Chereads / Promise It's a Secret / Chapter 6 - I Miss You

Chapter 6 - I Miss You

"Oh my grand son, welcome!!"

"Thanks Oma, i Miss you." ucap gue memeluk wanita berambut putih pendek yang tak lagi mudah ini dengan erat.

"Miss you too, Erland."

Oma Tania membalas pelukan gue dengan sangat erat, seakan baru bertemu setelah sekian lama. Sadar kalau gue baru sampai setelah perjalanan cukup jauh dari Jakarta-Bogor dengan situasi lalu lintas yang kurang baik, Oma melepaskan pelukannya dan mengajak gue beristirahat dan menghirup udara segar di taman belakang rumah.

Di kawasan rumah yang tergolong luas ini, Oma membuat sebuah Taman dan Danau buatan di bagian belakang yang terlihat begitu asri. Yah Oma memang sangat suka bercocok tanam, tapi karena kesibukan yang luar biasa padat membuat Oma merelakan taman-tamannya diurus oleh para pekerja.

"Oh yah, kata Pak Totok Oma sakit? Bagaimana keadaan Oma?"

"Oma baik-baik saja, Sayang. Apalagi kalau kamu ada sini Oma langsung segeran. Cucu Oma satu ini adalah alasan Oma untuk selalu kuat, bahkan Oma masih bisa lomba maraton kalau Erland minta." Ucapnya sambil tersenyum lebar.

"Hahah, sudahlah Oma selalu seperti ini," Ucap gue sedikit tertawa melihat ekspresi yang dibuat Oma agar terlihat seperti wonder woman.

"Oma pikir Erland tidak jadi ke sini, habis Papa kamu bilang dia, istri dan anaknya akan pergi liburan ke New Zealand. Oma hampir saja sedih."

"Kalau pun diajak, jelas saja aku akan lebih memilih liburan bersama Oma di rumah ini," jawab gue santai setengah rebahan di kursi taman sambil membolak-balik buku yang gue dapat di rak meja sana.

"Hadi tidak mengajakmu liburan bersama? Dasar anak itu." Tanya Oma dengan nada sedikit jengkel.

"Hmmm, tapi walaupun diajak Oma tau kan aku tidak akan ikut," ucap gue kembali sibuk memilah buku di raknya, "Awaken The Giant Within, Oma punya buku ini juga. Wow."

Anthony Robbins penulis buku ini memang tak seperti penulis motivasi kebanyakan dalam caranya menyampaikan nasihat. Pertama, ia melatih pikiran dan tubuh lebih sebagai tantangan teknologi dibanding sebagai pesan yang harus dipatuhi. Kedua, entah bagaimana ia berhasil menjadi role model inspirasional sekaligus orang yang paling menjengkelkan di planet ini.

Kutipan terkenal yang paling gue suka adalah, "Jika Anda tidak bisa, Anda harus bisa. Jika Anda harus bisa, Anda pasti bisa."

"Ah iya, Oma suka cara berpikir Anthony Robbins, dia sosok yang punya pikiran kuat dan pantangan menyerah."

"Yes, i like it," gue cukup antusias untuk membaca buku ini, buku yang dulu pernah gue baca sebagai isinya bersama Mama.

"Mama," tak sadar mulut gue bicara hal itu. Ucapan yang pasti membuat Oma sedih, dengan cepat gue langsung menoleh ke arah Oma yang berada tepat duduk disamping.

Benar saja, mata Oma tampak berkaca-kaca membendung air matanya supaya tak mengalir. Sekali lagi mulut gue tak terkontrol, dan air mata gue seakan mengalir tanpa aba-aba.

Shtt...

Dengan cepat kedua tangan gue menghapus air mata yang terlanjur jatuh, "ah, Ee-Erland sepertinya mau melihat-lihat taman sebelah sana."

Gue gak bisa terlihat sedih dan lemah didepan Oma, gue buru-buru berdiri dan berjalan menjauh dari Oma yang tampak sudah hampir meneteskan air matanya.

Grap...

Sebuah tangan tiba-tiba menarik lengan gue dan mendekap hangat dari belakang.  Emosi gue mulai tak terkontrol lagi.

"Erland kalau memang kamu sedih, silahkan menangis Sayang. Oma akan lebih sedih kalau Erland pura-pura kuat saat ini," ucap Oma dengan suara serak dan mulai terisak tangis.

"O-ooma," gue membalikkan badan balas memeluk Oma dengan erat. Pada akhirnya pertahanan gue roboh, air mata ini tak lagi kuasa gue bendungan.

"Oma, Erland rindu banget sama Mama. Tatapan mama yang sejuk, tangan mama yang sering mengelus kepala Erland kalau sedih. Dan.. dan," rasanya sebuah bayangan tentang sosok seorang ibu itu terbongkar semua di otak gue.

"Iya, Sayang. Oma paham perasaan Erland. Tenang Sayang.... Tenang Oma di sini untuk Erland."

"ha...ha.. a.. Oma," jujur napas gue rasanya sesak dan detak jantung gue juga bekerja dua kali lipat lebih cepat dari biasanya, "sakit, rasanya sesak Oma."

"Erland, tarik napas dalam-dalam lalu keluarlah. Ayo sayang ikuti Oma." Nada suara Oma terdengar sangat panik.

"ERLAND AYO IKUTI OMA!! ERLAND!!"

Sulit banget rasanya buat bernapas, sekarang suara teriakan Oma juga mulai terdengar samar.

Ha..ha..ha, tubuh gue mulai terasa ringan dan seperti ada bayang hitam yang menutupi pandangan gue, gelap.

"ERLAND!!"