Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

School of Persona

🇮🇩aleyshiawein
268
Completed
--
NOT RATINGS
160.8k
Views
Synopsis
Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.
VIEW MORE

Chapter 1 - Rainy Inaguration Night

Lebih dari tiga orang berkumpul di sebuah aula gedung empat lantai di Bogor malam itu. Puluhan orang pengisi keramaian seluruhnya berpakaian semi-formal bisnis, sebagaimana aula tersebut disetel dengan gaya senada. Kebanyakan dari mereka adalah anak muda, sisanya orang tua. Satu acara tengah dinantikan untuk segera dimulai, bosan dengan hanya menyaksikan satu tayangan teaser dengan musik menggugah semangat pascahujan.

Ya, jangan lupakan kalau Bogor adalah kota dengan curah hujan tinggi di Indonesia. Guyuran hujan deras sejak tadi siang nampaknya tidak menurunkan antusiasme orang-orang yang hadir dalam acara tersebut. Justru sebaliknya, semakin malam dan dingin, semakin mereka menciptakan kehangatan melalui serangkaian interaksi dan obrolan lintas topik lintas generasi.

Acara itu bukanlah acara networking untuk para pebisnis atau politisi, namun semuanya tampak aktif dengan obrolan yang berbobot. Sesekali tertawa untuk meregangkan otot tak masalah. Begitu seru dan akrab suasananya, hingga tak sadar mereka jika layar putih lebar dan luas di depan sudah berhenti menampilkan teaser video dan musik penggugah semangat.

Layar putih itu telah berganti menjadi slidia presentasi statis. Semua orang dalam ruangan kembali ke tempat masing-masing, berhenti dari aktivitas sebelumnya.

Seorang gadis muda yang tampaknya masih atau baru saja lulus SMA maju ke atas panggung. Oh, Ia tak sendiri, satu lelaki yang sepertinya sebaya dengannya ikut menemani. Dua mikrofon dan tablet di tangan masing-masing. Mereka adalah MC acara tersebut.

"Good evening, ladies and gentlemen!" Buka si MC wanita. Suaranya mulai menggema di ruangan.

"Evening ..." jawab audiens kompak.

"Let's make an introduction first. I'm Selcia, and this is Randy, we are the MC for tonight special event."

Semua orang bertepuk tangan menyambut dua MC yang belum apa-apa sudah menunjukkan chemistrynya diatas panggung.

"We would like to say welcome everyone to our beloved house and school in this rainy day. We hope that your enthusiasm won't be chilled out by the weather, but conversely, it would be firey," sambung si MC pria yang mendapat gelak tawa halus dari orang-orang di depannya.

"Yes, Randy, pastinya, karena acara ini sudah lama dinantikan oleh para awardee HSL khususnya angkatan enam nih ..."

"Wah, iya bener banget Sel. Kita juga sebagai awardee HSL angkatan lima yang sudah bekerja keras untuk acara malam ini tentunya gak sabar ya untuk menutup mega project akhir tahun yang finally ... selesai di hari ini. Tepuk tangan dong buat angkatan lima ..." Randy memimpin acara tepuk tangan yang tidak langsung untuk membanggakan diri dan angkatannya.

Selcia tersenyum sok canggung, "Mohon maaf ya teman-teman, Ayah, Bunda, dan Dewan Kontributor, Randy memang narsis," ujarnya yang kembali disahuti gelak tawa.

"Oh ... you know what Sel? Kata Wakil Menteri Perdagangan Indonesia, Bapak Haikal, alias Ayah Kita tercinta yang katanya baru aja pulang dari Wageningen hari ini, balanced narcism is helpful loh, it's like method of selling yourself," ujarnya merujuk seorang pria berusia hampir paruh baya di deretan meja paling depan. Audiens kembali tergelak, sementara pria yang dimaksud Randy tadi hanya senyam-senyum berbangga diri. Narsis sebagaimana biasanya.

Selcia mengangguk-ngangguk, "Hmm, I see that. But talking about narcism, some people that would be showing off tonight also have sort of that thing loh Ran."

"Oh ya? Wah sebenernya malam ini ada acara apa sih Sel?"

"Aduh gimana nih Randy kok gak dikasih tau audiensnya dari awal sih ada acara apa malam ini?" Selcia memulai drama ala-alanya. Padahal sudah jelas judul acara malam ini ditampilkan di layar putih belakang mereka.

"Aduh maaf maaf, kelupaan. Langsung aja ya, para hadirin dan undangan sekalian, Selamat datang di acara 'The inauguration night of the President and Cabinet of School of Persona, Batch 2042-2043'!"

Suara tepuk tangan kembali terdengar meriah. Jauh lebih meriah dari sebelumnya.

"Baik ... kalau begitu langsung saja Kita mulai acara ini lebih formal dan sistematis. Sebagai rangkaian acara pertama, mari Kita bersama dengarkan opening speech dari Founder School of Persona, Bunda Adriana Gerrie. Kepada Bunda, time is yours."

Selcia dan Randy kembali ke tempat sebelumnya dibalik panggung, digantikan oleh pemberi speech, Adriana. Tepuk tangan diterimanya ramai-ramai, terlebih dari satu orang yang sedari tadi duduk disampingnya; Haikal, suaminya. Pria itu tak henti-hentinya tersenyum bangga, meskipun ini tentu saja bukan pertama kalinya Ia melihat Adriana memberikan pidato diatas panggung. Sudah sering, tapi Haikal tak pernah bosan.

"Well ... hmm, dear committee, should I speak in English or Bahasa? You guys confusing me," tanyanya dengan logat British pada panitia acara di depan. Sontak semua audiens tertawa. Pakaian boleh formal, tapi gaya bicara dan pembawaan Adriana di yayasan pendidikan yang dibangunnya bersama Haikal selalu santai dan antiformal.

"In Bahasa Indonesia atau Sunda juga boleh, Bunda," celetuk seorang panitia. Kembali audiens tertawa pelan.

Adriana hanya geleng-geleng kepala, "Baik. Terimakasih kepada angkatan lima yang sudah bekerja keras untuk acara malam ini, dan juga selamat datang kepada tamu undangan dan Dewan Kontributor yang telah menyempatkan hadir malam ini disela-sela kesibukannya," bukanya.

"Pertama-tama, Saya ingin mengucapkan selamat kepada seluruh pihak yang berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan School of Persona hingga kini telah memasuki angkatan ke-6."

Suara tepuk tangan kembali terdengar meriah.

"Hari ini, restrukturisasi, reorganisasi kepemimpinan dalam asrama, sekolah, sekaligus yayasan kembali dilakukan untuk memberikan kesempatan yang setara bagi setiap awardee Haikal Scholarship Leadership atau HSL di School of Persona."

"Kami, dan lebih jauh lagi Kita, akan senantiasa terus berkembang dan meningkatkan kapasitas untuk bersama-sama menyambut Generasi Emas 2045. Dengan mendidik, membina, serta mengarahkan para awardee HSL di School of Persona untuk menjadi pribadi-pribadi yang berkualitas, bermoral, dan berkepribadian kuat."

"Kemudian tidak lupa Saya ucapkan selamat kepada Presiden terpilih School of Persona angkatan keenam beserta jajaran kabinetnya. Semoga kalian semua dapat mengembangkan diri sebaik mungkin melalui tanggungjawab yang diamanatkan pada kalian."

"Sekian dari Saya, terimakasih."

Adriana menutup pidatonya, kemudian kembali ke tempatnya dengan iringan tepuk tangan. Haikal mengerlingkan sebelah matanya begitu Adriana kembali ke sisinya. Jangan heran, itu kebiasaannya setiap sang istri selesai berbicara di depan publik.

Randy dan Selcia kembali.

"Aduh Sel, tau gak sih?" Randy berekspresi dramatis.

"Kenapa Ran?"

"Setiap abis denger Bunda Adri pidato tuh rasanya selalu mengapi-api gitu gak sih? Seperti tersihir jadi lebih semangat gitu," jawabnya yang segera disambut gelak tawa. Adriana yang dibicarakan hanya tersenyum 'julid' padanya. Awardee HSL yang satu itu memang terkenal sangat narsis seperti yang dikatakan Selcia.

"Iya bener banget Ran. Kalau gitu langsung aja Kita sambung deh ke acara selanjutnya."

Randy melihat layar tabletnya, "Hmm sebenernya ada satu lagi nih speech yang harusnya Kita dengerin Sel, dari Wakil Ketua Dewan Kontributor School of Persona. Tapi sayang katanya beliau gak mau."

"Loh? Kok gak mau?"

"Gak tau deh. Tapi ..." ujar Randy menggantung, ekspresi jail mulai ditunjukannya ke deretan depan tamu undangan. "Coba aja Kita paksa buat maju. Iya gak?"

Selcia berbinar, "Wah, boleh banget," timpalnya yang disahuti tepuk tangan satu aula. Tepuk tangan itu diarahkan oleh seorang wanita dengan blazer putih. Tampak wanita itu sudah melempar tatapan elang pada Randy dan Selcia yang mengkhianatinya. Ya, dua MC itu padahal sudah di briefing untuk membatalkan acara speech darinya. Tidak ada alasan khusus, hanya sedang tidak mau berbicara.

"Mana ini ayo dong Tante El maju," goda Randy, menaik-naikkan sebelah alisnya. Selain narsis rupanya jago juga menggoda wanita bersuami yang dipanggil 'Tante El' olehnya itu.

Setelah didesak bahkan oleh Founder dan Co-founder School of Persona, mau tak mau Ketua Dewan Kontributor itu maju ke panggung.

"Welcoming me, Elvara Larashinta, the so-called Vice Head of Contributor Board of School of Persona ..."

Suara tepuk tangan meriah kembali terdengar. Wanita dengan pakaian dan make up nyentrik itu memang mudah sekali mendapatkan perhatian sejak dulu.

"On behalf of my husband which now in South America, and all of the contributors of the School of Persona sincerely congratulate the fifth and sixth batch for your excellency and well-done responsibility so far to further be the foundation of Indonesia in the eye of global competition."

Jauh dari ketidakinginannya berbicara, Elvara berpidato dengan kharismatik. Tiga menitan kurang lebih Elvara berpidato, hingga akhirnya Ia kembali ke tempat.

"Nice and spiritful speech, Miss." Randy tersenyum penuh arti pada El. Yang disenyumi mengepalkan tangan ke arahnya. Interaksi manis yang mengundang tawa.

"Thank you Miss Elvara. Now let's move to the core of tonight's event Ran."

"Finally ..."

"Baik, Kita akan mengumumkan terlebih dahulu pasangan President and Vice President of School of Persona angkatan 6 terpilih ..."

Tepuk tangan dan ekspresi penasaran sudah terlihat. Maklum, tidak ada yang mengetahui siapa yang pada akhirnya terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden setelah melalui serangkaian seleksi yang kompetitif. Hanya angkatan lima yang mengetahui. Adriana dan Haikal pun tidak tahu.

"Langsung saja Kita sambut ..."

"Silakan naik ke atas panggung ..."

"Nalesha Galih Ekawira Citaprasada dan Saheera Qurrota Ayuni!"