Lascrea Amone, balerina cantik yang dikagumi seluruh dunia karena tariannya yang indah nan menyentuh.
Wanita itu, sekarang benar-benar telah menjadi milik Raja iblis penguasa neraka.
Tiap hari mereka habiskan dengan kasih dan sayang, penuh dengan senyuman dan kesempurnaan.
Dibalik kebahagiaan mereka itu, pastilah ada pihak yang menaruh dendam bahkan menderita melihat mereka itu.
Moore, pria satu ini selalu memperhatikan Lascrea dari jauh. Dia menahan diri dengan amat sangat, hingga tiba saatnya dia akan membinasakan Allail dengan tangannya sendiri dan merebut Lascrea dari sisi Raja iblis itu.
"Sampai kapan aku harus terus menunggu?" tanya Moore dengan posisi sedang berdiri di pojokan, menyaksikan kemesraan yang ditunjukkan oleh Allail dan Lascrea yang tiada henti-hentinya itu.
"Kau tenang saja! Sebentar lagi, rencana kita akan segera dimulai!" ucap Bahkil seraya muncul dengan tiba-tiba di belakang Moore kala itu.
Moore pun berbalik sambil melihat ke arah Bahkil, dia mengernyit.
"Sebaiknya rencana itu berhasil, karena aku sama sekali tak sanggup jika harus menahan rasa cemburu ini lebih lama lagi," tegas Moore.
"Kau tenang saja, rencanaku kali ini, seratus persen akan berhasil," balasnya sambil tersenyum.
Bahkil telah mempersiapkan sebuah rencana yang akan membuat Allail menangis dan merasakan penderitaan lebih dari kematian.
***
Sementara di posisi Allail dan Lascrea kala itu, mereka berdua sedang berjalan di taman.
Mereka bergandengan tangan seakan-akan mereka tak ingin berpisah lagi.
Senyuman yang saling ditunjukkan pada masing-masing wajah mereka itu, membuat siapa pun yang memperhatikan mereka langsung bisa menebak bahwa mereka adalah pasangan yang saling mencintai.
"Allail, besok adalah waktu perlombaan itu, yah?" tanya Lascrea.
"Iya, Sayang. Besok adalah waktu perlombaan."
Tiba-tiba Allail berhenti kala itu.
"Kudoakan kau berhasil, Sayang!" Dia pun mengecup dahi Lascrea di depan orang-orang yang kala itu sedang berjalan.
Mereka memperhatikan Allail dan juga Lascrea sambil tersenyum.
Mereka saling berbisik.
"Hey, lihat mereka berdua. Apakah si pria sedang melakukan lamaran?"
"Aku juga tidak tahu, tapi itu sangat manis."
"Oh astaga, lihat wajah mereka, yang satu tampan yang satu lagi sangat cantik. Aku sangat cemburu dengan mereka berdua."
"Haha, kau diamlah, jangan banyak bicara. Kalian terlihat memalukan."
Wanita dan pria yang ada di sana terlihat sangat iri dan terintimidasi dengan hubungan Allail dan juga Lascrea yang terlewat romantis itu.
Lascrea pun mulai malu karena melihat reaksi dari orang-orang yang melihat mereka kala itu.
"Allail, ayo kita pergi saja. Kamu ini, aku malu tahu," ucap Lascrea sambil menghalangi wajahnya dengan menutupnya pada tubuh Allail yang memiliki bahu lebar itu.
Allail kemudian berbalik melihat ke kiri dan kanan, dia mencari apakah yang membuat Lascrea ingin pergi kala itu.
Dia pun menemukan pandangan orang-orang, ternyata itulah yang membuat Lascrea malu sedari tadi.
"Yasudah, kalau begitu ayo kita pergi, Sayang!"
Lascrea pun pergi setelah diajak oleh Allail kala itu.
Mereka pun makan bersama di sebuah restaurant yang menyuguhkan nuansa romantis yang kental.
Itu adalah tempat favorit semua wanita saat mereka berkencan dengan pasangan mereka.
Saat Lascrea baru saja sampai di sana, dia kemudian terkaget oleh tempat itu.
Dia pun berpikir bisa-bisanya Allail memilihkan tempat yang bahkan Lascrea juga belum pernah ke sana, apalagi ke sana, dia bahkan tidak tahu kalau tempat seperti itu ada.
***
Mereka berdua kemudian memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela, jendela itu menyuguhkan pemandangan kolam yang penuh dengan ikan koi berwarna-warni.
Setelah duduk, mereka memesan makanan. Sampai saat itu Lascrea masih bertanya-tanya dengan Allail.
"Allail, apakah kau merasakan kenyang saat makan seperti ini? Ini kan makanan manusia."
Allail pun tersenyum sambil mencubit pipi Lascrea.
"Tentu saja aku tak merasakan apa-apa, Lascrea. Aku ini kan iblis yang tinggal di neraka, mana mungkin aku bisa kenyang saat makan makanan seperti ini."
Setelah mendengar jawaban dari Allail kala itu, Lascrea kemudian mulai memutar otaknya.
"Berarti, apakah kau biasanya makan tulang dan juga dupa?" tanya Lascrea lagi dengan wajah yang penasaran.
"Apa?" Allail terbelalak, dia pun memuntahkan minuman yang kala itu belum dia telan itu.
"Hey, pelan-pelan!" Lascrea pun mengambil kain untuk mengelap tubuh Allail yang ketumpahan air kala itu.
"Ya ampun, Lascrea. Hahahah, kau membuatku sakit perut. Apakah seperti itu aku selama ini di matamu? Makan dupa? Tulang? Kau pikir aku hewan apa?" Tawa Allail tak bisa dibendung lagi.
Dia sama sekali tak habis pikir dengan apa yang keluar di pikiran wanitanya yang imut itu.
Allail kala itu seperti ingin mengecup bibir imut yang sudah mengeluarkan kata-kata seperti itu padanya.
Akan tetapi dia menahannya dengan sangat, karena pasti Lascrea akan menolak dan marah karena di tempat itu ada banyak mata yang melihat dan memperhatikan mereka.
"Terus apa? Issh," kata Lascrea lagi, kali ini dia agak kesal karena mendapatkan tawa yang terlihat seperti ejekan dari pria dihadapannya kala itu.
"Kukatakan padamu, aku biasanya makan jiwa manusia, jiwa manusia yang kasar dan serakah, jiwa manusia yang cantik juga aku suka," goda Allail sambil tersenyum.
Lascrea pun langsung mencubit pipinya dengan sekuat tenaga kala itu.
"Isshh, rasakan ini, ini, nih! Kamu makan jiwa wanita cantik? Omong kosong macam apa yang aku dengar ini? Issh!" Lascrea pun cemberut, akan tetapi dia pun tertawa juga pada saat yang sama.
Dibarengi dengan tawaannya itu, Allail juga turut menunjukkan tawanya yang tak bisa dia bendung lagi saat melihat tingkat wanita itu.
Saat mereka sedang asyik-asyik memadu kasih dan bercanda-candaan.
Seorang pria yang mengaku sebagai teman SMP Lascrea pun datang, kemudian dia pun berhenti tepat di depan meja Allail dan juga Lascrea.
Dia berdecak sambil memukul meja merek berdua kala itu.
Allail pun langsung menatap tajam padanya.
"Hey, Lascrea, apa sekarang kau sudah berganti profesi jadi wanita panggilan?" Dia tersenyum.
Lascrea memang sejak sekolah terkenal cantik dan juga memiliki tubuh yang bagus.
Ada banyak sekali pria dari teman, kakak kelas bahkan guru sekalipun yang tergoda olehnya.
Mereka selalu mengajak Lascrea untuk menemani mereka seperti wanita panggilan, akan tetapi Lascrea sama sekali tak bergeming, dia tetap pada pendiriannya untuk menolak mereka semua dengan sebuah kata-kata mutlak. Termasuk pria yang sedang berada di depan meja Lascrea saat itu.
"Apa maksudmu?" Lascrea langsung bangun dan hendak menamparnya, akan tetapi Allail menahan tangannya.
"Sayang, jangan lukai tanganmu dengan menyentuh sampah seperti ini! Tangan mulusmu ini hanya digunakan untuk menggenggam tanganku ini," balas Allail sambil menyermik pada pria itu.
Bersambung...