Beberapa menit pun berlalu, Bahkil meninggalkan Allail terkapar seorang diri.
Tak lama kemudian, pria yang berstatus sebagai Raja iblis itu pun ditemukan oleh penunggu kolam teratai penyembuh.
Pak tua itu pun membawa Allail pergi ke kolam teratainya itu.
***
"Ugh~ di mana ini? Kenapa ada air?" Allail melihat sekelilingnya dengan seksama sambil mengira-ngira di mana sebenarnya dia berada kala itu.
Pak tua penunggu kolam teratai itu pun kembali, dia berdiri melihat Allail yang perlahan mulai sadar dari pingsannya.
"Siapa kau?" tanya Allail masih dalam posisi tertidur di atas kolam teratai itu.
Pak tua itu pun perlahan duduk di pinggiran kolam itu dan mengeluarkan buah dari tangannya.
"Apa itu? Kau ingin melakukan apa?" tanya Allail lagi dalam keadaan panik.
"Kau, Allail bukan?" tanyanya kembali.
"Iya, Aku Allail," balas Allail.
"Kau tahu aku sangat membencimu, kan?"
Allail pun terdiam kala itu, melihat wajah Pak tua jompo yang sudah menjaga kolam teratai selama ribuan tahun.
Pak tua itu pun mulai bercerita tentang anak perempuannya.
Dia bercerita, tentang bagaimana anaknya meninggal dalam kolam itu.
Anaknya memiliki darah dewi yang kental, karena ibunya-istri dari Pak tua itu adalah seorang klan dewi.
Dia pernah berkata bahwa dia sangat menyukai pemuda yang bari saja di bawa ke neraka oleh dewa dan diberikan titah untuk menjadi Raja penguasa neraka.
"Apakah kau tahu? Anakku adalah pengagum rahasiamu, tapi dia telah dibunuh akibat mendengarkan siasat jahat pemimpin malaikat. Dia meninggal seribu tahun yang lalu, dan setelah itu kau pun menghilang. Seribu tahun kemudian, kau kembali lagi dengan membawa seorang wanita sebagai pengantin, tapi wanita itu dari dunia manusia. Aku mengatakan ini, karena aku ingat akan pesan terakhir anakku yang mengatakan bahwa dia akan melindungimu dan aku sebagai ayahnya akan mengabulkan keinginan putriku."
Tiba-tiba Pak tua itu pun mendekat pada Allail sambil mencoba berbisik padanya.
"Aku hanya akan mengatakan ini sekali saja, kau harus hati-hati pada wanita yang kau cintai, dia bukanlah wanita yang tepat. Cinta yang sebenarnya adalah kebalikannya. Ingat itu baik-baik! Sebentar lagi aku rasa aku akan segera mati. Ini, kuberikan padamu." Pak tua itu pun memberikan sebuah tanda pada Allail.
"Apa ini? Dan untuk apa ini?" tanya Allail sambil melihat dan mengamati apa yang diberikan oleh Pak tua itu pada Allail.
"Itu adalah kunci yang akan menuntunmu ke kolam ini. Jangan berterima kasih, aku hanya kelakukan ini karena putriku, jika bukan karena dia, maka aku tak akan membiarkanmu hidup, kau tahu kan? Aku sangat membencimu. Oh ya, dan satu lagi, ikuti kata hatimu, percaya pada cintamu tapi jangan percaya pula pada cintamu!"
Ucapan Pak tua itu kemudian menjadi aneh.
"Apa maksudmu? Jadi aku harus percaya atau tidak pada cintaku?" tanya Allail kebingungan.
"Entahlah, itulah yang aku baca dari lubuk hatimu yang terdalam," jelasnya.
"Baiklah kalau begitu. Sekarang bagaimana aku harus mengembalikan seluruh kekuatanku yang selama ini menghilang?" tanya Allail lagi sambil melihat ke seluruh pelosok tempat itu.
Tiba-tiba Pak tua yang sedang berbicara dengannya itu menghilang tanpa bekas.
Allail mencoba melihat ke sana dan kemari tapi dia sama sekali tak dapat menemukan Pak tua itu.
"Bagaimana ini? Aku sama sekali belum bertanya dengan jelas dengannya. Sekarang sebaiknya aku segera pulang, Lascrea pasti telah menungguku." Allail kemudian pergi dari kolam teratai penyembuh itu setelah merasa cukup baikan.
Dia pun pergi kembali melintasi Gunung kehampaan dan hendak menyeberang ke dunia manusia.
"Kak Allail? Apakah kau sudah baik-baik saja? Aku sangat khawatir padamu," kata Paula seraya berlari ke Allail dan memeluknya.
Terlihat di belakang Paula, beribu-ribu tentara neraka dengan berpakaian lengkap mengikutinya.
"Aku sama sekali tidak apa-apa? Paula, apakah kau membawa mereka semua untuk membantuku?" tanya Allail sambil memandangi para tentara itu.
"Iya, Kak. Aku sangat khawatir makanya aku membawa mereka untuk menyelamatkanmu."
"Terima kasih, tapi aku sama sekali tidak apa-apa," jelas Allail.
Setelah itu pun Allail bersiap melewati gerbang penyatuan dunia manusia dan neraka itu.
"Kakak mau ke mana?" tanya Paula seraya menarik tangan Allail dan menghentikannya.
"Aku akan kembali ke dunia manusia, kau ingat kan permaisuriku ada di sana," jelas Allail.
Paula terlihat sangat kesal mendengarkan apa yang dikatakan Allail kala itu.
Lagi-lagi dia akan menemui dan kembali pada pelukan manusia yang sama sekali tak ada artinya dan paling Paula benci itu.
Paula pun berusaha menghentikan Allail.
"Kak, jangan pergi! Bagaimana dengan luka Kakak? Aku merasakan akan ada kejadian buruk yang sebentar lagi akan terjadi," ujar Paula.
Akan tetapi Allail terlihat seperti tidak akan menuruti apa yang dia katakan itu.
Ya, Allail memang tidak akan menuruti apa yang dikatakan oleh Paula itu. Dia amat merindukan permaisurinya itu, apa pun yang terjadi pokoknya dia harus kembali, kembali ke pelukan permaisurinya itu.
"Maafkan aku Paula, tapi aku harus pergi. Kau tahu kan aku tidak akan pernah mendengarkan ucapan siapa pun."
Setelah itu Allail pun pergi tanpa melihat ke belakang sama sekali.
***
DUNIA MANUSIA.
Saat itu di dunia manusia sedang terjadi gerhana bulan.
Sekitaran rumah Lascrea menjadi gelap buta, dia tak dapat melihat di mana pun permaisurinya itu berada.
Dia pun berjalan terus ke depan, berusaha untuk mendapatkan sosok dari wanita yang dia cari sedari tadi itu.
Tanpa sadar, bulan purnama yang gelap itu perlahan memudar.
Cahaya bulan yang terang pun mulai menunjukkan wujudnya, menuntun Allail pada wanita yang dia cintai yang sedang berdiri di samping pohon besar rumahnya itu.
Wanita itu sendirian dengan wajah yang berlinangan air mata rindu akan suaminya.
"Lascrea," panggil Allail sambil tersenyum padanya.
Lascrea yang telah menunggu Allail lama itu, langsung berbalik tanpa aba-aba.
Dia langsung tertuju pada pria dengan pakaian sutra merah dan rambut panjang yang tertiup angin itu.
Pria itu tersenyum pada Lascrea dengan hangat.
"Allail," gumam Lascrea yang langsung berlari menggapai pria yang amat dia rindukan kala itu.
Cupp...
Baru saja mereka bertemu, mereka langsung tenggelam dalam rasa rindu yang membuat jiwa mereka bergelora akan hasrat yang sudah mereka tahan selama saling tak berjumpa.
Mereka saling merasakan bibir satu sama lain sampai di dalam rumah.
Tak satu pun dari mereka yang berinisiatif melepaskan satu sama lain malam itu.
Mereka sudah tenggelam dalam hasrat mereka sendiri.
"Selamat datang, Sayang."
Seperti janji Lascrea, dia akan menyambut kepulangan Allail dengan memberikan kecupan mesranya.
Dan benar, dia memang memberikan hal itu pada Raja iblis yang hampir mati bukan karena diserang malaikat tadi, tapi mati karena merindukan Lascrea, permaisuri tersayangnya itu.
Bersambung...