"Oke sekarang ibu mau tanya, apa arti cinta menurut kalian?"
"Bu, saya."
"Iya, silakan, Siska."
"Cinta adalah sebuah perasaan yang timbul ketika sebuah keinginan akan sebuah hasrat untuk memiliki muncul di hati."
Bahasa dan sastra, gue paling males dengan mata pelajaran ini. Semua banyak aturan mulai dari kata harus indah dan berbobot, diksinya harus tepat, harus pake perasaan, bla bla bla...
Sungguh memuakkan, bagi gue pelajaran bahasa ini tidaklah penting. Selagi manusia lain paham dengan apa yang disampaikan atau bahasa lainnya terjadi pemahaman komunikasi, It's okay itu udah cukup.
"Oke, bagus, Siska. Ada yang lain?" semua murid ikut terdiam.
Sudah gue bilang ini pelajaran paling gak penting se-kurikulum. Kenapa sih, mesti ada pelajaran bahasa dan sastra padahal dari taman kanak-kanak sampai sekolah menengah pertama sudah belajar bahasa. Kenapa masa SMA gue mesti ada pelajaran bahasa dan sastra.
"Baiklah, biar ibu tunjuk saja dan yang di tunjuk harus bisa jawab, okay!?"
"Ehmm, Erland ranking umum di sekolah ini, silakan jawab apa arti cinta menurut kamu?!!"
Apes banget gue sudah berusaha santai supaya gak mencolok di mata Bu Rina, tapi tetap saja gue yang jadi sasarannya. Argh, sial.
"Baik, Bu. Begini," gue mulai dengan menghembuskan napas panjang.
"Cinta adalah sebuah rasa gairah yang timbul akibat kerja hormon testosteron dan estrogen, yang mengakibatkan meningkatnya denyut atau detak jantung yang dipengaruhi oleh hormon norepinefrin. Cinta dapat juga dapat mempengaruhi kerja hormon serotonin sehingga seorang yang sedang jatuh cinta biasanya susah tidur dan selalu terbanyang wajah orang yang ia suka."
"Oke, terima kasih, Erland. Jawaban kamu bagus, tapi di sini ibu minta arti cinta menurut bahasa dan rasa di hati kamu bukan cinta berdasarkan sistem biologis tubuh."
"Iya, Bu maaf." ucap gue singkat, ini ada salah satu kelemahan gue sebagai ranking 1, gue lemah di mata pelajaran bahasa dan sastra serta pelajaran penjaskes yang berhubungan dengan fisik. Walau begitu gue mampu menyombongkan diri sebagai atlet catur kebanggaan WG internasional high school.
"Eh, Lan," sebuah tepukan kecil mendarat di bahu gue, "pulang sekolah nanti belajar bareng gue yah?!!"
"Oke, mau belajar di mana emang?"
"Di rumah lo ajah sekali-kali, kan gue belum pernah ke rumah lo. Sejak dulu lo gak pernah ngajak gue ke rumah." ucap Tomi dengan wajah sok sedih.
"Enggak, di rumah gue suasananya gak cocok buat belajar."
"Yahh, gue kecewa. Ya udah gimana kalo di rumah Sara ajah, dia udah lama ngajakin kita belajar bareng loh."
"Enggak." Ucap gue tanpa lihat wajah Tomi.
Sudah cukup lama dari sejak lontaran penolakan gue tadi, Tomi gak bicara sama sekali. Sebenarnya agak berat buat gue memastikan hal ini, tapi akhirnya gue memutuskan untuk berbalik arah dan melihat temen gue itu. Dan benar saja wajah Tomi penuh kekecewaan atas dua kali penolakan yang ia terima. Gue sadar sobat gue ini kecewa, tapi gue gak mau sampai nurutin keinginannya buat belajar bareng dengan Sara.
"Hey Tom," gue mulai buka pembicaraan lagi, "opsi pertama lo tadi gak terlalu buruk, lagi pula lo juga berhak ngajuin hal itu karena sebagai temen gue gak pernah ngajak lo ke rumah,"
"Seriusan, Lan?" potong Tomi sebelum ucapan gue benar-benar kelar.
"Iya, tapi gue belum selesai ngomong, Tom."
"Eh, sorry. Lanjutkan, Lan. Apa yang lo mau omongin?"
"Gini, apapun yang lo liat di rumah gue nanti, janji yah gak ngomong sama siapapun dan tetep mau jadi sahabat gue." ucap gue sedikit menekan intonasi ucapan agar terkesan mendesak Tomi.
"Siap, gue janji deh, Lan." jawab Lelaki tinggi ini tanpa banyak tanya lagi.
"Oke kalau lo setuju. Kuy ke rumah gue."