Chereads / Laras: Destiny / Chapter 7 - 6

Chapter 7 - 6

Verga termenung sedari tadi didalam kelas, ia tak fokus pada Dosen yang sedari tadi memberi penjelasan didepan sana, pikirannya dipenuhi dengan Laras saat ini. Wajahnya sedari tadi hanya datar saja, jemarinya memainkan pulpen yang ada ditangannya. Tak berniat menulis sesuatu sama sekali.

Ia menyalakan layar hpnya kemudian mendapat notifikasi pesan dari orang yang baru saja ia pikirkan.

From : 𝙇𝙖𝙧𝙖𝙨

'syukurlah, aku melihatmu tidak absen dari kelas lagi, semangat belajarnya. Btw coba lihat ke arah jendela yang ada disudut kiri.'

Verga segera menolehkan kepalanya kearah kiri lebih tepatnya pada jendela, ia bisa liat jelas Laras yang sedang melambaikan tangan kearahnya, jangan lupa senyuman gadis itu, Verga rasa ia sulit untuk mendiami gadis itu, senyumannya saja sudah membuat pertahanannya runtuh, apalagi sampai harus mendiaminya.

Tapi tetap saja, Verga tak membalas senyum Laras ataupun dengan sekedar lambaian tangan saja, pria itu hanya menoleh lalu menatap Laras beberapa detik kemudian berbalik keposisi semula lagi. Tapi Laras tak mau ambil pusing dalam hal itu, mungkin saja Verga memang berusaha untuk fokus dengan penjelasan dosen didepan sana.

-

Jam sudah menunjukkan angka 12 siang, sebagian mahasiswa sudah berhambur keluar karena memang hanya mendapatkan satu jadwal mata kuliah saja, termasuk Verga dan Laras.

Baru saja berjalan 4 langkah meninggalkan kelas, Verga sudah dikejutkan dengan kehadiran Laras yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Ah, senyum yang ditampilkan oleh Laras itu membuat nya semakin merasa tidak enak karena sempat mengabaikannya, namun tetap saja. Verga sudah bertekad dengan dirinya sendiri untuk mendiami gadis itu dulu sementara, hitung hitung memberinya sebuah pelajaran kecil karena sudah berani membohonginya.

"Ayo makan siang, cacing di perutku sudah meronta sedari tadi, tenang saja, aku traktir, kok." Ajak Laras sembari memegangi perutnya yang menambah rasa gemas pada diri Verga dengan gadis yang lebih pendek didepannya itu.

Laras menarik tangan Verga, namun sepertinya pemilik tangan itu tak bergerak sama sekali, Laras mendongak menatap wajah Verga yang sedang menatapnya datar.

"Aku sibuk," sahut Verga. "Lain kali saja." Lanjutnya kemudian melepas pelan tangan Laras dari lengannya.

"Tapi kena-"

"Tak usah bertanya alasannya, aku ini seorang mahasiswa tentu saja ada kesibukan juga, tidak selamanya bisa diajak menghabiskan waktu denganmu." Potongnya dengan nada dingin.

"Tapi tid-" sahutan Laras terpotong ketika mendengar Verga yang berdesis kesal. Ia menunduk merasa bersalah, gadis itu merasa bersalah karena menyadari sudah beberapa kali membuang sia sia waktu Verga ketika bersamanya.

"Maaf, lain kali aku janji tak akan menyia nyiakan waktumu lagi, besok aku bawakan bekal saja, yah? sebagai permintaan maaf ku." ucap Laras tulus.

Verga mengidikkan bahunya seakan tidak peduli dengan omongan Laras. "Ya ya ya, terserah mau mu saja, bye." kata terakhirnya sebelum melangkah perlahan meninggalkan Laras yang tersenyum sendu menatap punggung Verga yang mulai menjauh.

Verga POV

Aku benar benar merasa tidak enak padanya setelah mengabaikannya dengan beberapa ucapan ketus yang kulontarkan kepadanya. Aku menggigit ujung kuku ku yang sedikit panjang, aku merasa sangat bimbang saat ini, bagaimana jika gadis itu yang balik mendiami ku. Aku mengenal diriku sendiri dengan baik, kurasa hidupku kurang menyenangkan tanpa mendengar ocehan dia sehari saja.

Setelah sibuk berdebat dengan isi fikiranku, akhirnya aku berbalik menyusul Laras ketempat tadi, aku ingin meminta maaf dengannya. Aku menghentikan langkahku didepan kelas tadi, kuedarkan pandanganku keseluruh penjuru kampus, aku tetap tak menemukan gadis itu.

Aku kembali melangkah ketika mengingat sesuatu dalam otak cerdas ku, gadis itu tidak membawa mobil hari ini, mengingat ia yang begitu malas untuk sekedar menyuruh seseorang saja untuk mengganti ban mobilnya, atau mungkin memang ia yang sudah tidak peduli lagi pada mobilnya itu.

Langkahku terhenti seketika, mendadak tubuhku menjadi kaku dengan raut wajah yang sedang terkejut setengah mati, jantungku bahkan rasanya sudah berhenti berdetak dalam sana. Pemandangan ini benar benar menyesakkan bagiku.

Bagaimana tidak? kulihat didepan sana Varo, pria sialan itu tengah memeluk Laras penuh afeksi, meskipun Laras tidak membalasnya sih, tapi tetap saja gadis itu tak menolak sama sekali, tidak mungkin jika aku datang menghentikan keduanya dengan alasan aku tidak suka melihat hal itu, atau bahkan membentak Laras karena mau saja dipeluk dengan orang yang sudah menyakitinya, it's not my style.

Sudah cukup! aku membalikan tubuhku dan kembali melangkah dengan emosi yang membara, benar benar seperti dihianati. Aku tau, aku ini hanya sahabatnya saja, bukan kekasih atau selebihnya, tapi salahkah jika aku punya perasaan lebih kepadanya?

Verga POV end

"Ekhem, kurasa tidak perlu memelukku seperti ini, orang orang menatap kita." Ucap Laras pelan, Varo justru terkekeh dibuatnya. Pria itu melepas tubuh Laras dari pelukannya, dilanjut dengan usapan lembut di pipi gadis itu.

"Terimakasih sudah memberiku kesempatan kedua." Ujar Varo.

"Eh pede sekali, aku tak memberimu kesempatan kedua. Aku hanya memberimu kesempatan untuk bercerita, tidak lebih." jelas Laras, ia tak ingin ada kesalahpahaman yang timbul.

"Aku yakin, setelah mendengar penjelasan ku, kau akan kembali menerimaku secara perlahan. Karena bagaimanapun juga, kau pasti masih mencintaiku kan, Ras?"

Pipi Laras mendadak memanas, ia menundukkan kepalanya agar Varo tidak melihat pipinya yang tengah memerah saat ini. Yang dikatakan Varo memang ada benarnya.

"Astaga menggemaskan sekali, sih?" ujar Varo gemas. Pipi Laras rasanya semakin bersemu karena pria itu.

"Hei tunggu aku, astaga haha." Varo menggelengkan kepalanya gemas menatap Laras yang sudah lebih dulu masuk kedalam mobil meninggalkannya. Varo tau betul, gadis itu pasti sedang salah tingkah karena ulahnya.

Mereka berdua meninggalkan area kampus untuk menuntaskan kesalahan yang sempat terjadi di masa lalu. Laras berharap penuh kepada Tuhan, semoga setelah ini, semuanya akan baik baik saja seperti semula.

-

Sudah 3 hari semenjak kejadian itu. Verga selalu menghindar ketika bertemu dengan Laras tanpa sengaja, gadis itu dibuat bingung dengan sikap Verga. Menurutnya ia sama sekali tidak berbuat salah, tapi kenapa sahabat kesayangannya itu justru menjauhinya. Tidak masuk akal jika pria itu mengatakan 'sibuk' sebagai alasannya.

Verga juga sudah tau bahwa selama 3 hari belakangan ini, Varo selalu menempel kepada laras layaknya sebuah magnet. Melihat itu Verga merasa posisinya perlahan digantikan oleh Varo, salahkan dirinya yang terlalu keras kepala dengan segala emosinya. Laras sudah membujuknya setiap hari bahkan tanpa henti, hanya saja pria itu yang selalu mengabaikan Laras.

Seperti di jam makan siang saat ini, Laras lagi lagi muncul didepan kelas Verga setelah melihat beberapa mahasiswa berhamburan keluar setelah sang Dosen mengakhiri waktu pertemuan mereka.

Laras melihat Verga yang tengah mengaitkan tasnya pada sebelah bahunya, dengan hoodie putih yang ia gunakan, benar benar terlihat keren. Laras melangkah menghampiri Verga yang lagi lagi berjalan cepat untuk menghindarinya.

Kali ini Laras berhasil menghentikan langkah pria itu karena tarikannya. "Aku sibuk, Ras. Tolong lepaskan." pinta Verga dengan wajah datarnya menatap malas wanita yang ada dihadapannya.

"Aku tidak percaya, sekarang jelaskan semuanya kepadaku, karena apa kau menghindari ku, kali ini jangan membual!" tegas Laras mengeratkan genggamannya pada lengan Verga.