Arghhh...
Sial, suara berisik dari ruang keluarga terdengar sampai ke kamar gue. Cekikikan geli dari wanita-wanita di bawah sana disusul suara tawa pria menggelegar membuat gue sama sekali gak bisa fokus belajar. Hidup gue udah cukup gak nyaman di rumah, kenapa di sekolah gue harus bertemu dan duduk satu meja dengan cewek aneh yang terus mengganggu gue. Kapan hidup gue bisa tenang dan normal.
Apalagi pas kejadian di sekolah tadi...
Flashback on
"Woy, shttt... Eh siapa nama lo tadi?" ucap Hanna sambil mengetuk pelan penanya ke buku, "Aduh, oh iya Erland. Bagi nomer 2 dong!?"
Singkat saja gue hanya jawab, "No." Beraninya dia mengganggu gue pada hari pertama ia bersekolah di sini. Semua orang di sini tahu, gue bukan orang baik yang memberikan jawaban segampang itu pada orang lain. It's impossible, ketika gue harus berusaha dan orang lain hanya tinggal menikmatinya saja.
"Ih, pelit amat lo. Nanti gue laporin lo bawak handphone ke guru!!"
"What's?"
Sejak kapan cewek ini tahu gue bawak handphone ke sekolah? Apa jangan-jangan dia penguntit yang dikirim papa buat jatuhin gue didepan Oma nanti. Walaupun gue tahu Oma pasti gak masalah, tapi kan..
"Gimana? Udah selesai mikirnya. Sini cepat gue minta nomer 2!!"
"Dasar crazy lo!! nih liat sendiri jawabannya," gue terpaksa menyerahkan kertas jawaban yang udah semua gue selesain.
"Aha, tenkyuw." Ucapannya dengan senyum licik, seakan menang dari gue.
Flashback off
Tring...Tring...Tring
Hp gue berbunyi cukup keras untuk menandakan sebuah panggilan masuk dari nama yang sangat familiar di hidup gue, Oma Tania. Dia adalah ibu dari pria yang sedang tertawa riya di bawah sana.
"Halo, Oma?"
"Halo, Sayangnya oma. Lagi ngapain?" Suara Oma terdengar agak serat dan lelah.
"Lagi belajar, Oma. Oma kenapa? Oma lagi sakit?" Tanya gue sedikit penasaran.
"Hahah," tawa Oma Tania terdengar seperti dipaksa membuat gue semakin curiga, "Oma gak papa kok, Sayang. Oma cuma sedikit flu, kamu jadi akhir pekan ini ke rumah oma?"
"Jadi, Oma. Lagian akhir-akhir ini Erland cukup suntuk di rumah."
"Loh kenapa? Apa wanita-wanita itu mengganggumu? Apa mereka gak sopan atau kurang ajar ke cucu oma? Kalo memang benar gitu, oma akan memerintahkan Papumu untuk menyingkirkan mereka."
"No, Oma. Mereka gak mengganggu ku sama sekali, mereka memperlakukan aku cukup baik. Oh iya, Oma Erland udah ngantuk, lagi pula Oma harus istirahat supaya cepat sembuh."
"Iya, Sayang. Good night yah."
"Bye, Oma." ucap gue sembari mengakhiri panggilan dari oma.
Oma Tania adalah orang yang mengurus gue sejak kecil, sosok figur yang kuat dan tegas. Dia adalah nenek yang sangat menyayangi gue, bahkan dia mampu menyingkirkan orang-orang yang mengganggu gue hanya dalam hitungan detik. Yups, jika gue mau Hanna si cewek aneh itu keluar dari sekolah tinggal gue bilang ke oma dan semua selesai, tapi entah gue merasa gak mau melakukannya.
"Hei, Erland?!" Suara dari salah satu wanita yang tertawa tadi berhasil mengagetkan gue, menjengkelkan.
"Apa?" jawab gue ketus.
"Nih, Mami bawain makan malamnya ke kamar, soalnya kamu gak mau turun sih," ucap Mami Sintha sok manisnya.
"Em, taroh ajah di sana!!" ucap gue sembari menunjuk ke arah meja di samping lemari pakaian.
"Oke, habis makan jangan lupa minum obat dan vitamin yah!! Mami keluar dulu, bye."
"Tutup pintunya lagi!!" pinta gue pada wanita yang selalu memakai dress mini itu.
Gue paham semua wanita-wanita itu berusaha memperlakukan gue dengan baik sejak kecil, bukan karena mereka sayang sebagai anak tapi karena mereka takut ke oma. Takut disingkirkan oma, karena seluruh aset kekayaan papa masih berataskan nama Oma Tania. Gue punya aliansi besar di sini sebagai cucu tunggal dari Tania Wijaya Kusuma, jadi punya pengaruh atas keputusan oma.
Sebenarnya gue bukan satu-satunya anak dari Hadi Wijaya Kusuma, tapi gue adalah anak yang lahir dari perempuan yang sah dinikahi oleh papa atas restu dari Oma Tania. Gue punya tiga adik tiri, satu perempuan dan dua laki-laki dari hasil pernikahan papa dengan wanita-wanita itu. Namun hampir semua saudara tiri gue gak suka dan benci ke gue, karena dari mereka semua cuma gue yang namanya tersemat nama keluarga, Erland Wijaya Kusuma.