"Gimana kamu bisa masuk ruangan ini? Pintu sudah aku kunci." Tanya Rara dengan ekspresi kaget. Wajahnya memutih.
"Cara gue masuk sini ga usah lo tanya." Tatjana bertepuk tangan. "Lo ga sekedar wanita murahan ya. Udah murahan mulut lo berbisa. Racunnya lebih mematikan dari ular kobra. Bisa-bisanya lo hasut papi gue buat menyakiti anak dan istrinya. Dasar pelacur tak punya hati."
"Tatjana jaga ucapan kamu." Gunawan meradang karena Tatjana menghina Rara.
"Aku ngomong fakta pi. Kenapa harus jaga ucapan? Harusnya papi jaga kemaluan biar ga serong sana serong sini," ucap Tatjana tajam dan frontal.
Gunawan tertohok mendengar ucapan Tatjana. Rara mematung dan diam ditempat. Entah aura apa yang dipancarkan Tatjana hingga ia ketakutan. Tatjana mengelilingi Rara. Matanya tak lepas dari tubuh Rara.
"Pi. Ternyata selera papi rendahan banget. Kalo mau selingkuh cari lebih tinggi levelnya dari mami. Keliatan banget murahan dan onderdilnya kw. Oplas aja kayak gini apalagi aslinya. Pasti jelek. "Tatjana mencibir fisik Rara. Walau body shaming merupakan kejahatan tapi untuk seorang Rara kata-kata itu pantas diucapkan.
Tatjana mencubit hidung Rara hingga wanita itu berteriak histeris. Sakit yang tadi belum sembuh dan Tatjana malah menambah rasa sakitnya. Gunawan bangkit menolong Rara, namun tertahan karena tangannya dipasang infus.
"Please papi. Jangan sok berlagak pahlawan. Jangan berani menolong gundik ini. Sugar daddy mau melindungi sugar baby. Papi tenang aja disana. Jadi penonton yang baik," ucap Tatjana lembut namun terdengar mengerikan di telinga Gunawan.
Tatjana menjambak rambut Rara. Jambakan Tatjana sangat kasar hingga Rara berteriak kesakitan. Wanita itu melawan namun kalah kuat. Semakin Rara melawan jambakan di rambutnya makin kasar.
"Buka telinga lo lebar-lebar pelacur kecil. Sakit yang lo rasakan belum seberapa dengan rasa sakit yang dirasakan mami gue. Jika lo masih sayang sama diri lo. Jauhi papi gue dan enyah dari kehidupannya. Lo masih muda dan masa depan lo masih panjang. Umur lo dibawah gue. Yang lo selingkuhin itu Bapak gue. Bapak gue sepantaran sama Bapak lo. Gue peringatkan untuk pertama dan terakhir kalinya. Jangan menjadi duri dalam daging. Jangan bermain api jika tak ingin terbakar. Jangan pernah merusak kebahagiaan wanita lain. Ga kasian sama ibu dan adik lo dikampung? Jika aib lo gue umbar gue jamin lo ga bakal mau hidup lagi."
Rara meringis menahan rasa sakit. Ia memberontak dan balik menjambak rambut Tatjana.
"Gue gak selemah yang lo kira," ucap Rara angkuh. Ia balik mendorong Tatjana hingga jatuh membentur dinding.
"Ternyata lo punya nyali juga pelacur," cibir Tatjana seraya tertawa.
"Gue bukan pelacur. Jaga ucapan lo." Rara tak terima penghinaan Tatjana.
"Kalo ga pelacur trus apa? Abis ena-ena sama Bapak gue trus lo dibayar dan dibiayai oplas. Kalo bukan pelacur gue nyebut lo apa? Istri muda juga mungkin karena lo ga dinikahin sama Bapak gue."
"Tatjana hentikan!" Hardik Gunawan tegas.
"Daddy. Biar aku selesaikan masalah ini. Dad istirahat aja." Rara menenangkan Gunawan.
"Kasih tahu tipsnya dong kenapa Bapak gue tunduk banget sama lo? Lo pakai jaran goyang apa pelet tempe?"
"Hentikan omong kosong lo! Sudah cukup lo menghina gue. Gue wanita terhormat." Rara menatap Tatjana bak singa lapar.
"Lo sendiri yang bikin diri lo terhina. Gimana lo mau jadi wanita terhormat jika harga diri lo aja udah tergadaikan. Abis di grepe-grepe papi gue lo disiram duit. Trauma hidup miskin ya?" Cemooh Tatjana.
Tatjana tahu jika ucapannya sudah keterlaluan. Namun rasa sakit lebih mendominasi dan membuatnya lepas kendali. Tatjana sudah tahu identitas dan latar belakang Rara dari detektif bayarannya. Dalam hitungan jam ia sudah mengetahui dimana Rara lahir, sekolah, tempat tinggal dan pekerjaan orang tua Rara.
Rara berasal dari keluarga kurang mampu. Ayahnya hanya seorang buruh dan sudah meninggal. Ibunya hanya ibu rumah tangga. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil kecil nan sempit. Semenjak Rara kerja di TA dan jadi gundik, Rara bisa membuat rumah mewah untuk sang ibu. Ia mendapatkan uangnya dari Gunawan.
"Kalo mama lo tahu kerjaan lo jadi gundik lintas BUMN gimana ya? Mungkin mama lo serangan jantung."
Rara menampar Tatjana karena mengancamnya dengan membawa sang ibu.
"Jangan pernah libatkan ibu gue dalam masalah ini. Setetes aja air mata ibu gue keluar karena lo. Gue ga segan bunuh lo." Rara balik mengancam Tatjana.
Tatjana berdecih menghina Rara. Sekali gundik tetap saja gundik. Harga diri tergadai oleh uang. Demi hidup mewah dan glamour rela jadi simpanan om-om.
Tatjana mengambil air minum di meja. Ia menyiram tubuh dan rambut Rara. Baju Rara basah.
"Lo marah ketika gue ungkit tentang ibu lo. Itu yang gue rasakan gundik ketika lo nyakitin mami gue. Kalo ga mau dicubit jangan cubit duluan. Lo wanita tapi ga punya hati. Harta sudah membutakan lo. Gue tahu lo jadi gundik karena dapat kemewahan dari papi. Lo trauma hidup miskin. Papa lo cuma buruh, tinggal di rumah sempit dan kumuh. Lo ga tahu diri dan gengsian. Ga mau kalah dari orang lain."