UKS adalah tempat ternyaman bagi gue ketika jam penjaskes berlangsung. Yah dari kecil gue mengidap penyakit langka Dekstrokardia, hal inilah yang membuat gue gak bisa terlalu lelah.
Dekstrokardia adalah sebuah penyakit atau kelainan langka yang mengakibatkan letak jantung berada di rongga dada sebelah kanan. Pada sebagian orang penyakit ini juga berdampak pada kesehatan yang sangat turun. Katup jantung mengalami kelainan, sehingga aliran darah bisa berbalik. Dan di saat yang bersamaan paru-paru juga tidak bisa menyaring udara dengan baik, sehingga terjadi beberapa gangguan fungsi paru-paru juga.
Walau gitu gue bukan orang yang lemah yang bisa di bully atau bisa pingsan gitu aja. Dari kecil gue udah belajar seni beladiri dari Jepang yang gak memerlukan energi besar yaitu Aikido. Yah, mungkin menurut sebagian orang ini seni beladiri untuk cewek. No problem, It's okay gue cuma butuh hal ini untuk jaga gue bukan bikin semua orang ngakuin kehebatan gue.
Sekilas gue lihat pintu ruang UKS kebuka dan ada sepasang sepatu yang berada di rak, sepertinya ada murid lain yang berada di UKS.
"Bu Tere, minta yang obat biasa yah!"
"Oke, Erland. Ibu carikan dulu obatnya."
Sial, kasur yang mepet sama jendela favorit gue udah ada yang nempetin. Hah, terpaksa dengan terpaksa gue baring di kasur sampingnya.
Kasur ini tidak terlalu buruk ternyata, cukup wangi untuk sekelas kasur di UKS.
"Ehm, nyaman juga tidur di sini." Ucap gue pelan.
Srak...
Gorden pembatas kasur gue ditarik seorang yang berada di sebelah. Menyebalkan, gue terpaksa membuka mata dan melihat kearahnya.
"Annyeong Erland-ssi!!"
"Lo? Hanna Yasmine. Ngapain lo di sini?"
"Eh, Hanna? Siapa dia?"
Gue mengucek mata dan memastikan siapa yang gue lihat, "Yura? Ehm, maaf sepertinya gue agak kurang fokus karena kaget tadi."
Yah, tentu saja bukan Hanna. Kenapa gue mikirnya gadis aneh itu sih, come on Erland!! Kenapa Lo jadi mikir gadis itu, jelas sekarang dia ada di lapangan olahraga gak mungkin dia di sini.
"Mianhae, aku tidak sengaja mengagetkan kamu. Apa kamu memaafkan kan aku?"
Bahasa yang digunakan Yura sangat baku, dia baru pindah ke Indonesia saat pendaftaran murid baru di sekolah ini. Ibunya asli Jawa dan ayahnya yang berasal dari Korea, membuat wajah Yura tak jauh beda dari orang Jawa Melayu biasanya, Hitam manis dengan mata sipit.
"Ya." Jawab gue sesingkat mungkin agar tak berakhir dengan pembicaraan panjang.
"Gumawo, Erland-ssi." Ucap Yura langsung pergi seakan tahu bahwa gue gak mau ngobrol terlalu panjang dengannya.
"Wow, Erland," suara dari balik pintu masuk membuat gue kembali gagal memejamkan mata.
"Gue gak sangka lo si wajah malaikat ternyata bad boy juga," ujar cewek yang baru saja gue sebut dalam pembicaraan bersama Yura tadi.
Dari caranya berbicara begitu enteng ngomongin orang, udah jelas dia si cewek anak, Hanna Yasmine.
"Apa maksud lo? Gue gak ada urusan sama lo!!"
"Wiss, santai boss. Gue ke sini cuma mau ngambil plaster luka buat dengkul gue, nih!!"
Sekilas gue melirik lututnya memang tampak lecet dan memar, tapi jujur gue salfok sama kakinya yang penuh dengan bekas luka.
"LIAT APA LO? Jangan mesum yah otak lo!!" Teriaknya cukup kencang untuk membuat Bu Tere menegur kami.
Lagi-lagi hanya ada masalah kalau gue deket-deket sama si cewek aneh. Gue kali ini gak akan terpancing, gue gak akan peduli sama sekali.
"Maaf, Bu. Oh yah Bu, Anna minta plaster luka dong!!" Ucapnya beralih ke meja Bu Tere.
"Sebentar yah Hanna ibu ambilkan dulu, itu kenapa lutut kamu?"
"Jatuh di lapangan futsal, Bu."
"Lain kali hati-hati kalau mau main, ini plaster nya jangan lupa sterilisasi dulu lukanya baru pasang plaster."
"Terus itu banyak sekali bekas luka di kaki dan tanganmu, boleh ibu tahu itu karena apa?" Tanya Bu Tere sama yang ternyata ikut penasaran dengan bekas luka itu.
"Ehm, ada deh Bu. Heheh... Tenkyuw plasternya, Anna mau lanjut main dulu."
Hanna lantas pergi setelah menempelkan plaster di lututnya.
Sudah gue duga gak mungkin dia jawab pertanyaan pribadi seperti itu. Untuk kelas si cewek aneh, mungkin itu luka yang ia dapat saat berkelahi dengan orang yang ia anggap musuh.