Paula dan Allail pun langsung menuju Gunung kehampaan kala itu.
Gunung yang dipenuhi oleh berbagai makhluk yang buas dan diselimuti oleh sihir sihir hitam yang kejam.
Gunung yang menjadi perbatasan antara dunia Iblis dan juga Manusia.
Sebenarnya saat Paula membawa Allail untuk memulihkan lukanya dengan tidur di atas kolam teratai penyembuh, dia harus melawan beberapa makhluk ganas yang berasal dari hutan itu.
Paula melawan makhluk-makhluk itu dengan sekuat tenaga demi menyelamatkan Allail yang kala itu sedang sekarat.
Gunung itu juga dilengkapi oleh tabir yang tak sembarang makhluk bisa melewatinya hanya makhluk dengan kekuatan spiritual tinggi dan orang-orang yang terpilih yang bisa melewati gunung itu.
Karena gunung itu berada tepat di perbatasan antara alam manusia dan juga alam iblis (neraka), makanya tak sedikit pula ada manusia yang terjebak sampai ke gunung itu tanpa mengetahui lagi jalan mereka untuk kembali.
Allail dan juga Paula terus berjalan dan berjalan menyusuri gunung yang diselimuti kabut hitam dan juga pepohonan tinggi yang menjulang, mereka mencari di mana tempat keberadaan Pak tua penunggu kolam teratai penyembuh itu.
"Paula, di mana kolam itu?" tanya Allail sambil terus berjalan menyusuri tempat yang semakin lama semakin terasa gelap dan semakin pekat aura kejahatannya.
Paula kemudian mulai menelusuri dan mengamati setiap sudut dari yang terlihat di matany, dia mencari-cari di mana keberadaan kolam teratai yang mereka tuju itu dengan seksama.
"Aku juga tidak tahu Kak Allail, waktu itu saat aku membawa Kakak ke sini, aku sama sekali tidak berencana untuk mencari kolam itu, aku hanya datang dengan terburu-buru dan dengan perasaan yang kalut saat melihat tubuh Kakak sudah bermandikan darah. Tapi banyak makhluk dari neraka yang bilang bahwa kolam itu bisa kau temukan saat kau berada dalam keadaan hidup dan mati, akan tetapi kita sama sekali tidak ingin ke sana dalam keadaan seperti itu, kan? Kakak juga jangan macam-macam dan melakukan hal-hal yang mustahil dengan berada dalam posisi hidup dan mati. Aku sama sekali tidak mengijinkan hal itu, Kak!" tegas Paula mencoba untuk menghentikan Allail dari memikirkan langkah-langkah yang akan mengancam nyawanya sendiri.
"Kalau begitu bagaimana kita bisa sampai ke sana kalau kita tidak berada dalam posisi hudup dan mati?" tanya Allail lagi dengan wajah yang bingung.
"Aku juga tidak tahu, Kak. Kita jalan saja hingga malam, jika sampai malam kita sama sekali tidak bisa menemukannya, maka kita harus pulang karena Kakak tau sendiri kan di sini adalah wilayah antara gerbang manusia dan juga gerbang neraka yang mana ada malaikat penjaga yang sangat membenci bangsa iblis dari neraka. Mereka pasti akan membunuh kita saat kita terlihat di hadapan mereka."
"Begitu kah?" Allail tersenyum tipis mendengar penjelasan dari Paula kala itu.
Allail kala itu memang tak ingin sama sekali mencari gara-gara dengan malaikat manapun dan mencari musuh dengan siapa pun, akan tetapi sekarang dia benar-benar sangat membutuhkan dirinya berada dalam posisi yang terbaik, dia harus secepatnya mengembalikan kekuatannya seperti dahulu, kalau tidak maka dia tidak kan bisa mempertahankan wujud yang selama ini dia pertahankan itu dan dia juga tak bisa melindungi Lascrea dengan sempurna. Jika dia kembali menjadi wujud iblis yang haus akan darah manusia, iblis kejam dan bengis yang membawa kehancuran, pasti Lascrea akan kecewa padanya.
Tiba-tiba terdengar suara kepakan sayap dari atas langit, suara itu pun berhenti tepat di belakang mereka.
Wusshh...
"Untuk apa kalian para iblis berada di gerbang antara neraka dan juga dunia manusia ini? Apalagi rencana yang kalian para iblis ingin lakukan dengan datang ke gunung kehampaan ini?" tanya seorang malaikat dengan satu tangan yang mengambil pedangnya kemudian mengacungkannya pada Allail dan juga Paula.
Saat itu Paula sangat terkaget karena hal yang dia takuti itu tiba-tiba saja menjadi kenyataan. Mereka sama sekali tidak ingin mencari gara-gara dengan para malaikat, karena para malaikat itu sangat membenci bangsa iblis dan juga telah terjadi peperangan selama beribu-ribu tahun yang memakan banyak jiwa di antara iblis dan juga malaikat.
Saat itu Allail ingin maju akan tetapi Paula menahan tangannya dan memberikan isyarat bahwa dia jangan melakukan apa-apa dengan menggelengkan kepalanya perlahan.
Allail pun menarik nafasnya kemudian dia berbicara baik-baik dengan malaikat itu guna mendapatkan jalan tengah agar tidak terjadi konflik diantara mereka berdua yang akan merujuk kepada kehancuran dan juga malapetaka.
"Maaf jika aku melanggar peraturan dengan datang ke gunung kehampaan ini. Aku sama sekali tidak ada niat buruk ke sini, aku hanya ingin mencari penunggu dari kolom teratai penyembuh yang sangat aku butuhkan airnya itu," jelas Allail berusaha untuk berunding dengan malaikat yang sedang berada dalam posisi akan menyerang mereka jika mereka melakukan sesuatu yang mencurigakan.
"Benarkah itu? Kalian tahu aku sama sekali tidak percaya kepada kalian berdua, di mana-mana iblis itu sama. Kalian hanya memikirkan hawa nafsu kalian dan kalian akan menghancurkan dunia ini menjadi berkeping-keping dengan ambisi kalian itu."
Mendengar jawaban dari malaikat itu pun, Allail tahu bahwa dia sama sekali tidak terlihat akan mengizinkan dia dan Paula pergi dengan begitu saja.
Saat itulah Allail mulai mencoba untuk mengeluarkan kekuatannya dan melawan malaikat itu jikalau malaikat itu mulai menyerang dia dan juga Paula.
"Paula, jika dia menyerang maka kamu harus pergi saat itu juga. Jangan pernah kembali ke sini seorang diri," jelas Allail pada Paula yang kala itu sedang ketakutan sambil melihat ke arah malaikat yang sewaktu-waktu akan memotong mereka dengan pedang cahayanya itu.
Padang itu adalah pedang khusus bagi bangsa malaikat yang digunakan untuk membunuh clan iblis dan juga makhluk-makhluk jahat dari dunia kegelapan lainnya.
Pedang itu amat kuat bahkan bagi Raja iblis sekalipun, padang itu bisa melukainya bahkan membunuhnya saat itu juga. Itulah yang dirasakan oleh Allail saat dia terhujam oleh pedang dari Moore.
"Tapi-" Paula berusaha untuk menghentikan Allail untuk menyuruhnya pergi kala itu.
"Tidak ada tapi-tapi, pokoknya apa pun yang aku katakan maka kamu harus melakukannya sesuai dengan perintahku. Ingat, aku adalah Raja kalian dan kalian harus mematuhi perintahku apa pun itu, mengerti?"
Setelah itu Paula langsung berlari dan malaikat itu yang kala itu melihat pergerakan Paula menjauh dengan tiba-tiba, langsung menyerang Allail saat itu juga.
Gemuruh pun bersahutan, petir menyambar satu sama lain menyelimuti pertarungan mereka yang sengit dan juga penuh dengan energi itu.
Mereka saling bertabrakan pedang kala itu, dengan kekuatan Allail yang sekarang dan kesehatannya yang sedang menurun, mustahil baginya untuk menang melawan malaikat yang dalam kondisi prima dan juga menggunakan pedang cahayanya itu.
Bersambung...