"Sayang, jangan lukai tanganmu dengan menyentuh sampah seperti ini! Tangan mulusmu ini hanya digunakan untuk menggenggam tanganku ini," balas Allail sambil menyermik pada pria itu.
Pria itu menggeram, dia kesal akan kata-kata yang dilontarkan Allail padanya itu.
Dia kemudian mendekati Allail dan menantangnya.
"Hey, siapa loh? Kalau lu berani, lu lawan gue malam ini!"
Dia kemudian membanting sebuah kertas di atas meja sambil menantang Allail.
Allail pun tersenyum. Dalam pandangannya, dia melihat manusia angkuh yang kala itu berada di depannya seperti sampah yang bahkan tak bisa di daur ulang.
"Tentu saja, kuterima," jawab Allail sambil tersenyum.
"Sh*t." Pria itu pun mengumpat kemudian pergi meninggalkan mereka.
Lascrea langsung melihat ke arah Allail. Dia pun memegang tangannya dan mengusapnya.
Dia bertanya-tanya kenapa pria ini menjawab tantangan dari manusia lemah yang bahkan tak bisa melukainya sama sekali.
"Allail, sebaiknya sebentar malam kamu tidak perlu pergi, mereka sama sekali tak penting. Kamu tidak perlu-"
"Sst!" Allail menahan ucapan Lascrea dengan jari telunjuknya. "Jangan takut, aku akan menang melawan mereka," lanjutnya.
"Ya ampun, aku sama sekali tak takut kamu kalah atau tidak Allail. Aku sudah tahu kamu pasti akan menang. Tapi kenapa kamu harus menerima tantangan dari pria sampah seperti itu?" tanya Lascrea sambil menatap dalam mata Allail.
Allail pun terdiam, dia tahu kalau yang dia lakukan itu memang sama sekali tak pantas. Tapi, dia ingin merasakan rasa seperti manusia juga.
"A-aku, ingin menjadi seorang pria. Di televisi selalu ada adegan seperti itu, dan katanya itu membuat wanita jadi berdebar dan makin mencintaimu," jelasnya sambil mengalihkan pandangannya dari Lascrea kala itu.
Wajahnya kemudian memerah selaras dengan keluarnya ucapan itu dari mulutnya.
Lascrea tersipu malu kala itu, mendengar sesuatu yang bahkan lebih manis dari gula, membuatnya seperti akan terkena diabetes.
"Hey, ayo kita pulang!" ajak Lascrea.
Dia sudah tidak sabar lagi ingin memeluk pria yang sangat dia sayangi itu dengan erat.
***
Baru saja mereka sampai di depan pintu rumah, Lascrea langsung mendorong Allail ke dalam rumah dengan satu tangan kemudian mengunci pintu rumah itu.
Dia melucuti seluruh pakaian yang ada di badannya.
"Ini adalah hadiahmu, Sayang!"
Setelah itu bisa dibayangkan apa yang mereka lakukan.
Lascrea menghadiahkan hal yang paling Allail sukai. Ya, bagi Allail tidak ada hasrat lain selain Lascrea, permaisurinya itu.
MALAM PUN TIBA
Seperti pada perjanjian yang sudah disanggupi Allail tadi siang, dia harus pergi untuk membungkam sampah yang menghina permaisurinya itu.
Lascrea yang kala itu telah terbangun dari tidur setelah menyelesaikan hasrat mereka itu, bangun dan memegang tangan Allail yang tengah bersiap-siap.
"Allail, apakah kamu harus pergi?" tanya Lascrea sekali lagi.
Allail pun tersenyum. "Ya, tentu saja. Aku harus memberikan pelajaran pada mereka yang berani menghina istriku, kan?" ucapnya sambil tersenyum.
Rasa-rasanya Lascrea kala itu akan pingsan karena menahan rasa senangnya.
Sekarang, mulut pria itu sangat pintar mengucapkan kata-kata manis.
"Baiklah kalau begitu, aku ikut." Lascrea pun turun dari tempat tidur seraya ikut bersiap-siap bersama Allail kala itu.
"Kamu mau ikut?" Allail menatap Lascrea bingung.
"Tentu saja aku ikut, bagaimana jadinya kalau aku sampai tidak ikut? Bukankah di televisi, wanita yang dihina juga turut melihat prianya menghajar sampah, kan?" Senyum Lascrea dengan penuh maksud pada Allail.
Wajah dan telinga pria itu sontak memerah. Dia amat malu dengan apa yang dikatakan Lascrea padanya itu.
Lascrea memang baru saja mengetahui bahwa prianya itu memiliki sisi yang seimut itu, itu membuat Lascrea ingin selalu menggodanya.
"Haha, kalau begitu ayo kita pergi!" ajak Lascrea yang kala itu sudah menggunakan pakaiannya dengan lengkap.
Setelah itu pun mereka pergi ke tempat seperti yang tertulis pada alamat yang diberikan teman sekolah Lascrea itu.
Tempat itu berada di bawah jembatan yang sudah tak terpakai lagi.
Di sana sangat sepi dan lampu yang remang-remang membuat tempat itu begitu terasa kesan horrornya.
Lascrea pun meremas baju Allail karena tubuhnya yang terasa bergidik seram melewati jalan yang ditumbuhi semak-semak yang menyeramkan itu.
"Ada apa Lascrea? Apakah kamu takut?" tanya Allail sambil mengambil tangannya dan menggenggamnya erat.
Lascrea yang kala itu sedang takut, seketika tak merasakan apa-apa lagi, dia hanya merasakan perasaan bahagia dan tenang sesaat setelah Allail menggenggam tangannya dengan erat.
"Ayo kita jalan," kata Allail lagi.
***
"Cuih, itu mereka. Loh liat yah. Pokoknya kita pukul sampe mamp*s si laki dan kita pake si cewek itu," ucap pria yang menantang Allail tadi siang kepada teman-temannya sambil membuang ludahnya dengan wajah senang.
Dia merasa bahwa pasti dia akan bisa mendapatkan Lascrea dan juga mengalahkan Allail, tanpa tahu siapa Allail sebenarnya.
"Nah ayo!"
Buk!
Klang, klang, klang!
Berbagai alat kekerasan mereka bawa untuk mengalahkan Allail kala itu.
"Woi, loh tunggu di sana. Jangan sampai tubuh lo yang mulus itu lecet," ucapnya pada Lascrea agar saat itu Lascrea jangan sekali-kali ikut campur yang akan menyebabkan dia terluka.
Dia mengatakan hal itu pada Lascrea karena setelah mereka mengalahkan Allail, mereka akan beramai-ramai merasakan tubuh Lascrea yang terkenal tak bisa didapatkan oleh pria manapun itu.
"Cuih, kali ini lo gak akan bisa menolak, Lascrea," ucapnya dalam hati.
Allail sangat geram kala itu, karena dia bisa mendengar segala yang keluar dari hati pria itu.
"Kurang ajar dia, dia akan kupatahkan menjadi berkeping-keping," batin Allail.
Setelah itu mereka mulai berkelahi. Para pria yang menantang Allail itu menggunakan beton yang amat panjang dan tebal untuk mengalahkan Allail kala itu.
"Mamp*s loh!"
Plak!
Allail pun menahannya dengan satu tangan, Allail bahkan tak perlu menggunakan kekuatan spiritualnya sama sekali kala itu.
Mereka pun mulai beramai memukuli Allail, akan tetapi tak ada satupun dari mereka yang bisa melukai Allail kala itu.
"Woi, ini beneran manusia, Boss?" tanya salah satu anak buahnya pada si cowok yang menjadi penantang itu.
Dia merasakan bahwa pria yang berdiri dihadapan mereka semua itu sangat tidak waras.
Tiba-tiba salah satu dari temannya itu yang bisa melihat hal gaib, melihat lambang Raja iblis di dahi Allail.
Dia pun sontak terjatuh ke tanah dalam posisi gemetar ketakutan.
"Lari woy, lo pada bodoh kalau lawan dia." Dia pun lari terbirit-birit meninggalkan mereka semua kala itu.
Para bawahan lainnya yang tahu bahwa pria itu bisa melihat hal gaib pun langsung mengikutinya dengan berlari menyelamatkan diri mereka kala itu.
Sekarang yang tersisa cuma si penantang yang makin kesal melihat sikap para bawahannya itu.
"Dasar sampah kalian!"
Tiba-tiba dia pun terbelalak melihat wujud di depan matanya, dia gemetar sampai ingin buang air kecil di celana.
Bersambung...