Mereka tenggelam dalam hasrat cinta mereka malam itu.
Dengan mengaitkan kedua tangan mereka, Allail mulai menerjang Lascrea seakan-akan dia sudah tak bisa menunggu lagi.
Lascrea merima segala yang Allail lakukan itu dengan bahagia, dia tersenyum walau Allail malam itu sangat kasar. Tapi rasa sakit berbalut kenikmatan itu adalah bayaran yang pantas dari penantiannya untuk pria itu.
"Lascrea, ayo kita punya anak!" ajak Allail dalam posisi berada di atas Lascrea.
Anak? Lascrea terbelalak mendengar apa yang Allail katakan kala mereka tengah memadu kasih itu.
Seakan-akan dunia ini hanya milik mereka berdua, Lascrea tersenyum dan mengangguk di bawah Allail sebagai tanda mengiayakan keinginan pria itu.
Setelah melihat bahwa Lascrea telah menyetujuinya, dia pun mulai melanjutkan kegiatannya itu dengan penuh semangat.
Peluh mereka berdua mulai berjatuhan. Nafas yang menderu, kecupan-kecupan mesra hingga tanda pun ditinggalkan Allail pada seluruh sudut tubuh wanita itu dengan membabi buta.
Saat mereka akan mendekati akhir, mereka pun berkecupan sambil memeluk dengan erat tubuh pasangan mereka seraya berkata dalam hati.
"I love u." Untuk pasangan mereka masing-masing.
***
"Ugh~" Lascrea pun terbangun dari tidurnya dalam keadaan kacau.
Tubuhnya penuh dengan tanda cinta dari Allail, matanya bengkak karena menangis semalaman menahan rasa sakit dari cinta yang diberikan Allail padanya itu.
"Duh, pinggangku..." Lascrea meringis merasakan sakit dan keram di pinggangnya yang sama sekali tiada tara itu.
Lascrea pun mengingat kembali kejadian semalam, dia tersenyum sambil membelai wajah tampan pria yang masih menutup kelopak mata dan tertidur di sampingnya itu.
"Siapa sangka jika penampilan dan semua rasa ini diberikan oleh pria ini? Cih, saat tidur saja masih ganteng, apalagi bagun. Sangat tidak adilll!" Lascrea pun menjambak rambut Allail sambil tertawa.
Pria itu kemudian membuka matanya sambil tersenyum melihat wajah yang pertama kali nampak itu adalah permaisurinya yang tercinta.
"Selamat pagi, Sayang!" ucap Allail seraya memberikan isyarat agar mencium bibirnya kala itu.
Lascrea pun langsung menyambar bibir manis pria itu tanpa permisi.
Cupp..
"Selamat pagi juga, Sayang," balas Lascrea sambil tersenyum pula.
Seketika Allail pun bangun dan duduk.
Allail yang kala itu tak memakai apa-apa seketika membuat Lascrea menelan salivanya.
"Hey, apa yang ada dipikiranmu, wahai Permaisuri nakal?" Allail pun menyentil dahi Lascrea sambil tersenyum.
Lascrea malu-malu saat ketahuan melihati badan berotot nan kekar Allail kala itu.
Tiba-tiba Allail pun bangun dan pergi ke sisi Lascrea, dia pun tanpa aba-aba langsung menggendong ala bridal style wanita itu.
Dibawanyalah Lascrea ke kamar mandi kemudian mereka berdua pun mandi bersama di bath up.
Lascrea benar-benar merasakan bahwa mereka sudah benar menjadi suami istri.
Padahal awalnya saat Lascrea menikah dengan Allail dengan paksaan, dan segala rasa sakit, rasa perih yang Allail torehkan saat cinta mereka belum menyatu itu sama sekali bukanlah apa-apa kala ini.
Sekarang hanya ada rasa bahagia, kebahagiaan yang tiada taranya.
Kebahagiaan yang membuat Lascrea kemudian merasa takut akan kehilangan rasa itu.
***
Allail pun menyirami tubuh Lascrea dengan air hangat dari bath up yang sedang mereka pakai saat itu.
Dia menyiramnya seraya menyentuh bagian tubuh yang membuat wanita itu menutup matanya.
Mata mereka pun kemudian bertemu, dan mereka kembali berkecupan mesra dengan panasnya.
Didalam bath up yang lumayan kecil jika dimasuki dua orang itu, menjadi saksi mereka dalam menjalin kasih dan sayang.
"Allail, aku sangat-" belum sempat Lascrea menyelesaikan ucapannya, Allail langsung menutup mulutnya dengan jari telunjuknya.
"Sangat mencintaimu? Aku lebih mencintaimu, permaisuriku," sambung Allail sambil menciumi rambut panjang yang basah terkena air itu.
Bulu kuduk Lascrea bergidik, dia tak tahu lagi harus berbuat apa? Dia sudah tenggelam bulat-bulat dalam lautan cinta Allail, Sang Raja iblis itu.
Padahal sejak dahulu kala, Lascrea tak pernah bisa membayangkan bahwa dia akan bersama dengan seorang pria, pria yang dia cintai, yang akan menemaninya seumur hidup.
Sejak orang tuanya meninggal dan dia menjadi yatim piatu, dia hanya mendapatkan kasih sayang dari Nenek yang menjadi tetangganya itu.
Nenek itu amat baik, Nenek itu juga pernah mengatakan bahwa Lascrea nantinya akan mendapatkan cinta, dan bermandikan kasih sayang setiap harinya.
Awalnya Lascrea pikir dia hanya mencoba untuk menghibur Lascrea saja, akan tetapi sekarang, saat dia tenggelam dalam kasih sayang Allail ini, dia menjadi percaya dengan kata-kata Nenek itu.
Dia berterima kasih sebanyak-banyaknya, karena Allail telah datang dalam kehidupannya.
Dia amat bersyukur, sangking bersyukurnya dia akan melakukan apa pun untuk Allail karena telah membuat dia bahagia dalam hidupnya yang hampa dan sepi, walau pertemuan awal mereka berdua itu sangat tidak disangka-sangka.
***
Mereka sekarang telah selesai berenda. Dengan badan yang masih basah itu, Allail memakaikan Lascrea baju dan menyisirkan rambutnya.
Lascrea tersipu malu, dia benar-benar merasa seperti pengantin baru kala itu.
"Allail, sebaiknya kau pakai baju dulu. Dengan tubuh yang basah seperti itu, kau akan masuk angin dan sakit," ucap Lascrea sambil mengintip dari kaca yang memperlihatkan pantulan tubuh Allail sampai ke pinggangnya itu.
"Raja iblis tidak akan masuk angin, Sayang!" Dia tersenyum sambil terus menyisir.
"Ya, tapi tetap saja. Kau akan sakit suatu hari nanti," balas Lascrea sambil terus berusaha melihat pantulan tubuh Allail yang terpancar di cermin itu.
Allail sebenarnya sudah tahu jika wanitanya itu sedang memandangi tubuhnya dari pantulan cermin di depannya itu.
Dia memang sengaja membiarkan Lascrea melakukan hal itu. Dia merasa tingkah Lascrea kala itu sangat imut dan pantas untuk dilihat.
"Benarkah? Kalau begitu apakah aku harus pakai baju sekarang?" tanya Allail sambil tersenyum.
"Y-ya?? Oh... Ya tentu saja kau harus pakai baju sekarang."
"Sekarang juga?"
"Ya, sekarang juga."
Tiba-tiba Allail langsung memutar kursi yang sedang Lascrea duduki itu sehingga Lascrea berhadapan dengan Allail kala itu.
Lascrea meneguk salivanya, dia berada di jarak yang amat dekat dengan tubuh pria itu.
Dia mencoba memalingkan pandangannya dari pria itu. Allail pun tersenyum. Mulailah terlintas di pikirannya kejahilan yang membuatnya ingin mencobanya.
"Lascrea, apa yang kau lakukan? Bukankah kau suka dengan tubuhku?"
Lascrea sontak terkaget, dia langsung berbalik pada Allail dengan mata yang terbelalak.
"A-apa? Aku sama sekali ti-"
"Jadi kau tidak suka yah? Sayang sekali." Allail memperlihatkan wajah sedihnya kala itu.
"Tidak, tentu saja aku suka, aku sangat suka, aku paling suka sekali, amat sangat suka!" jawab Lascrea dengan kecepatan tinggi bahkan sampai dia pun terengah-engah setelah menjawab pertanyaan Allail kala itu.
"Pfftt, hahahahah." Tawa Allail pun pecah setelah melihat kepanikan permaisurinya itu.
"Kau.... Kauu... Ishh." Lascrea pun sadar bahwa Allail hanya mengerjainya kala itu, dan dia pun merajuk.
Bersambung...