Chereads / Belenggu Raja Iblis / Chapter 27 - Jiwa Iblis

Chapter 27 - Jiwa Iblis

Pria yang ada dihadapannya itu seketika ekspresinya berubah menjadi takut dan gemetaran.

Dia melihat sosok yang ada di depannya, berubah menjadi monster baginya.

Tanduk, rambut yang terurai panjang, lambang Raja iblis di dahinya beserta kulit yang kemudian berubah menjadi amat pucat.

"K-kau... Kau b-bukan m-manu-sia." Dia berkata dengan terbata-bata melihat Allail yang sudah sempurna dalam wujud iblisnya.

Allail kemudian tersenyum dan mendatanginya.

Dia yang tahu bahwa Allail berjalan mendekatinya itu pun sontak memundurkan badannya perlahan demi perlahan.

"Hei, tadi kau bilang akan apa? Kau ingin merasakan tubuh permaisuriku?" Ekspresi Allail pun berubah, dia menatap tajam pria itu kemudian menerbangkannya di udara.

"Khhh, tolong... T-tolong jangan bunuh saya, Tuan! S-saya minta m-maaf," ucapnya sambil menangis di udara.

Allail menatapnya tajam, dia amat kesal terhadap kata-katanya yang ingin menyentuh wanitanya itu.

"Kau sudah salah saat mengusik apa yang menjadi milikku. Kau akan kubunuh!" Allail pun sontak hendak menyerangnya dengan kekuatannya akan tetapi Lascrea menghentikannya.

Lascrea berlari menghampiri Allail kemudian langsung memeluknya dengan satu rangkulan.

"Allail, kamu tidak boleh melakukan itu, aku mohon!"

"Tapi pria ini, dia berkata dalam hatinya bahwa dia akan bersenang-senang denganmu setelah dia mengalahkanku. Aku sama sekali tidak bisa tinggal diam, melihat permaisuriku dipikirkan pria lain. Aku akan mencabik-cabik dirinya dan mengeluarkan isi otaknya yang sudah berpikir kotor tentangmu itu," jelas Allail dengan geramnya.

Allail sangat marah kala itu, akan tetapi ada sesuatu dari dirinya yang terasa berbeda bagi Lascrea.

Aura dan juga kemarahannya itu terasa amat pekat, dia seperti bukanlah Allail yang biasanya Lascrea kenal.

"Sayang, ayo kita pergi. Sudahlah, turunkan dia, dia hampir sekarat!" Lascrea amat takut melihat teman sekolahnya itu dalam keadaan hampir putus nafas dan juga bola mata yang sudah terbalik.

Dia tidak suka dengan sikap Allail yang ingin membunuh dengan mudah.

"Ayo, Allail. Kalau kau tidak mau pulang bersamaku, maka aku akan berpisah denganmu!" Tiba-tiba Allail pun melepaskan pria itu dan langsung berbalik dengan wajah yang sama persis dengan saat dia memaksa Lascrea untuk menikahinya di neraka kala itu.

Allail mendekati Lascrea dengan matanya yang berubah menjadi semerah darah.

Lascrea pun mulai ketakutan melihat Allail yang sama sekali tidak bertingkah wajar itu.

"A-Allail, apa yang mau kau lakukan?" tanya Lascrea sambil terus mundur dan menjauh dari Allail kala itu.

Dengan perasaan takut, Lascrea terus melangkahkan kakinya ke belakang hingga dia pun terhimpit di sebuah tembok.

Allail kala itu masih belum juga menjawab ucapannya, Lascrea menjadi takut. Apalagi mata pria itu menjadi amat bersinar di bawah bulan purnama.

"Lascrea, kau..."dia seperti akan mengatakan sesuatu, dia kemudian mengangkat tangannya dengan wajah yang kesal.

"Kau, tidak akan pernah bisa lari dari sisiku, selamanya!"

Seluruh bulu kuduk Lascrea pun bergidik saat mendengar ucapan Allail itu, dia hampir bersikap seperti dirinya yang dulu.

Pria yang ada di depan Lascrea kala itu seperti sudah tidak dia kenal lagi.

"A-apa? A-aku mana mungkin meninggalkanmu. A-aku tadi hanya bercanda," ucap Lascrea sambil berpura-pura ketawa, walaupun tawanya itu sama sekali tak terlihat benar. Dia hanya menyembunyikan rasa takutnya saja pada pria itu.

Tiba-tiba raut wajah Allail berubah dalam sekejap, dia kembali terlihat seperti biasanya. Mata merahnya sudah kembali.

Lascrea pun mendekatinya dan melihat baik-baik ke dalam matanya.

"Allail, apakah kau baik-baik saja?" tanya Lascrea sambil agak mendekat dengan Allail.

"Apa? Kenapa kau bertanya seperti itu, Sayang? Tentu saja aku baik, sangat baik. Selama kau bersamaku aku akan selalu baik-baik saja," ucapnya.

Lascrea sangat bingung kala itu, Raja iblis itu kembali pada sifat yang biasanya. Pria yang hangat dan juga sangat romantis padanya.

"Hey, apa yang ada di pikiranmu sehingga kau mengabaikan ucapanku, Sayang?" tanya Allail sambil mengaburkan pikiran Lascrea kala itu.

"A-aku tidak apa-apa, hehe." Lascrea pun kembali tenggelam dalam pikirannya.

Dia berulang kali berpikir ada apa dengan Allail.

Allail pun menggenggam tangannya kala itu.

"Lascrea, kau tidak akan meninggalkanku, kan?" tanya Allail sekali lagi sambil mengecup punggung tangan Lascrea yang sedang dia pegang kala itu.

Lascrea pun luruh kembali pada sikap pria itu, dia merasa bahwa mungkin semua yang terjadi itu hanyalah dia saja yang terlalu over thinking dan over reaction.

Lascrea pun tersenyum pada Allail kemudian dia pun mengajak Allail pulang kala itu, karena dia sudah selesai memberantas dan membungkam mulut pria yang mengganggu Lascrea kala itu.

"Oh ya, bagaimana kalau kita berdua jangan pulang dulu?"

"Terus, kita mau ke mana?" tanya Lascrea dengan wajah bingungnya.

"Kita jalan-jalan saja di taman, katanya wanita sangat suka hal itu," ujarnya dengan suara lirih yang membisik.

Lascrea pun tersenyum. Dia kemudian berpikir, pasti yang tadi dia rasakan itu benar-benar hanyalah perasaannya saja. Allail tidak mungkin berubah menjadi seperti dulu lagi, apalagi sekarang hubungan mereka sudah sangat harmonis.

Lascrea pun menggenggam erat tangan Allail yang sedari tadi saling berkaitan dengan tangannya itu.

"Ayo kita pergi."

Allail tersenyum, dia amat senang dengan jawaban dari Lascrea itu. Akan tetapi, dia masih berpikir dalam hatinya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan dirinya sejak tadi? Kenapa dia merasakan aura iblis jahat yang sudah dia segel beribu-ribu tahun itu mulai terasa kembali.

Mereka seperti mencoba keluar dari sarangnya dan merangkak menggerogoti jiwa terdalam Allail.

Allail pun mulai takut, karena tadi sempat terlintas dipikirannya untuk mencelakakan Lascrea kala itu.

Dia amat takut dengan dirinya sendiri. Bagaimana kalau dia sampai melukai Lascrea? Bagaimana kalau sampai Lascrea membencinya? Bagaimana kalau Lascrea mau meninggalkan dia?

Semua pikiran itu berputar di kepalanya seperti gasing yang tak tahu kapan akan berhenti.

Lascrea melihat Allail yang kala itu tenggelam dalam pikirannya. Dia pun mengangetkan Allail dengan mencengkram tangannya.

Allail pun langsung tersadar dan berbalik ke arah Lascrea dengan wajah bingung.

Dia memelototkan matanya, seraya bertanya ada apa?

Lascrea pun hanya memainkan matanya sebagai isyarat bahwa bunga sakura sedang mekar di taman itu.

Bunga yang berjatuhan indah itu kemudian bertamu di rambut Lascrea.

Lascrea terlihat bak dewi yang turun dari kayangan.

Tiba-tiba saja, sebuah wajah terlintas saat Lascrea sedang diam dan tersenyum di bawah pohon sakura kala itu.

Mata Allail terbelalak melihat Amone yang berdiri di posisi Lascrea.

Allail pun mengusap-usap kedua matanya dengan keras, berusaha untuk menghilangkan bayangan itu, akan tetapi bayangan itu malah bersatu dengan Lascrea.

Sekarang yang berdiri di sana benar-benar telah menjadi Amone.

"Amone?" gumam Allail dengan suara yang agak keras sehingga Lascrea terkejut.

"Apa? Amone?"

Allail pun sadar, dia sontak kaget mendengar pertanyaan Lascrea yang sedang berdiri dengan wajah yang penuh tanda tanya itu.

Bersambung...