan hati kekasihnya itu. Dion tak bisa menyalahkan Tatjana. Kelakuan Gunawan memang sudah tidak bisa di tolerir. Figurnya sebagai seorang ayah sudah dia hancurkan sendiri karena hawa nafsunya.
"Aku ngga bisa berpangku tangan saja Dion! Terlebih lagi melihat kondisi Mami saat ini. Bukan cuma fisiknya tapi aku juga bisa membayangkan sehancur apa hatinya saat ini. Mendapatkan suami yang di cintainya, yang dia bela setengah mati itu, begitu berkhianat, dan kejaaaaammm! Entah pakai pelet apa si gundik sialan itu. Papi seperti kerbau yang di cocok hidungnya!"
"Sayang, dengar aku. Aku tahu saat ini kamu benar-benar geram. Tapi kita harus memperhitungkan segala sesuatunya dengan baik juga sayang. Jangan sampai emosi yang menguasaimu malah membuatmu dalam masalah. Apapun yang mau kamu lakukan, yang pasti aku akan selalu mendukungmu. Namun aku mohon, kita harus pakai cara yang elegan."
Tatjana mengerti betul maksud pembicaraan Dion. Dion hanya tidak mau mereka nantinya akan terlibat masalah besar bila Tatjana terlalu nekad. Tapi bukan Tatjana namanya bila ia tidak bisa melancarkan aksinya tanpa backup. Tatjana adalah ahlinya berstrategi. Maka apapun yang hendak ia lakukan, ia sudah tahu bagaimana cara nya agar ia luput dari masalah.