Chereads / Belenggu Raja Iblis / Chapter 22 - Neraka Kesengsaraan

Chapter 22 - Neraka Kesengsaraan

Pertarungan yang sedang berlangsung kala itu terasa berat sebelah.

Allail dengan sekuat tenaga melawan malaikat itu, akan tetapi dia sama sekali tak bisa mengalahkannya.

Goresan demi goresan dari pedang cahaya malaikat itu mulai berbekas di setiap sudut tubuh pria yang diberikan julukan Raja terkuat itu.

"Sial, aku sama sekali tak bisa mengalahkan dia kalau seperti ini, aku akan terkena pedang itu sekali lagi," pikir Allail dalam hati.

Dia mengingat kembali sensasi panas dan terbakar yang diberikan oleh pedang putih yang berbalut kekuatan suci itu.

Rasanya sangat sakit dan perih dalam tubuhnya.

Slaapp...

Tusukan pedang itu pun mengenai tangan kanan Allail, dia sudah teracuni oleh kekuatan suci pedang itu.

Allail berusaha menguatkan dirinya, tapi kekuatan itu amat menggerogoti tubuhnya perlahan-lahan.

"Menyerahlah kau iblis laknat, kau tidak akan pernah bisa menang melawan hukuman langit," ucapnya seraya tersenyum puas telah berhasil melukai Raja yang namanya terkenal sampai ke langit itu.

Malaikat itu amat senang, karena pasti pimpinan malaikat akan memberikannya hadiah.

Pimpinan itu tidak lain adalah Bahkil, dia sudah menghasut satu langit agar memusuhi Allail, hanya karena rasa irinya pada Allail itu.

"Aggrrh." Allail memegang luka di tangan kanannya itu sambil meringis.

Saat Allail tengah beristirahat sejenak, malaikat itu kemudian menghujamkan pedangnya pada Allail, Allail pun seketika sekarat seperti dahulu kala.

Malaikat itu sangat senang karena dia sudah bisa melukai Allail, dia berharap pulang ke langit dan menerima penghargaan dari Bahkil, sang pemimpin malaikat.

"Rasakan itu, kau sebentar lagi akan binasa wahai Raja Iblis durjana," ucapnya sambil tersenyum.

Sementara itu Allail menahan laju darah yang keluar dari bekas hujaman pedang malaikat itu.

Semakin lama pandangan Allail makin kabur. Hanya satu yang ada di pikirannya kala itu, kalau dia mati, dia tak bisa menepati janjinya pada Lascrea untuk tidak akan meninggalkannya.

Dia pun mulai berjuang, berjuang agar tetap hidup dalam kehangatan pelukan Lascrea kala itu.

Tak lama kemudian, dia pun pingsan. Malaikat yang melukainya itu kemudian pergi meninggalkannya sendiri dalam keadaan sekarat di hutan itu.

Dalam pingsannya itu, Allail bermimpi, bertemu dengan Lascrea, akan tetapi dia bisa menggunakan kekuatan dewi.

Allail pun bertanya siapakah dia, sambil berlari mengikuti wanita itu sampai ke pinggir danau air mata, tempat Allail dan Amone pertama berjumpa.

Wanita itu berdiri tanpa gerakan sedikitpun. Tak lama kemudian dia pun berbalik.

Wanita itu tersenyum, barulah saat itu dia sadar kalau wanita itu adalah Amone dan bukannya Lascrea.

Allail berusaha menggapai Amone dalam mimpinya itu dengan sekuat tenaga, tapi Lascrea menghadang mereka.

"Allail, apakah kau sudah melupakan cinta kita? Kau melupakan aku yang menunggumu di sini?" Lascrea menangis kala itu, dengan pandangan sayup dia pun berjalan ke ujung danau air mata itu, kemudian melompat sampai ke dasar.

Allail berusaha menahannya, akan tetapi Amone datang dari belakangnya sambil menutup matanya seraya berbisik.

"Allail, kau punya aku. Kau tidak perlu mengejar wanita itu, dia hanyalah tiruan diriku. Aku yang sebenarnya adalah yang ada di depanmu ini!"

Dia kemudian menggoda Allail sambil tersenyum, dia mendekatkan bibirnya pada bibir Allail seperti ingin merasakan bibir pria itu, akan tetapi dia pun berhenti di tengah jalan.

Dia melihat air mata yang luruh dari mata pria itu dengan ekspresi wajahnya yang ketakutan dan kesakitan.

"Allail, kau kenapa menangis demi dia? Kau tahu, aku yang sudah mencintaimu selama ini, kau tidak akan pernah bisa menggantikan diriku dengannya," ucap Amone.

Allail sama sekali tak bisa berbicara kala itu, dia bahkan tak bisa membuka penutup mata yang diberikan oleh Amone kala itu.

Dalam perasaannya yang bercampur aduk, dia ketakutan akan kehilangan Lascrea. Tapi dia juga tak bisa meninggalkan Amone dengan kemauannya kala itu.

Tak lama kemudian angin mulai berhembus, dia pun ditusuk oleh Amone seperti 1000 tahun lalu.

Penutup matanya pun terlepas, dilihatnya wajah mantan kekasihnya itu sedang tertawa bahagia melihatnya sekarat seperti itu.

"Apa maumu, Amone? Sebenarnya apa maksud dari semua ini?" tanya Allail sambil menitikkan air mata penyesalan karena bertemu dengan Amone dalam mimpinya seperti itu.

Tiba-tiba Amone yang saat itu sedang berada dihadapannya berubah menjadi Lascrea.

"Kau bertanya apa yang aku lakukan? Apakah kau sama sekali tak mengerti kenapa aku melakukan ini? Tsk, aku membencimu Allail, kau jangan sampai termakan oleh kata-kata manisku karena sampai mati pun, aku tidak akan pernah jatuh cinta pada iblis. Aku ini manusia, tentu saja aku harus bersanding bersama manusia, kau jangan mimpi yah! Ha ha ha ha."

Mendengar apa yang dikatakan oleh Lascrea kala itu, membuat Allail amat marah, dia sama sekali tak menyangka bahwa cintanya akan dibalas dengan kepedihan seperti itu.

Tiba-tiba tubuhnya menjadi panas, dia mulai kembali pada wujud iblis dan kembali pada sifatnya yang bengis dan tak kenal ampun seperti dulu.

"Aaggghh, Allail apa yang- kkgghh." Lascrea menjerit kesakitan menahan cekikan tangan Allail kala itu.

Tak tanggung-tanggung, Allail yang telah kehilangan akal sehatnya itu berusaha membunuh Lascrea dalam sekejap.

"Allail, Allail, Sayang.."

Allail pun sontak sadar saat mendengar Lascrea memanggilnya dengan sebutan Sayang, dia sadar kalau dia sudah terhasut oleh sesuatu.

Dan benar saja, saat Allail pingsan itu, Amone dan Bahkil sedang berada di sampingnya sambil mengadu domba dia dan Lascrea di mimpinya.

Allail pun menunjukkan tanda-tanda akan segera sadar dari pingsannya kala itu.

"Amone, kau pergilah! Sekarang bukanlah saat yang tepat kau bertemu dengan Allail," suruh Bahkil sambil tersenyum.

Amone yang sudah berada di bawah pengaruh sihir Bahkil itu, kemudian menuruti semua yang dia katakan dengan cepat.

Dia pun pergi meninggalkan Allail dan juga Bahkil sendiri.

Setelah Amone pergi, Bahkil kemudian duduk sambil melihat betapa menyedihkannya iblis yang sudah membuatnya malu di langit kapa itu.

Iblis yang mendapat hak penuh dari dewa agar menjadi Raja penguasa neraka.

Bahkil tersenyum melihat kondisi Allail yang sama sekali tak dapat melawannya itu.

"Kau tahu, aku selalu menunggu waktu dimana aku bisa mengalahkanmu. Kau tahu, aku tak pernah di perlakukan seperti saat itu, tapi kau. Yang berawal dari roh rendahan yang mendapat berkat dewa, kau menjadi sombong dan angkuh. Kau mempermalukanku dengan entengnya. Sekarang, kau akan rasakan pembalasanku, aku akan membuatmu mati rasa, merasakan sakit yang bahkan lebih dari kematian. Sekarang kau harus hidup, kau tak bisa mati dengan mudah." Bahkil pun kemudian mengeluarkan air dari kolam teratai penyembuh yang telah dia ambil itu, kemudian memberikannya pada Allail agar dia meminumnya dan sadar.

Bahkil tak sabar melihat bagaimana reaksi Allail nanti saat bertemu Lascrea. Apakah dia akan mempertanyakan cintanya? Apakah dia akan perlahan mengamati Lascrea? Apakah dia akan meragukannya?

Bahkil sangat bahagia jika Allail tenggelam dalam neraka kesengsaraan.

Bersambung...